Bab 11 - Kebahagiaan Aira

17.9K 1K 7
                                    

Warning : typo bertebaran!

***

Di kamar Aira yang bernuansa warna merah mudah. Salsa menemani Aira membuka kado dari teman - teman putrinya itu. Satu persatu mereka buka. Ada yang memberi peralatan sekolah, ada yang memberi boneka dan lain - lain. Tetapi Aira hanya menyukai boneka beruang besar berwarna merah mudah. Boneka pemberian Hans. Ayahnya.

"Mom, boneka Ai bagus kan?" Aira menunjukkan boneka besar yang menutupi dirinya. Salsa mendengus kesal. Boneka pemberiannya hanya di taruh di lemari boneka tanpa disentuh Aira terlebih dahulu. Sedangkan punya Hans, Aira bawa terus.

"Gak, bagus yang mommy kasih" ucapan Salsa berhasil membuat Aira mengerucutkan bibir. Dan akhirnya....

"Huwah.... mommy jahat... huwah... hiks... hiks..." tangis Aira sangat kencang. Membuat Salsa kebingungan. Deva dan Bila datang dengan wajah panik. Ketika mendengar suara tangis Aira.

"Sayang kenapa?" Tanya Bila pada cucunya. Aira langsung berlari ke arah omanya berada sambil masih merangkul boneka besarnya.

"Mommy jahat oma. Masa katanya boneka Ai yang dari daddy jelek" adu Aira kepada oma dan uncle nya. Salsa menundukkan kepalanya ketika mama nya menatapnya garang. Sedangkan Deva tertawa terpingkal - pingkal.

"Uncle kenapa ketawa?" Tanya Aira dengan polosnya. Deva pun mendekati Aira lalu berjongkok di hadapannya. Mengelus rambut panjang Aira.

"Mommy Ai itu cemburu sama daddy Ai" jelas Deva.

"Cemburu itu apa uncle?" Pertanyaan polos Aira membuat Deva gelagapan. Bingung harus menjawab apa.

"Bodoh banget mulutku kok bisa ngomong gaul di depan anak umur 3 tahun" ucap Deva dalam hati sambil memukul - mukul mulutnya.

"Uncle bibirnya kenapa kok dipukul"

Cup.

Aira mencium bibir unclenya. Membuat Deva diam lalu tersenyum manis pada keponakannya.

"Jangan dipukul lagi ya uncle. Kalau uncle pukul bibir lagi. Nanti Ai cium lagi" polos sekali Aira. Ia tidak tau apa akibat dan arti mencium di bibir unclenya.

Bila dan Salsa tertawa melihat keromantisan antara keponakan dan paman.

"Ai sudah yuk tidur besok Ai sekolah" panggil Salsa. Menyuruh putri kecilnya untuk tidur.

Aira pun berjalan ke arah kasurnya. Lalu merebahkan tubuh mungilnya. Memeluk boneka besar dari daddynya dengan sayang. Seakan - akan boneka itu adalah adik kecilnya. Memejamkan mata sambil melengkungkan bibirnya.

Salsa mengelus dahi Aira dengan sayang. Betapa sayangnya ia pada putri kecilnya ini. Terlintas keinginan putri kecilnya yang meminta diberi adik membuatnya semakin bimbang antara menerima atau menolak. Jika ia menerima ia harus menerima balasan dari seseorang yang mengancamnya. Jika ia menolak, Hans tidak akan pernah pergi. Hans akan selalu ada di samping putrinya karena dia adalah ayahnya. Ayah kandung putrinya.

***

Pagi menjelang. Waktu orang - orang melakukan aktivitas mereka masing - masing. Seperti Hans sekarang ia sedang berada di depan cermin membetulkan rambutnya. Rencana pagi ini yang pertama adalah menjemput Aira. Mengantarkan putri kecilnya sekolah. Setelah puas dengan tatanan rambutnya Hans menyambar jaket dan kunci mobilnya. Berjalan menuju parkiran. Lalu melajukan mobilnya menuju rumah Salsa.

Setibanya di rumah Salsa. Ia merapikan kaosnya dan rambutnya. Lalu keluar dari mobilnya. Berjalan menuju teras depan rumah Salsa.

Tok... tok... tok...

Pintu terbuka terlihat Bila yang membukakan pintu. Menyambut Hans dengan senyum manisnya.

"Selamat pagi tante" sapa Hans pada calon ibu mertuanya. Calon ibu mertua? Hans tersenyum membayangkan hubungannya sekarang dengan Salsa. Tapi ia akan berusaha mendapatkan gelar 'menantu keluarga Julio, suami dari Salsa dan juga ayah sah Aira'.

"Pagi juga nak Hans. Ayo masuk kita sarapan bersama" ajak mama sambil mempersilahkan Hans masuk. Hans pun tentu tidak akan menolak ajakan itu. Ia pasti akan menerima. Itu adalah salah satu Bukti bahwa keluarga Salsa menerimanya dan juga memaafkan kesalahan fatalnya.

Hans berjalan mengikuti Bila. Langkah kakinya terhenti ketika ia tepat di depan tangga.

"Daddy...." teriakan suara cempreng ala anak kecil menyambutnya.

"Hai princess daddy. Wah udah cantik aja" Hans memeluk Aira yang telah berada didepannya. Mencium puncak kepala dan juga kening. Suatu kebiasaan baru bagi Hans.

"Hemm... princess daddy wangi" puji Hans. Aira tersenyum malu. Menyembunyikan wajahnya dilekukan leher Hans.

Salsa yang ternyata melihat ke.asikan ayah dan anak itu. Diam - diam tersenyum bahagia. Usaha kecil Hans menaklukan dirinya dan juga hati putrinya benar - benar berhasil. Sangat berhasil. Saatnya ia memutuskan akan menerima Hans atau menolak Hans.

***

Sedari tadi Aira tak hentinya tersenyum dan berceloteh riah. Membuat suasana sarapan hari ini sangat ramai.

"Ai makan dulu ya. Nanti tersedak" nasihat Hans pada putri kecilnya. Aira pun menganggukan kepalanya. Memakan makanannya sampai habis. Ketika ia sudah habis ia melanjutkan celotehnya lagi. Membuat semua yang ada dimeja makan tertawa terpingkal - pingkal.

"Hati - hati Dev. Minum gih" Deva meminum air putih dengan cepat. Ia tersedak ketika tertawa mendengar celotehan keponakannya.

"Ya sudah. Yuk Ai kita berangkat" Hans membantu Aira turun dari kursi. Mengenggam tangan Aira.

Aira pun pamit pada mommy, oma dan unclenya. Hans pun pamit. Setelah mendapat persetujuhan. Hans dan Aira pergi meninggalkan meja makan.

=Before for after=

Updated: 30 Juli 2015

Next? Vote dan comment ya.

Makasih.

Revisi: 13 Mei 2016

Before for AfterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang