Bab 3 - kesempatan kedua?

24.6K 1.3K 6
                                    

Warning : typo bertebaran!

***

Dua sosok lelaki saling memandang. Dengan tatapan berbeda. Tatapan tajam penuh dengan kemarahan dan tatapan sendu penuh dengan kesedihan dan penyesalan.

"Ada perlu apa kamu meminta saya datang kesini?" Tanya salah satu sosok lelaki yang memiliki tatapan tajam penuh dengan kemarahan.

"Aku hanya ingin bertemu dengan Salsa dan anak kami" ucapnya dengan lantang tanpa ada rasa gugup. Karena rasa gugup itu mulai perlahan - lahan ia hapus demi bertemu dengan orang yang ia cintai.

"Untuk apa kamu ingin bertemu dengan mereka?" tanya sosok lelaki dengan tatapan tajam lagi.

"Aku ingin tau keadaan mereka, aku ingin meminta maaf atas kesalahan yang ku perbuat, aku ingin tau apa jenis kelamin anak ku!" ujar sosok lelaki dengan tatapan sendu dan penuh penyesalan.

"Sampai kapanpun saya tidak akan memberi tahu kamu keberadaan mereka ada dimana, dan apa jenis kelamin keponakanku. Dan saya rasa permintaan maaf mu tidak akan pernah diterima. Sampai kapanpun, kecuali--" ucapan Deva berhenti.

"Kecuali Ai yang meminta mommy nya memaafkan Daddy nya. Karena aku tau Salsa tidak pernah goya dengan keputusan awalnya"

"Kecuali apa bang? Please beri tahu aku" mohon Hans dengan air mata yang mulai mengalir.

"Kecuali kamu meninggalkan mereka untuk selamanya" Hans menggelengkan kepalanya. Ucapan Deva membuat hatinya semakin sakit. Memang ia salah tetapi apa tidak ada kesempatan kedua untuk memperbaiki kesalahannya?

"Gak kak, sampai kapanpun aku tidak akan pergi meninggalkan mereka. SAMPAI KAPANPUN" ucap Hans penuh penekanan.

"Sampai kapan pun? Bukankah kau sudah pergi meninggalkan mereka. Jadi kata 'sampai kapan pun' sudah tidak cocok kau ucapkan!" Sindir Deva. Sosok lelaki dengan tatapan sendu yang ternyata Hans itu pun mulai menundukkan kepalanya.
Hati Deva sebenarnya tidak tega mengucapkan kata - kata itu. ketika ia mengingat ketika melihat Aira menangis merindukan sosok ayah nya membuat hatinya sakit.

Dirinya bisa saja mengantikan sosok ayah meskipun kedudukannya hanya sebagai paman tetapi ia bisa memberikan kasih sayang yang seorang ayah berikan. Tetapi Aira tetap bersedih. Entah sudah berapa kali Aira menangis. Jarinya sudah tidak cukup menghitung berapa kali air mata itu keluar.

"Terserah. Jika kamu tidak mau ya. Itu adalah keputusanmu. Saya pergi dulu" Deva meninggalkan Hans yang masih terdiam. Memikirkan cara bagaimana agar ia bisa bertemu dengan orang yang dicintai. Anaknya dan juga Salsa.

***

Melihat Aira tersenyum adalah kebahagiaannya. Tidak ada lagi selain senyum Aira yang manis itu.

Melihat Aira bermain dengan Faden adalah pemandangan yang sedang dilihatnya sekarang. Saat ini senyum yang paling lebar dilihatnya Aira berikan kepada Faden. Ia merasa iri dengan keponakannya itu, bagaimana bisa Aira anaknya memberikan senyuman lebarnya kepada Faden? Sedangkan dirinya hanya diberi senyum biasa yang tidak seberapa lebar.

"Jangan iri dengan Faden, Sal" suara Nisfa mengalihkan pandangannya dari Aira dan Faden yang asik bermain bola di taman. Melihat Nisfa yang duduk disebelahnya dengan senyum manisnya.

"Bagaimana tidak setiap kali dengan Faden keponakanmu itu selalu tersenyum lebar sedangkan dengan mommynya tidak" ucap Salsa sambil mengerucutkan bibirnya.

"Sifat kekanak - kanakannya sungguh tidak hilang sama sekali" batin Nisfa.

"Sepertinya kelak mereka akan bersama selamanya dan Kita akan menjadi besan mungkin" ucap Nisfa yang langsung disahut dengan tatapan meminta penjelasan.

"Kenapa? Apa kamu tidak mau besanan denganku?"

"Ah.. tidak tidak. Mereka akan tetap bersama. Bersama dengan keadaannya mereka bersahabat tidak lebih" ujar Salsa menentang pemikiran Nisfa.

"Kenapa? Sudah terlihat jelaskan jika kelak mereka akan memiliki perasaan satu sama lain. Setiap hari Faden selalu bercerita tentang Aira kepada kami. Meskipun Faden masih kecil ia menyayangi Aira dan mencintai Aira lebih dari seorang teman. Hanya saja ia masih kecil tidak bisa mengartikan perasaannya.

'Bun tadi di sekolah Ai ngobrol terus sama teman - temannya dan teman Faden. Tapi kan mereka cowok semua. Faden marah. Tapi gak jadi soalnya Ai mau nangis tadi. Terus Faden peluk, Ai gak jadi nangis deh'

Itu salah satu cerita Faden. Faden cemburu Sal. Bagaimana bisa anak umur 3 tahun cemburu. Jika ia tidak memiliki perasaan. Aku dan Dendy hanya membalas dengan senyuman. Pernah ia bertanya

'Bun Ai cantik ya kalau senyum? Apalagi kalau rambutnya diurai, diberi pita pink warna kesukaannya. Besok kalau Ai ulang tahun Faden mau kasih pita aja. Biar Ai makin cantik'

Pertanyaan yang sebenarnya pernyataan" ucap Nisfa menceritakan alasanya mengucapkan kata - kata itu.

"Kelak besok kalau mereka besar aku ingin kita jodohin mereka ya?"

"Hah?!"

=Before for after=

Updated: 18 Juli 2015

Next? Vote da comment ya.

Makasih.

Revisi: 13 Mei 2016

Before for AfterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang