Bab 5 - Sebuah Rahasia

21.8K 1.2K 6
                                    

Warning : typo bertebaran!

***

Sosok lelaki berjalan keluar dari mobilnya. Berjalan memasuki rumah mewah. Ketika akan memasuki kamarnya, langkah kakinya berhenti. Ketika mendengar ada seseorang yang memanggilnya.

"Hans" sosok paruh baya memanggilnya dan mendekatinya dengan tergesa - gesa dan tak lupa senyum juga mengiringinya.

"Apa ma?" Tanya Hans yang merasa terganggu dengan panggilan mamanya.

"Duduklah" Mama menarik tangan Hans lalu mendudukannya di sofa.

"Hans, mama kenalkan dengan perempuan cantik di hadapanmu ini namanya Grasiella. Grasiella ini anak tante Reyhans" Hans baru menyadari ada sosok lain yang satu ruangan dengannya ketika mamanya mengenalkan dirinya dengan perempuan bernama Grasiella.

"Hai Hans senang berkenalan denganmu" basa basi Grasiella dengan senyum menggoda yang ia tunjukkan.

Hans merasa akan ada sesuatu yang tidak beres menyangkut dirinya. Hans pun beranjak dari duduknya. Tetapi mama nya dengan cepat menghadang Hans.

"Mau kemana Hans?"

"Mau kekamar" ucap Hans dingin lalu melanjutkan perjalanannya menuju kamar. Tetapi lagi - lagi langkahnya dihadang oleh mamanya.

"Hans mama masih belum selesai" ucap mamanya.

"Ada apa lagi sih ma?" Tanya Hans yang sudah tidak betah berada satu ruangan dengan wanita lain apalagi kalau mamanya seperti ini ia tau apa yang akan mamanya ucapkan.

"Duduklah" mamanya pun mendudukan Hans ke sofa yang berada dihadapan Grasiella.

"Mama mau menjodohkanmu dengan Grasiella, anak teman arisan mama" ucap mamanya menjelaskan alasannya kenapa menghadang dirinya.

"Hans gak mau ma!" Suara Hans terdengar keras dan tajam.

"Kenapa Hans jika kau dijodohkan tidak mau? Kau adalah seorang lajang apa kamu tak mau melepas masa lajangmu? Mama sudah bosan melihatmu bergonta - ganti wanita. Untung saja tidak ada dari salah satu wanitamu datang kemari meminta tanggung jawab karena kesalahanmu menanam benih sembarangan" Balas mama membentak. Ia tak terima dirinya di bentak dengan anaknya sendiri.

"Aku bukan lajang lagi. Aku seorang ayah. Seorang ayah harus bertanggug jawab atas anak dan ibunya. Aku adalah ayah dari---"

"Kamu Mendapat Info baru?"tanya Hans kepada orang suruhannya.

"Iya tuan, saya menemukan biodata anak itu. Anak itu bernama Aira, Almira Alisyah Putri. Anak dari Salsa Salsabila Jelita. Keponakan dari Tuan Andeva"

"Aira? Nama yang bagus. Nama itu akan ku tambah nanti menjadi Almira Alisyha Putri Triatomo. Putri kecilku yang ku cintai"

"Aku Ayah dari Aira putriku dan Salsa" mama terlihat terkejut mendengar nama Salsa seakan - akan nama itu datang membunuhnya.

***

Hans membereskan baju - bajunya. Hari ini ia berencana akan ke Bandung menemui anaknya dan ibu dari anaknya.

Setelah dirasa baju yang akan dibawa cukup untuk hidupnya di Bandung ia segera menggeret koper besarnya. Melewati mamanya yang masih duduk terpaku dengan pengakuannya.

"Hans" Hans tidak menghiraukan panggilan mamanya.

"Hans" mamanya memanggil lagi dan kali ini lebih keras.

"HANS!" Hanya dengan bentakan saja yang bisa membuat Hans mau meghiraukan mamanya meskipun hanya dehaman yang membalasnya.

"Tinggalkan Salsa" ucapan mamanya membuat dirinya sontak menolehkan kepalanya melihat mamanya dengan tatapan emosi.

"Gak, sampai kapanpun Hans gak akan tinggalin Salsa dan Aira. Sudah cukup mama menyuruhku bertindak konyol seperti dulu. Sungguh aku sangat menyesal menuruti apa mau mama. Menolak kehadiran anak kandungku sendiri, menelantarkan anakku sendiri. Apa itu masih belum cukup? Hah?! Jawab ma!" Semua yang ada dipikirannya telah Hans keluarga. Air matanya pun juga ikut keluar menemani suasana tegang ini.

"Itu tidak akan pernah cukup Hans. mama juga melakukan itu demi dirimu"

"Apa kata mama demi diriku? Jika itu demi diriku mama tidak mungkin melarangku untuk bertanggung jawab. Seharusnya mama mengajarkan ku cara bertanggung jawab. Dia cucumu ma. Darah dagingku" ucap Hans lagi dengan kata - katanya yang penuh dengan penekanan.

"Sampai kapanpun dia bukan cucuku. Dia juga bukan anakmu, bukan darah dagingmu. Kamu bodoh Hans begitu mudahnya percaya dengan wanita seperti dia" mamanya menekankan kata hinaan dan tentangan. Membuat Hans semakin geram. Ia melampiaskan rasa marahnya dengan mengenggam pegangan kopernya dengan erat.

"Hatimu terbuat dari apa ma? Sampai - sampai kau tidak mau mengakui cucumu sendiri. Kau ini manusia kah?" Kata hinaan keluar dari mulut Hans.

PLAK...

Mama menghela nafasnya dengan kasar seakan - akan persediaan oksigen sebentar lagi akan habis.

Hans membalas dengan senyum devilnya. Sambil memegang pipinya yang memerah karena tamparan mamanya.

"Terima kasih ma. Aku berharap semoga mama cepat sadar. Aku pergi dulu mencari keberadaan anakku dan ibu dari anakku" setelah mengucapkan itu Hans pergi meninggalkan mamanya yang masih diam terpaku.

Air mata terus mengalir di pelupuk mata mama.

"Hans sampai kapan pun mama tidak akan mau menerima mereka"

=Before for after=

Updated: 21 Juli 2015

Next? Vote dan comment sebanyak banyaknya.

Makasih.

Revisi: 13 Mei 2016

Before for AfterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang