Alex meregangkan tubuhnya. Sisa kantuk masih menahan dua kelopak matanya untuk membuka. Kepalanya menoleh ke sisi kiri. Terasa sedikit pegal karena rasanya sepanjang malam ia menoleh ke sisi sebaliknya.
Matanya belum membuka sepenuhnya, sementara kamar masih gelap gulita. Belum ada cahaya menembus dari balik tirai jendela.
Alex sedikit menyesal karena tubuhnya sudah otomatis terbangun jam 5 pagi untuk lari. Padahal dia baru saja mimpi indah, meski sama sekali tak bisa dia ingat detailnya. Yang diingatnya cuma sensasi luar biasa menyenangkan yang muncul dalam mimpi.
Samar-samar sensasi itu muncul lagi. Alex senang mendapati dirinya ternyata masih dalam mimpi. Kali ini sensasi itu terasa lebih nyata baginya. Rasa geli di area pangkal pahanya. Nikmat sekali...
Tanpa disadari tangan kanannya meraba-raba area itu. Dahinya mengernyit, merasakan ada helai-helai rambut yang lembut, terselip di sela jari-jari tangannya.
Kelopak matanya masih rapat dan terasa berat, tapi Alex segera menyadari ini bukan mimpi. Dan itu, bukan rambut-rambut di pangkal pahanya. Itu helai-helai rambut panjang.
Matanya membuka perlahan. Ia juga menyadari hal lain, ini belum jam 5 pagi, tapi masih jam 4. Tubuhnya bukan terbangun karena sudah waktunya bangun, tapi karena...
Alex nyaris melonjak kaget saat menunduk ke bawah, melihat kejantanannya berdiri tegak dan seorang perempuan dengan kaus tipis kebesaran dan bokong telanjang yang tertungging sedang mengisapinya. Mulut perempuan itu penuh karena memaksakan batang itu masuk sepenuhnya lewat bibir yang mungil itu.
Rasanya geli sekali ketika kepala batangnya menyundul-nyundul ke tenggorokan perempuan itu. Sementara liur menetes pelan dari sudut bibir mungilnya.
Tangan Alex meraba-raba meja di sebelahnya. Mencari air minum untuk tenggorokannya yang kering.
Menyadari Alex terbangun, Sarah mendongak.
"Hi, morning Alex," sapanya. Seolah tidak ada apa-apa. Ia berhenti mengisap, tapi tangannya masih bergerak naik-turun di sepanjang batang penis yang menegang dan basah karena liurnya itu.
"Kau ngapain..."
"Aku? Aku terbangun. Lalu "ini"-mu menonjol dan aku jadi horny. Aku buka celanamu kau tetap tidak terbangun," jawab Sarah, sambil menunjuk batang tegak berurat di hadapannya itu menggunakan dagu. "Sekarang kau sudah bangun, aku ingin duduk di pangkuanmu dan ini ada di dalamku."
Sinting...kotor sekali mulut perempuan ini, pikir Alex yang nyawanya baru setengah terkumpul. Tapi ia yakin itu bukan mimpi. Tapi tak butuh waktu lama untuk menyadari, gadis mungil itu memang punya pikiran mesum yang tidak biasa dan selalu penuh nafsu.
Alex membanting kepalanya lagi ke atas bantal. Umpatan berbahasa Swedia spontan meluncur dari mulutnya tanpa disengaja, sambil menahan gairahnya yang mulai ikut menggebu. Mereka cuma pernah satu kali berhubungan di pagi buta begitu dan sudah lumayan lama, jadi ini sedikit membuatnya kaget. Juga tidak siap. Alex menebak, ini pasti gara-gara semalam mereka menonton film penuh adegan dewasa sebelum tidur.
Kini Alex cuma pasrah dengan apa yang dilakukan Sarah di selangkangannya. Toh, baginya ini nikmat sekali. Seperti surga. Dan kata-kata Sarah tadi, sudah tentu tidak mungkin ditolak!
Dibelainya rambut Sarah yang halus, sementara gadis itu sibuk memuaskannya, tampak haus seperti sedang makan es krim yang mau meleleh.
Tanpa sadar jemarinya menggenggam rambut Sarah yang sedang menaikkan kepalanya naik-turun dengan pelan. Dibutakan gairah yang menggebu, Alex mengangkat sedikit pinggangnya dan kedua tangannya membenamkan kepala itu ke selangkangannya. Sarah terbatuk, tapi suaranya tertahan. Wajahnya memerah karena mulai kesulitan mengambil napas. Alex bergidik karena merasakan ujung batangnya mentok di dinding tenggorokan gadis itu. Ia melenguh keenakan. Kepalanya dipenuhi fantasi liar, ingin sekali memenuhi mulut mungil itu dengan cairannya, sebanyak-banyaknya sampai Sarah tersedak sambil menelannya.
Selama beberapa detik ia merasa makin melayang tinggi, sebelum menarik lagi kepala itu ke atas. Membiarkan Sarah termegap-megap mengambil napas.
"Hei, kau gila? Kurang ajar, aku bisa mati," kata Sarah, sambil menahan tawa dan mengelap liur di bibirnya dengan punggung tangan.
"Maaf. Aku refleks," Alex tertawa, tapi penuh rasa bersalah. "Tapi astaga barusan itu.."
"Enak, kan?" potong Sarah.
"..ya, enak. Enak sekali. Oh, sial."
Sarah lalu melompat ke pangkuan Alex. Batang yang masih tegak sempurna, mengilap, dan basah oleh liur itu menyundul perutnya yang masih tertutup kaus. Buru-buru ia melepasnya dan melempar kaus dan branya ke atas meja. Sepasang payudara ranum bergantung indah di tengah pencahayaan kamar yang masih remang-remang. Alex merasa dirinya makin gila dengan pemandangan itu. Sulit baginya menahan diri untuk tidak meremasnya dengan gemas. Ingin sekali melahapnya dengan mulut yang lapar.
Sarah mengumpulkan liurnya di telapak tangan kiri, lalu melumasi bibir vaginanya sebelum mengangkat pinggang dan mengarahkan batang itu perlahan masuk ke dalam tubuhnya. Ia melenguh pelan. Matanya tertutup karena sensasi perih dan geli ketika batang panjang itu menembus masuk. Merasakan perutnya seperti terbelah saat batang panjang dan berurat itu terbenam nyaris seluruhnya.
Sambil meringis, ia mulai menggerakkan pinggulnya perlahan.
Ekspresi Sarah, suara yang serak-serak basah ketika melenguh, payudara montok yang bergerak naik-turun seirama dengan gerakan pinggul itu, juga derit tempat tidur yang menggema di seisi ruangan selama Sarah menungganginya. Semuanya menggairahkan sekali! Sambil meremasi bokong sekal perempuan di atasnya itu, Alex mengangkat pinggulnya dan mulai menghunjam vagina itu tanpa ampun. Sarah memekik, matanya membelalak, dan tubuhnya bergetar sambil menggelinjang keenakan. Alex tahu betul ini salah satu posisi kesukaan Sarah.
Ia lalu bangkit dan duduk sambil memeluk perempuan mungil di pangkuannya itu. Bibir mereka bertemu sebentar, kemudian Sarah melempar kepalanya ke belakang, keenakan. Pinggulnya bergerak memutar sembarangan.
Sarah makin beringas ketika putingnya yang mengeras diisapi dengan lahap. Derit tempat tidur kian nyaring karena gerakan mereka yang makin liar.
Alex menepuk bokong Sarah yang masih asyik menungganginya. Tak lama, ia memaksanya berdiri. "Bangun...aku mau keluar."
Sarah buru-buru bangkit dan menggenggam batang itu, membiarkan cairan hangat menyembur ke payudara dan perut telanjangnya. Dengan dada mengilap karena basah, ia berbaring di samping Alex. Membenamkan wajahnya ke bahu lelaki itu sambil memberikan pelukan. Cairan di dadanya menempel ke lengan Alex. Mereka lalu tertawa lemah.
"Kau benar-benar ingin aku ikutan kotor."
"Lho? Ini kan punyamu juga? Jangan jijik," kata Sarah. Mereka kemudian berpelukan makin erat.
"Sudah, ya? Aku mau lari. Lihat, langit sudah mulai terang," tutur Alex.
"Hei ini hari Sabtu..apa nggak bisa libur dulu larinya?" rayu Sarah, sambil menepuk lembut pipi Alex.
"Hmm tidak..."
"Ya sudah..larinya lebih siang, please? Atau sore," bujuk Sarah. Alex pura-pura tidak mendengarnya. "Kita lanjut nonton lagi sebelum proyektor dikembalikan nanti siang?"
Dengan enggan, meski sebetulnya tak masalah, Alex menerima tawaran itu. Meskipun, akhirnya mereka bercumbu lagi di tengah menonton lalu terlelap hingga matahari sudah tinggi.
Bersambung
![](https://img.wattpad.com/cover/351781649-288-k80959.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Roommates for 30 Days
Romantizm[21+] (PREKUEL "My Client is My Ex-FWB] Di sela jeda kuliahnya, Sarah menghabiskan waktu selama 30 hari tinggal bersama Alex, laki-laki yang dikenalnya di dunia maya, serta lima orang teman Alex yang lain di sebuah vila di Bali. Tanpa ikatan apapun...