Bab 13 - Keraguan

16.5K 991 15
                                    

Warning : typo bertebaran!

***

Dua wanita saling berhadapan. Memandang satu sama lain. Dengan suasana tegang yang menemani pertemuan itu.

"A...ada apa anda menelfon saya?" Tanya salah satu dari mereka berdua yang memiliki tatapan yang sangat ketakutan.

"Apa benar anda sedang mengandung anak dari anak saya?" Tanya wanita di hadapannya dengan angkuh. Sambil Menyilangkan tangannya di depan dada.

"i... i... iya benar"

"Sama minta gugurkan atau anda meninggalkan anak saya jika anda tidak mau menggugurkan bayi itu. Jadi silahkan anda membesarkan bayi itu tapi jangan pernah temukan bayi itu dengan anak saya" wanita dihadapan Salsa mengucapkan perintah yang sangat sulit untuk Salsa lakukan tetapi disisi lain Salsa juga ingin mempertahankan anaknya itu.

"Saya tidak bisa. Maaf. Bagaimana pun Hans harus tau anaknya begitupun anaknya, dia harus tau ayahnya" Salsa menolak perintah itu dengan halus. Agar tidak membuat hati Hana sakit.

"Apa kamu tidak ingat kata apa yang Hans ucapkan ketika anda memberitahunya jika anda mengandung anaknya?" Ucapan Hana sukses membuat Salsa dilema akan pilihannya barusan. Tadi Hans benar - benar menolak bayi mereka dengan kata pedasnya.

Salsa mengelus perut datarnya yang berisikan anaknya dengan Hans. "Malang sekali nasibmu sayang, belum lahir saja sudah ada yang menolak keberadaanmu. Apalagi yang menolakmu adalah ayah dan nenekmu" ucapnya dalam hati.

"Baiklah aku akan pergi menjauh dari Hans dan tidak akan pernah menemukan Hans dengan anaknya sendiri" ucap Salsa dengan menekankan kata 'anaknya sendiri'.

"Pilihan ini yang terbaik untuknya dan bayinya" Salsa menanamkan kata - kata itu didalam hati dan fikirannya.

Hana tersenyum puas rencananya telah berhasil memisahkan anaknya Hans dengan anak Keluarga Julio.

***

Salsa sedari tadi hanya diam. Tidak makan, tidak menyiapkan perlengkapan Aira. Melainkan duduk diam di depan meja makan sambil mengaduk - aduk makanannya.

"Sal kamu kenapa? Dimakan gih jangan cuma dilihat sama diaduk - aduk aja" itu suara Hans. Salsa menatap Hans yang duduk di sampingnya. Hans sedang menatapnya dengan tanda tanya besar difikirannya.

"Ah... iya. Aku gak papa kok. Yuk makan" Salsa berusaha untuk menenangkan hati dan fikirannya sejenak. Nanti ketika sudah tidak ada abang, mama dan putri kecilnya Aira. Ia akan berbicara empat mata dengan Hans.

Sesi sarapan telah selesai. Seperti biasa setiap pagi Hans akan mengantar putri kecilnya untuk berangkat sekolah.

"Yuk Princess daddy kita berangkat" Hans menggandeng tangan Aira. Berjalan menuju mobil Hans. Tapi ketika mereka akan masuk Salsa memanggil Hans.

"Hans aku mau bicara sama kamu tapi nanti ketika kamu sudah selesai mengantar Ai sekolah" setelah mengucapkan itu Salsa masuk kembali kerumahnya.

Aneh. Kata itu yang ada difikiran Hans sekarang. Rasa takut menyelimuti pikiran Hans. Tetapi Hans berusaha untuk berfikir positif.

***

"Dada... daddy Ai masuk dulu ya" Aira pun keluar dari mobil Hans. Hans membalas dengan senyuman dan melambaikan tangannya. Lalu melajukan mobilnya menuju rumah Salsa kembali. Rasa penasarannya sudah tidak bisa ditoleransi lagi.

Tak lama ia sudah sampai dirumah Salsa. Memarkirkan mobilnya di garasi rumah Salsa. Lalu keluar dari mobilnya.dan masuk kedalam rumah Salsa.

***

Baru saja kemarin hatinya berbunga - bunga mendengar Salsa akan berusaha memaafkannya dan mau berusaha mencintainya tapi sekarang Salsa sudah menyerah begitu saja. Rasanya seperti dipermainkan begitu saja.

Hans tersenyum sinis. Menatap Salsa dengan tatapan tajam.

"Apa alasanmu? Baru saja kamu kemarin mau berusaha menerimaku dan memaafkanku tapi apa yang kamu lakukan sekarang? Menyerah begitu saja. Apa alasanmu? Hem.. apa alasanmu?!" Hans bertanya dengan nada bentakkan. Mata Salsa mengeluarkan air mata. Salsa sungguh takut jika Hans seperti dihadapannya. Seperti Hans empat tahun yang lalu. Ketika mereka berada di kamar hotel dengan keadaan yang tak mengenakan apa - apa.

"Apa alasanmu Sal?!" Tanya Hans lagi dan lagi - lagi Salsa tidak mau menjawab melainkan semakin mengeraskan tangisannya.

Hans mengusap kepalanya dengan kasar. Jika seperti ini sikap Salsa membuatnya semakin bersalah karena telah membentaknya. Hans menarik nafasnya dalam - dalam. Dan mulai menanyakan pertanyaan yang sama lagi.

"Apa alasanmu Sal?" Kali ini dengan suara yang sangat halus. Tidak ada bentakan melainkan ada senyuman.

"Aku takut Hans" Akhirnya Salsa mau menjawab juga. Meski dengan sesengukan karena tangisannya.

"Takut kenapa? Aku bisa melindungimu dan Ai"

Salsa menarik nafasnya dalam - dalam. Apa ini tepat jika ia menceritakan yang sebenarnya? Jika ia dirinya berharap tidak akan terjadi sesuatu yang akan membuatnya menyesal karena ia sudah menceritakan apa yang telah mamanya lakukan padanya.

Salsa menceritakan semuanya. Dengan sesekali ia menenangkan Hans yang semakin marah. Marah kepada mamanya yang lagi - lagi ikut campur dalam hidupnya.

"Sudah lupakan itu. Sampai kapanpun aku tidak akan melepaskanmu dan Ai. Kalian adalah orang yang sangat berharga bagiku. Ku mohon jangan pernah lepaskan aku lagi yang akan membuatku semakin menyesal karena telah melakukan kesalahan fatal dulu" mohon Hans. Sambil memeluk Salsa dengan air matanya mulai menetes.

Hans dapat merasakan kalau Salsa menganggukan kepalanya. Membuat senyum memancar dari bibir merahnya.

Ia berjanji tidak akan melakukan kesalahan lagi yang dapat mengakibatkan kefatalan.

"Tenanglah Sayang. Aku ada selalu di sampingmu dan Ai. Aku akan melindungimu. Urusan mama biar aku saja dengan papa. Papa ada dipihak kita sayang. Kamu pasti sangat senang jika mendengar itu. Apalagi jika kamu tau kalau papa sangat ingin bertemu dengan cucu dan calon menantunya yang sangat cantik ini" Hans semakin mengeratkan pelukan mereka. Dengan memejamkan matanya menikmati hangatnya tubuh mungil Salsa.

=Before for after=

Updated : 4 Agustus 2015

Next? Vote dan comment ya.

Makasih.

Revisi: 13 Mei 2016

Before for AfterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang