Good bye, Ali

2.4K 134 3
                                    

Ali POV

BRAKKK!!!

Tiba-tiba motor gue berhenti di depan rumah bercat putih.
Sepertinya gue gak asing dengan rumah ini.
Gue memarkir motor di halaman rumah itu, lalu seorang gadis berbaju biru muncul dari balik pintu yang terbuka.
Gue gak bisa melihat wajahnya dengan jelas, silau. Matahari siang ini bersinar terlalu cerah.

"Ali? Kok lama sih?" ucap gadis itu lembut. Gue mengenal suara itu, sangat familiar di telinga gue. Lalu perlahan dia menghampiri gue.

"Ily!!" pekik gue. "Lo ada disini, lo masih hidup Ily.. hahaaaa lo beneran Ily, kan?"

Gue menghambur memeluk Prilly. Seperti anak kecil yang menemukan mainannya.
Prilly mengernyit heran. Namun gue gak peduli. Gue tetap memeluknya semakin erat.

"Ily, gue janji gue bakal selalu jujur sama perasaan gue sendiri. Gue gak akan luput sedikit pun jagain lo."

"Iya, iya! tapi lepasin dulu pelukan kamu Li, aku gak bisa napas nih." ucap dia manja.

Gue merenggangkan pelukan gue. Dia menyentuh dahi gue dengan punggung tangannya.

"Kamu kenapa Li? Salah minum obat ya? Omongan kamu ngaco banget."

Gue hanya tersenyum, lalu mencium keningnya lembut. Prilly mengulum senyum manisnya dengan pipi merah merona.

"Ya udah. Ayo berangkat sekarang aja Li, entar keburu hujan loh. Liat mendungnya tebel banget."

"Eh? emang kita mau kemana?"
ucap gue bingung.

"Ihh dasar pikun! bukannya kemarin kamu bilang mau ngajak aku ke suatu tempat?"
tukasnya manja.

"Gitu, ya"
"Oooo..yaudah ayo naik!" Dalam hati gue bertanya. Kapan gue pernah berjanji mau ngajak Prilly ke suatu tempat?
Ahhh bodo amat! Yang penting hari ini gue bahagia bisa bertemu Prilly lagi. Yuuhhuu

Sepanjang perjalanan gue senyum terus. Entah apa yang ada di pikiran orang-orang saat melihat gue, mungkin menganggap gue gila.

"Eh, kelewatan Li. Bukannya arah ke pasar malem harus belok di perempatan tadi?"

"Emang kita mau ke pasar malem, ya?"

"Ihhh...Aliiiiiiii" geram Prilly.

"Eh iya, iya maaf jangan marah gitu dong, ntar cantiknya hilang tuh" canda gue melihat wajah Prilly dari kaca spion yang mulai cemberut.

Gue memarkir motor di tepi jalan di depan pasar malam. Prilly bersorak gembira.
Jemari kami terpaut di sepanjang perjalanan menyusuri keramaian di dalam pasar malam.
Tiba-tiba mata gue menangkap penjual lolipop di samping permainan mandi balon.

"Ily, beli lolipop yuk!"
Prilly mengangguk sumringah.

"Mau yang warna apa? biru?" tanya gue.

"Enggak. Aku yang pink aja, Li."

Setelah menerima dua lolipo pesanan kami, gue mengajak Prilly duduk di bangku taman pasar malam.

"Ily, maafin gue ya" tukas gue di tengah hingar bingar keramaian disana.
"Selama ini gue udah jahat ke lo, gue nyuekin lo bahkan menganggap lo...,"

"Shhhtttt" Belum selesai pernyataan gue, tiba-tiba Prilly menyentuh bibir gue dengan dua jarinya.

"Gak usah di lanjutin. Aku udah maafin kamu, Li."
"Aku ngerti, kamu bersikap seperti itu pasti ada alasannya."

Prilly berkata dengan sangat lembut. Gak ada kebencian atau pun dendam di matanya. Gue semakin merasa bersalah.

"Gue belum siap, Ly.. gue takut kalau ternyata kita gak berjodoh. Gue nyakitin lo ataupun sebaliknya, dan hal ini akan membuat hancurnya persahabatan kita. Dan gue gak mau itu terjadi, Prilly."

"Lo tau apa yang gue rasain saat melihat lo jalan bareng si Dava? Hati gue hancur. Gue sedih kenapa harus dia yang ada di samping lo, kenapa bukan gue?"
"Gue pengecut Ily... gue gak berani menghadapi kenyataan yang sebenarnya. Gue yang terlalu terpengaruh dengan ketakutan-ketakutan yang udah gue buat sendiri. Maafin gue, Ly harusnya gue bisa bersikap lebih dewasa,"

Penyesalan gue gak mampu menahan air mata yang sedari tadi berlomba untuk keluar.
Gue menangis di depan Prilly.
Prilly tersenyum memandang gue.
Dengan lembut dia menyentuh pipi gue, mengusap air mata yang terlanjur mengalir disana. Lalu memeluk gue erat.

"Iya, aku udah maafin kamu, Ali.... calon dokter gak boleh cengeng," bisiknya di telinga gue. Lalu kami berdua tertawa bersama.

Prilly melepas pelukannya tapi tetap memandang gue. Dari sorot matanya, gue bisa melihat rasa cinta yang begitu besar.
Gue merasa sangat bodoh selama ini. Gue udah buat pemilik mata itu selalu sakit hati.

"Prill, naik bianglala yuk," ajak gue.

"Eh, serius Li..kamu ngajak naik ini?" tanyanya saat kami udah duduk manis di dalamnya.
"Emang kamu berani? Bukannya dulu kamu pernah muntah-muntah dari atas sana? Inget gak, Li" Prilly terkekeh ringan.

"Ah, kok lo masih inget sih Ly?" gue cengengesan.

"Malu tauuuu masa pembalap ulung naik bianglala muntah-muntah?!" Prilly tertawa lucu.

Gue ikut tertawa melihatnya. Rasanya udah lama banget gue gak lihat senyum itu.
Gue mengacak-acak rambut Prilly gemas.

"Jangan pergi lagi. Jangan tinggalin gue, Prilly. Gue akan selalu ada di samping lo kemana pun lo pergi. Gue akan kenepati janji gue 9 tahun lalu. Lo masih inget kan, Ily?"
"Gue sayang banget sama lo Ily. Gue cinta banget sama lo." ucap gue jujur padanya sambil menggenggam kedua tangannya erat.
Gue gak mau membohongi diri lagi. Gue pengen Prilly tau kalo gue juga sayang ke dia.
Gue gak mau suatu hari nanti gue nyesel untuk yang kedua kali.

Prilly menatap gue lama. Tiba-tiba raut wajahnya berubah sedih. Lalu dia tersenyum, senyum yang dipaksakan.

"Makasih udah jujur, Li."
"Aku seneng banget dengernya. Ini adalah hari paling bahagia buatku. Makasih." ucapnya sambil membalas mempererat genggaman tangan kami. Seolah gak mau lepas.

"Walau saat ini kita gak bisa bersama, aku yakin suatu hari nanti kita akan bertemu kembali dan merangkai cinta kita, Ali"
"Aku cinta kamu, Ali dan selamanya akan selalu begitu." lanjutnya.

"Maksud lo apa Prill?" tanya gue gusar.

"Aku harus pergi, Li."
"Maaf aku gak bisa menuruti permintaanmu untuk tetap tinggal di sampingmu. Tapi percayalah kebersamaan kita selama ini adalah hal terindah dalam hidupku. Dan aku berjanji di kehidupan selanjutnya kita akan bersama selamanya."

"Prilly, lo ngomong apa sih? Gue gak ngerti"

Bianglala berhenti dan kami harus turun. Berganti dengan pengunjung lain yang mengantri.
Gue buka pintu bianglala di samping gue. Lalu sengaja turun lebih dulu biar bisa bantu Prilly untuk turun setelah gue.

Prilly tersenyum. Bukannya ngikutin gue turun tapi justru menutup pintu bianglala itu lagi.
Sedangkan dia masih duduk di dalamnya.
Gue heran melihat yang dia lakuin. Gak lama kemudian....

PRILLLLYYYYY!!!
Jangan tinggalin gue Prilly!!


《《《》》》

Baper yaa? Maafkan author yaa readers sayangg😂
Tinggal satu chapter lagi loh
Ayo abis baca biasain tinggalkan jejak vote dan comment yaaa
Jangan jadi pembaca gelap OKE
Hargai penulisnyaa😊
Tunggu next chapter ya readers

Lolopelopekecupjauhdariauthorviy😘😙❤❤

Hate U Love U (aliando prilly)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang