Tragedi Es Cendol

3.6K 209 6
                                    


Ali POV

"Li, kenapa kemarin lo gak masuk sekolah?" tanya Jordan di tengah pelajaran matematika.

"Iya kemarin gue izin Jo, tante gue masuk rumah sakit. Gue nganterin Mama bolak balik rumah sakit. Malem kemarinnya aja gue terpaksa ikut nginep disana nemenin Mama. Maklum tante gue hidup sendiri jadi udah tugas Mama sebagai seorang kakak menjaga adiknya"

Barusan gue bertemu cowok yang sering barengan sama Prilly. Entahlah mungkin pacarnya. Peduli amat gak pentinglah. batin gue

"O gitu kirain lo bolos, Li" lanjutnya sambil cengengesan.
"Oya Li, pertandingan Elang Emas udah di tentuin tanggalnya belum? kemarin gue gak ikut rapat".

"Iya. Udah tanggal 26 Oktober. Pas ultah gue tuh".
Jawab gue tanpa memandangnya karena lagi serius mengerjakan soal matematika di depan gue.

"Apa hubungannya sama ultah lo?" desis Jordan.

"Maksudnya gue harus juara lagi itung itung sebagai kado ultah gue gitu, Jo"

"Wuuu dasar lo Li sombong banget jadi orang" tukasnya becanda.

Gue memang optimis pertandingan kali ini gue harus juara. Jadwal latihan gue udah gue tambah demi bisa menggondol juara paling wahid.
Bel istirahat berbunyi. Tanpa di komando seluruh murid berhamburan keluar. Tujuan mereka sama. Kantin.
Baru aja gue mau minum es cendol.
Tiba tiba....

Brukk.
Prang.

Shit! Umpat gue dalam hati.

Gelas gue pecah dan isinya sudah tak berbentuk berceceran di lantai.

"Sial. Punya mata gak sih? Dipake dong jangan cuma diangguri gi....mulut gue tercekat saat tau siapa orang yang menabrak gue barusan. Prilly.

"Ya ampun..maaf Ali ma maaf gue gak sengaja maaf banget ya, emm ea cendolnya gue ganti deh" ucapnya terbata sambil memunguti pecahan gelas di lantai. Mata kami bertemu. Gue melihat raut mukanya yang ketakutan.

"Gak usah di ganti". Cepet cepet gue ngeloyor pergi keluar dari kantin. Menjauhi Prilly.
Dari sudut mata gue melihat Prilly tetap berdiri disana. Mematung memandangi punggung gue yang semakin menjauh.

"Kenapa sih Li, lo benci banget gitu sama Prilly? tanya Marsha yang tiba tiba ada di samping gue mensejajari langkah gue.

"Masa sih Sha? Perasaan lo aja kali tuh" Gue balik bertanya tanpa ekspresi.

"Lo egois banget ya Li, lo gak ngerti gimana perasaan Prilly selama lo cuekin" ucap Marsha meyakinkan.

Gue diem. Biarin! Jawab gue setengah berbisik.
Tiba tiba dari arah belakang ada beberapa anak PMR sibuk membawa tandu menggotong seorang cewek yang sepertinya tidak asing bagi gue. Iya, cewek itu adalah Prily. Prilly pingsan lagi.

"Prilly Li," teriak Marsha setelah tau cewek yang sedang di tandu itu adalah Prilly sahabatnya.

"So?" jawab gue setengah mencibir. "Apa yang harus gue lakuin? Ikutan panik seperti mereka? Bukannya itu hal yang biasa baginya.

"Dasar cowok bego, gak punya hati lo Li" selorohnya penuh dengan kemarahan.

Gara gara peristiwa tumpahnya es cendol gue, Prilly harus dirawat di rumah sakit. Asmanya kambuh. Kata Mama gue sih udah 2 hari ini Prilly gak masuk sekolah.

"Li, Prilly kena thypus. Kamu udah jenguk belum Nak?"

"Belum Ma" jawab gue seadanya.

"Kebetulan Mama lagi buatin bubur manis buat Prilly, tolong nanti dianter ke rumah sakit ya Li?"

"Ali capek, Ma tadi abis main futsal" tukas gue beralasan.

"Sebentar saja kok Nak, udah buruan sana kamu anterin dulu ntar keburu dingin lho." kata Mama.
Setengah terpaksa gue nganterin bubur ini ke rumah sakit dimana Prilly di rawat.

******

"Eh ada tamu jauh toh, masuk Li tuh Prilly nya lagi tiduran sambil baca komik" kata Bunda Prilly ramah.

Prilly menoleh ke arah gue dia menatap gue sayu. Tanpa ekspresi.
Gue menyalaminya. Gila! badannya panas banget. Gue duduk di kursi di samping ranjang Prilly. Tabung oksigen, selang berisi cairan bening yang berujung pada jarum infus di lengan kanannya membuat gue bergidik ngeri.

Terbayang betapa sakitnya jarum sebesar itu menusuk kulit kita. Kami gak saling bicara. Gue hanya memandangnya iba. Tiba tiba buliran bening membasahi pipi Prilly. Dia menangis. Gue gak tau kenapa.
Gue panik akhirnya gue panggil  Mama Prilly untuk memeriksa keadaannya.

"Wajar biasanya orang yang badannya panas, demam tingg gitu selalu nangis" terang tante Ully.

Tiba tiba...
Tangan kiri Prilly memegang dadanya sedangkan tangan kanannya mencengkram lengan gue erat. Gue tambah panik.

Tante Ully yang sadar akan situasi ini segera memanggil dokter. Setibanya dokter disana beliau langsung memeriksa Prilly lalu melepas selang oksigen di hidungnya. Ternyata oksigen dalam tabung itu habis.
Sementara suster mengganti tabungnya, dokter berbicara kepada Prilly.

"Lho kok menangis? Ntar sakitnya gak sembuh sembuh lho katanya pengen cepet masuk sekolah?" dokter itu tersenyum. Lalu berpaling ke gue.
Gak lama kemudian dokter itu pergi. Cengkramannya di lengan gue mulai mengendur mungkin Prilly kecapekan. Refleks gue menarik tangan Prilly gue menggenggam tangan Prilly erat. Tanpa bicara sepatah kata pun. Kami hanya saling bertatap.

Di rumah Prilly.

"Ting tung, Permisi"
Bel di pintu depan berbunyi. Gue saling berpandangan dengan Bunda. Siapa gerangan tamu yang datang selarut ini? Pikir gue.

"Biar Ily yang buka Bun" kata gue sambil beranjak dari tempat duduk gue.
Gue langsung membuka pintu tanpa mengintip dari lubang kecil di pintu seperti kebiasaan gue. Jantung gue serasa berdetak 10 kali lebih cepat. 20 cm di hadapan gue berdiri seorang Ali.

"Haii" sapanya seperti biasa tanpa ekspresi.

"Haii juga" jawab gue terbata. Gue jadi salah tingkah di hadapan Ali. "Cari siapa Li ?" tanya gue memberanikan diri.

"Mau titip surat ini besok gue gak masuk" jawabnya datar.

"Kenapa?"

"Ada urusan." katanya singkat.

"Siapa Liy?" sahut Bunda menghampiri gue yang berdiri di depan pintu.

"Eeh Ali, masuk yuk?" ajak Bunda ramah.

"Eh, gak usah Bunda makasih" Ali tersenyum lebar.

"Kebetulan, Bunda tadi bikin kolak pisang nyicipin dulu yuk" Ali tak bergeming dari kursinya. Tapi bukan bunda namanya kalau gak bisa berhasil memaksa orang lain.

Ali duduk di depan gue. Terlihat wajahnya kikuk. Bingung harus bagaimana. Gue gak bisa berhenti memandanginya kapan lagi gue memiliki kesempatan emas seperti ini, pikir gue. Menikmati setiap inci wajahnya tak pernah membuat gue jenuh.

"Jangan lupa bawa surat gue besok" tukasnya singkat sebelum dia pamit pulang.

#######

Huftt akhirnya bisa next jugaaa hehe
Nahloh kira2 ali mau pergi kemana yaa
Mau tau kan kelanjutannya?

Yuk jangan lupa votementnya yg banyak yaa readers biar tambah semangat author nulisnya :)

Tunggu next chapter oke ;)
Kecupatuatudariauthorviy

Byebyeee

Hate U Love U (aliando prilly)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang