"Untuk sementara mungkin kita.. pura-pura tidak tahu dulu? Kita coba lihat. Semoga tidak seperti yang kau khawatirkan, oke?"
Kata-kata Alex terus terngiang di kepala Sarah. Sejak kemarin siang, ia masih mengingat apa yang didengarnya dari dapur dan penasaran apakah Beth baik-baik saja. Tapi pikiran tentang Hans melakukan sesuatu yang buruk pada kekasihnya itu sebetulnya tak masuk akal bagi Sarah. Soalnya mereka pasangan yang benar-benar sempurna dan tampak saling menyayangi.
Sepanjang hari dia terus memerhatikan air muka Beth -yang memang punya raut wajah sedih itu. Tapi tidak ada yang berbeda. Beberapa kali bersamanya saat makan malam dan sarapan, tidak ada gelagat aneh. Biasa saja dan Beth memang tak pernah terlalu banyak bicara.
Interaksi Beth dan Hans di depan orang-orang juga biasa saja dan mereka masih tidur satu kamar.
Sayangnya, Sarah belum punya kesempatan untuk menanyakan langsung pada Beth. Hans hampir selalu ada di sekitarnya.
Saking penasarannya, Sarah juga sempat menceritakan hal ini pada Mbok Ayu ketika pergi ke toko. Tapi Mbok Ayu malah menunjukkan respons tenang bak air danau.
Dia hanya bilang: "Ya, mungkin beda pendapat saja. Kan itu biasa. Jangankan sama pacar, sama keluarga aja bisa beda pendapat. Beda pendapat, selama dibahas dengan sehat kan justru baik. Mereka, kamu juga, kan masih muda. Biasa lah beda pendapat begitu."
Sarah pulang dengan perasaan gemas ketika mengingat-ingat kalimat Mbok Ayu dan mengaitkan dengan kekhawatirannya. "Sehat" apanya kalau ada bentak-bentak dan pukul lemari?
Adegan itu masih terus hingga di kepala Sarah. Dan dia malah semakin penasaran.
***
09.47 PM
"Ada apa?" tanya Alex, sambil meninggalkan kecupan tipis di leher dan lekuk tulang selangka Sarah yang duduk di tepi tempat tidur. Lengannya yang pucat dan panjang mendekap erat perempuan kecil itu. Sarah sedikit meremang. Meski agak terangsang (dan memang dia orang yang mudah terangsang), tapi hari itu ia terlalu lelah dan ingin tidur saja. Sebaliknya bagi Alex.
Lampu kamar tidur mati dan seisi ruangan gelap, tapi Alex bisa dengan jelas melihat air muka Sarah yang tegang, seperti sedang memikirkan sesuatu.
"Eh, kenapa? Memang aku kenapa?" tanya Sarah, sambil menatap balik Alex.
"Seperti...lagi memikirkan sesuatu? Sejak kemarin."
Sarah menghela napas. Secara perlahan, Alex merenggangkan lengannya dari tubuh Sarah.
"Maaf, ya," katanya singkat. Ia baru saja mencondongkan tubuhnya untuk mencium laki-laki berkulit pucat di hadapannya itu, tapi Alex menahan lembut lengannya setelah kecupan pertama.
"Ehm, besok lagi saja, ya. Sepertinya kau capek?"
Sarah membalasnya dengan anggukan. Mereka lalu sama-sama membaringkan kepala di atas tumpukan bantal. Bersiap untuk pergi tidur.
Sambil merapatkan tubuhnya, selintas Sarah mencium aroma baru yang terasa tidak asing. Tapi tak ada wewangian baru di kamar itu, seperti aromaterapi atau lainnya. Sarah ingat sempat mencium aroma yang mirip kemarin, ketika mereka bercinta di tangga. Apa ini wewangian yang dipakai Alex? Dia pakai wewangian? Sejak kapan?
"Jadi, sedang memikirkan apa?" tanya Alex, memecah lamunan Sarah.
"Hmm, masih kepikiran yang kemarin."
"Kemarin?"
"Beth. Dan Hans?"
Alex mengangguk pelan, seolah mengerti. Dia diam beberapa saat. "Hmm. Tapi kayaknya kulihat nggak ada yang berbeda dari mereka."
"Iya, sih."
"Kenapa itu begitu membuatmu khawatir?"
Sarah lalu memiringkan tubuhnya untuk menatap Alex. "Aku jadi ingat yang pernah kau bilang. Hans yang royal, seringkali menyebalkan dan bossy..."
Alex tak menjawab apa-apa. Memberikan Sarah melanjutkan kalimatnya.
"Aku khawatir saja. Beth yang lemah lembut itu akan diapa-apakan. Meskipun, yah, kurasa Hans bukan orang jahat,sih..."
Mereka terdiam sejenak, saling bertukar pandang di tengah gelap. Dahi Sarah sedikit berkerut menyiratkan cemas.
"Kurasa, nggak ada yang perlu dikhawatirkan? Mereka sudah bersama lumayan lama. Dan sering berdua ke mana-mana. Tidak ada yang terjadi," tutur Alex.
"Bukan apa-apa. Aku malas kalau ada sesuatu di sini. Entah ada yang bertengkar, atau marahan. Nanti suasana vila ini jadi nggak asyik lagi."
Alex mengernyit dan terdiam sebentar, lalu tawanya pecah.
"Jadi karena itu saja?"
"Yaaa kan aku ikut kalian ke sini buat senang-senang. Kalau suasananya tegang kan jadi nggak nyaman," gumam Sarah. "Tapi, yah, serius. Aku khawatir sama Beth juga. Dia satu-satunya perempuan di sini selain aku."
"Oke, begini saja," Alex membetulkan posisinya. Ia lalu menopang kepala dengan lengannya. Tangannya yang lain memeluk renggang pinggang Sarah. "Kita lihat dulu beberapa hari ke depan gimana? Kalau ada waktu bersama Hans, aku coba pelan-pelan tanyakan. Yah, meskipun mungkin agak canggung karena aku nggak pernah menanyakan kehidupan pribadi ke teman-temanku."
"Kali ini tolong dicoba. Demi aku."
Alex mencibir, sambil mengangkat kedua alisnya. "Hm? Demi kau? Keuntungan buatku apa?"
"Yaa supaya mood-ku membaik dan nggak kepikiran lagi? Nanti aku kasih hadiah."
"Hmm. Hadiah? Hadiah apa?"
"Ehmm," Sarah memiringkan kepala dan melirik ke arah dinding, seperti mencoba mencari jawabannya. Sejurus kemudian, ia mencondongkan wajahnya dengan penuh semangat. "Kau suka nonton nggak?"
"Nonton?"
Sarah mengangguk girang. Bahkan dalam gelap, Alex bisa melihat jelas bibir mungil perempuan di hadapannya tersungging manis sekali, dengan wajah yang berseri-seri. Pemandangan yang tak pernah gagal membuatnya merasa gemas.
Kehilangan sebagian fokusnya, Alex mengamati Sarah yang dengan semangat menceritakan bioskop mini di dekat toko Mbok Ayu. Bioskop itu tak sengaja dilintasinya siang tadi.
"Aku traktir kau nonton di situ besok siang. Tapi, setelah itu kau janji tanya Hans soal yang kemarin. Gimana?"
"Hmm, boleh. Bukan ide buruk."
"Tentu saja. Tapi kalau seru dan lain waktu kita balik lagi, bayarnya harus patungan," tanya Sarah.
"Oke, oke. Deal."
Tak butuh waktu lama untuk mereka terlelap. Meskipun, Alex butuh sedikit usaha untuk terpejam karena begitu bersemangat menanti hari esok.
Selama ini, selain untuk jogging dan pergi makan, besok mungkin pertama kalinya bagi dia dan Sarah pergi jalan-jalan berdua saja. Rasanya seperti berkencan.
Bersambung..

KAMU SEDANG MEMBACA
Roommates for 30 Days [COMPLETED]
Romance[21+] (PREKUEL "My Client is My Ex-FWB] Di sela jeda kuliahnya, Sarah menghabiskan waktu selama 30 hari tinggal bersama Alex, laki-laki yang dikenalnya di dunia maya, serta lima orang teman Alex yang lain di sebuah vila di Bali. Tanpa ikatan apapun...