Bab 2 - Rasa Rindu

27.1K 1.4K 12
                                    

Warning : typo bertebaran!

***

Seorang wanita membawa tumpukan kertas. Berjalan ke sebuah ruangan besar. Bertuliskan CEO. Ia mengetuk pintu itu. Setelah mendengar kata 'masuk' dari dalam ia membuka dengan sopan.

"Permisi pak. Ini ada berkas yang harus bapak tanda tangani" ucap wanita itu.

"Taruh di meja sofa situ saja" ucap sang bos memerintah.

Wanita itu menaruh di meja sofa seperti perintah sang bos besarnya itu. Setelah menaruh ia pamit keluar untuk melanjutkan pekerjaannya kembali.

"Tunggu!, apa orang yang saya perintah belum kemari?" Tanya sang bos kepada sekretarisnya.

"Belum pak. Tapi saya dengar ia akan datang hari ini"

"Ya sudah kembali lah bekerja. Jika dia sudah sampai segera suruh ia menghadap ke saya" ucap bosnya dengan tegas.

"Baik pak" wanita ia meninggalkan ruangan bosnya.

Setelah sekretaris itu pergi. Sang bos kembali ke aktivitasnya lagi. Melihat foto yang ada di tangannya. Foto seorang wanita yang sedang hamil kira - kira kandungannya berusia 4 bulan.

"Kamu dimana Sal. Kenapa kamu pergi meninggalkanku?" Ucapnya pilu.

"Aku tau aku bersalah. Apa aku tidak ada kesempatan yang kedua?"

"Aku ingin bertemu denganmu dan anak kita. Aku ingin tau apa jenis kelaminnya. Mungkin ia sudah besar sekarang" lanjutnya. Dan sama dengan nada yang pilu dan penuh penyesalan.

***

Tok... tok... tok...

Suara pintu diketuk. Sang pemilik ruangan pun mengizinkan sang tamu masuk ke dalam ruangannya.

"Selamat siang tuan" basa basi sosok lelaki berbadan besar.

"Selamat siang. Bagaimana apa ada perkembangan?" tanya bosnya.

"Tentu tuan. Saya sudah mengetahui siapa lelaki yang ada didalam foto ini. Dia adalah Andeva Andrea Julio. Pewaris utama keluarga Julio. Putra dari bapak Hendra Julio dan Bila Jelita" jelas sosok lelaki berbadan besar itu.

Julio? Sepertinya sang bos itu pernah mendengar nama itu. Ah.. dia baru ingat ia kan bekerja sama dengan perusahaan Julio Corporation.

"Baiklah terima kasih. Saya ada tugas baru untuk kamu"

"Apa tuan?"

"Tolong carikan keberadaan wanita ini" perintah sang bos sambil memberikan foto wanita yang cantik, memiliki kulit putih, dan dalam keadaan hamil.

"Baik tuan"

Setelah sosok lelaki itu pergi meninggalkan ruangan sang bos itu. Ia memanggil sekretarisnya untuk menghadap kepadanya.

Tok...tok..tok...

Tak sampai 5 menit lamanya pintu itu sudah ada yang mengetuk lagi.

"Permisi ada apa bapak menyuruh saya datang kemari?"

"Tolong buat pertemuan saya dengan bapak Deva dari Julio Corporation. Besok sore" perintahnya.

"Tapi pak, saya dengar bapak Deva Julio sudah lama tidak mengendalikan Julio Corporation pusat. Ia sudah beralih ke cabang perusahaan" jelas Sekretaris nya.

Sang bos pun mengurut kepalanya. Sulit sekali untuk bertemu dengan kakak dari Salsa.

"Usahakan aku bertemu dengan Deva Julio besok sore! Kalau tidak kau akan ku pecat!!" Ujar Sang bos keras.

Sekretaris nya itu pun menjadi ketakutan dan hanya bisa membalas "iya" dengan lirih.

***

Salsa sedang melihat kalender. Sekarang tanggal 12 Januari. Kurang beberapa hari lagi Aira akan berulang tahun. 18 Januari Aira lahir.

"Kenapa kamu ngelihatin kalender kayak gitu?" Tanya Nisfa yang tiba - tiba muncul di belakangnya.

"Ehm.. ini aku lagi lihat sekarang tanggal berapa"

"Kurang beberapa hari Ai ulang tahun. Dia akan berumur 3 tahun. 3 tahun sosok itu tidak muncul sama sekali. Apa kamu tidak ada niatan untuk mempertemukan mereka?" Ucapan Nisfa ini membuat Salsa mengerutkan keningnya.

"Bukankah kamu dulu mendukung keputusanku ini?" Tanya Salsa.

"Sempat memang aku dulu mendukung keputusanmu tetapi aku pikir - pikir lagi. Kasihan Ai setiap pulang sekolah Ai selalu melamun melihat teman - temannya diantar - jemput sama ayahnya" ujar Nisfa sedih.

"Kamu tau dari siapa? Jika kamu bertanya apa ada niatan untuk mempertemukan mereka? Sungguh aku tidak ada niatan. Kalau pun aku mempertemukan, yang antusias ingin bertemu hanya Ai bukan dia. Karena dari awal ia sudah menolak kehadiran Ai" jelas Salsa sambil melihat tingkah anaknya yang sedang asik bermain dengan Faden.

"Aku mengetahuinya dari Faden. Faden selalu ada di samping Ai. Ia juga bercerita padaku setiap melihat hubungan anak dan ayah, Ai selalu menangis sambil menyebut 'daddy ' . Jika aku ada disana pasti aku akan menangis" ujar Nisfa yang mulai menitikkan air matanya. Ia tak pernah membayangkan bagaimana jika ia berada di posisi Aira. Pasti sangat menyakitkan.

"Aku tidak bisa berkata apa - apa lagi jika keputusanmu seperti itu. Tapi kalau misalnya ia datang apa kamu akan memberinya kesempatan?" Sambung Nisfa.

"Entah apa aku akan memberinya atau tidak. Itu semua ada ditangan Ai" balas Salsa lesu. Ia sudah malas sebenarnya membahas ini. Tapi ash... sudahlah. Ia pun mulai melanjutkan lagi melihat senyum bahagia Aira.

Salsa dan Nisfa melihat senyum manis yang merekah dari bibir mungil Aira. Mungkin itu hanya senyum kebahagiaan sementara, bukan permanen yang akan selalu merekah meski masalah seberat apapun.

Salsa mungkin bisa mengobati luka pada kakinya yang tergores, mungkin ia bisa mengobati luka di tangan dan lututnya ketika ia terjatuh tetapi satu luka yang tak bisa ia obati adalah rasa rindu seorang anak kepada ayahnya. Tetapi entah apa ayahnya juga merindukan anaknya itu? Salsa tak tau jawabannya apa.

=Before for after=

Updated : 16 Juli 2015

Next? Vote dan comment ya.

Makasih.

REVISI: 13 Mei 2016

Before for AfterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang