Pergi Selamanya

3.1K 176 6
                                    


Dava POV

Gue langsung berbaring di kamar sesampainya di rumah. Gak ganti baju, males. Padahal baju gue udah basah kena hujan yang awet banget derasnya. Tapi hati ini terasa hangat mengingat kebersamaan yang akan terjalin antara gue dan Prilly. Dia memang belum menerima cinta gue, tapi gue lega bisa jujur mengutarakan perasaan gue padanya. Dan gue akan setia menunggunya siap menjadi pacarnya.

"Hmm.. Prilly udah tidur belum ya?!" gumam gue. Gue merogoh saku jeans gue mengambil hp dan segera mendial  nomer Prilly. RBT Ungu terdengar jelas di telinga gue. Gue menunggu Prilly mengangkat telepon gue, namun sampai tiga lagu itu selesai tak kunjung gue dengar suara Prilly mengucap salam. Seperti biasa yang dia lakukan saat menerima telepon.
Sampai 4 kali gue terus mencoba menghubungi Prilly namun tetap saja hanya lagu Ungu yang terdengar.

Em, mungkin dia udah tidur, pikir gue. Gue belum ngantuk. Setumpuk kado di sudut kamar menggoda gue, cepat-cepat gue bangkit menghampirinya, daripada gak ngpa-ngapain sementara mata ini belum ngantuk. Mendingan gue bukain aja kado-kado itu.

Kotak kecil berwarna biru, kado dari Prilly menjadi pilihan gue yang pertama. Gue penasaran kado apa yang Prilly kasih ke gue. Gue menebak-nebak dalam hati. Belum juga gue membuka kado dari Prilly, ponsel gue bunyi. Tertera nomer rumah Prilly di layar ponsel gue. Pasti ini dari Prilly, dengan semangat gue menekan tombol OK.

"Halo? Assalamualaikum" sapa gue.

"Waalaikumsalam" Eh? Ini bukan suara Prilly. "Nak Dava, acaranya selesai jam berapa ya? bisa tante ngomong sama Prilly sebentar?" Tante Uly rupanya.

"Lho? bukannya Prilly udah saya anterin tante, sampai teras rumah juga tadi. Kira-kira 1 jam yang lalu."

"Lho? Bener nak Dava? Tapi kok Prilly nya belum sampai rumah ya, kamarnya juga masih kosong tuh," jelas Tante Uly dengan nada suara agak panik.

"Bener tante, Dava gak bohong" gue ikutan panik dengar penjelasan Bunda Prilly.

"Astaghfirullahaladzim, dimana anak itu, tante jadi khawatir. Semoga Prilly baik-baik saja. Duh tapi dimana ya" tanyanya gusar. "Tapi bener kan tadi udah di anter sampai teras?"

"Iya Tante, saya gak bohong"

"Ya sudah, tante coba cari lagi siapa tau dia duduk-duduk di tamam kompleks. Nak Dava tolong bantu nyari juga ya, hubungi teman-teman Prilly siapa tau tiba-tiba Prilly gak pengen tidur di rumah."

Gue mengiyakan permintaan Tante Uly. Seketika perasaan gue gak tenang, semua pikiran negatif tentang Prilly tiba-tiba muncul. Membuat kepala gue jadi pusing.
Segera gue tancap gas ke rumah Prilly, tanpa pamit ke orang tua gue. Gue cemas, takut sesuatu yang buruk menimpa Prilly. Firasat gue jadi gak karuan.

******

"Tasnya ada disini nak Dava, tapi Prilly nya gak ada sepatunya juga dilepas," Tante Uly menunjuk tas hitam dan sepatu yang tergeletak di lantai.

Seluruh keluarga Prilly berkumpul di ruang tamu. Tampak kecemasan meliputi keluarga mereka. Mereka pasti sangat khawatir, mengingat kondisi kesehatan Prilly yang sangat lemah.

"Kalo tasnya gak dibawa, berarti dia gak niat mau pergi jauh dari sini dong Tan? Gak pake sepatu pula" tukas gue memberi ide.

"Hm, mungkin saja" seru Om Rizal tiba-tiba. "Kalo begitu, kita bagi tugas buat cari Prilly. Bunda coba menghubungi teman-teman Prilly. Aku dan Dava mencari disekitar komplek."

Gue dan Om Rizal menyusuri jalan di depan rumah Prilly yang sangat becek dan gelap.

"Aduh!" reflek gue. Gue tersandung batu.
Sontak gue menunduk berniat mengambil batu yang hampir membuat gue terjatuh. Gue memandangi air di kaki gue.

Hate U Love U (aliando prilly)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang