Akhir Malam yang Gila

138 3 1
                                    

"HOEKKKKKK."

Sarah memuntahkan seluruh isi perutnya di toilet. Dia cuma mampu bertahan sekitar 30 menit dengan pemandangan pesta mengerikan yang tak pernah disaksikannya di manapun, bahkan di film. Tadi, dua penari telanjang menghampiri mejanya, meliuk-liuk seperti ulat bulu. Salah satunya menari di atas pangkuan Isak yang tegang seperti batu. Sementara lainnya, terutama Viktor, menertawai Isak yang kaku karena dijamah perempuan.

Tak lama, perempuan-perempuan itu pindah ke meja lain. Meja lain lebih gila karena tak hanya para penari itu yang menanggalkan pakaiannya. Sarah beruntung salah satu toilet kosong ketika dorongan perutnya sudah di ujung tanduk.

Setelah memuntahkan semua isi perutnya, Sarah terduduk di toilet. Merasa tubuhnya lemas dan jantungnya berdegup kencang, tidak siap keluar dari ruangan sempit itu dan melihat pemandangan gila itu lagi. Sudah lewat jam 12 malam. Mungkin akan sulit dapat taksi, tapi Sarah sudah memikirkan untuk lari keluar vila dan segera pulang.

TOK TOK TOK

Seseorang mengentuk pintu toilet. Sarah mengabaikannya, pura-pura masih menggunakannya. Biar orang itu ke toilet lain saja yang masih kosong, pikirnya.

TOK TOK TOK

Ketukan itu lagi. Sarah mulai kesal. Sebab artinya dia harus keluar dari zona nyamannya untuk saat ini.

TOK TOK TOK TOKKKK TOKK

Ketukan itu makin tidak sabar. Rasanya kepala Sarah mau mendidih, sebelum ia akhirnya sadar itu masih toilet umum. Mungkin orang yang mengetuk pintu itu mau buang air kecil.

"Minggir," ucap seorang laki-laki dengan Bahasa Inggris beraksen Prancis kental.

Lho? Laki-laki? Ini kan toilet perempuan???

Sambil mendesah kesal di sela ciuman dengan permpuan bule di pelukannya, laki-laki itu menyerbu masuk ke dalam toilet. Memaksa Sarah keluar dari toilet sempit itu.

Lho?? Sialan mereka bukan mau buang air??!!

Sarah semakin ingin pulang. Tapi dia cukup sial karena tas selempang kecilnya masih tertinggal di dalam. Ia pun buru-buru masuk ke dalam.

Setibanya di ruangan itu, tidak ada pemandangan yang berbeda. Malah rasanya semakin banyak orang berbusana minim di ruang berlampu temaram itu. Musiknya kian keras memekakkan telinga dan mendebarkan dada. Ada dua orang DJ memandu di sudut ruangan, membuat semua orang semakin semangat berpesta. Bau alkohol semakin menyebar di ruangan.

Sarah tiba di mejanya. Duduk sebentar sambil mencari tasnya di kursi. Matanya sedikit rabun karena masuk ke dalam ruangan gelap. Ditenggaknya botol air dingin di atas meja demi mengembalikan kewarsannya.

"Hei, kau nggak apa? Wajahmu sedikit..."

"Apa kita bisa pulang duluan?" tanya Sarah, memotong kalimat Alex. Setengah berteriak karena ruangan terlalu bising. "Maksudnya, aku. Terserah kalau kau masih mau di sini."

"Pulang?"

"Tak masalah kau bilang aku kampungan, tapi sumpah, rasanya aku mau muntah --maksudnya sudah muntah, melihat semua ini. Pokoknya aku mau pulang saja," kata Sarah dengan kata-kata yang sudah tak tersusun rapi karena otaknya sudah suliy fokus, selain memikirkan pulang. Ia juga malas bicara sambil berteriak-teriak di tengah musik yang diputar dengan volume kencang.

"Ayo, aku juga mau pulang," sahut Lukas. "Kita bisa pakai satu mobilnya."

"Aku ikut," kata Alex.

Viktor sempat protes dan menahan mereka untuk pulang duluan, tapi perhatiannya tersita karena salah satu penari telanjang menghampiri meja kami lagi. Dia juga sudah cukup mabuk untuk berdebat. Sarah sempat khawatir meninggalkan Beth, tapi Beth tak mau diajak pulang. Sebelum pesta semakim gila, Sarah tak memikirkan apapun selain segera keluar dari ruangan dan pergi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 30, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Roommates for 30 DaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang