25. kejutan di rumah ibu

14 2 0
                                    

🌷🌷🌷
☰ ☱ ☲ ☳
🌷🌷🌷

"GHAVA!! "

Ellena menutup matanya saat suara tembakan itu memekakkan telinganya.

Tangannya bergetar, keringat dingin mulai bercucuran.

Pelan-pelan ia membuka mata, ia awalnya berpikir akan melihat mayat ayahnya yang bersimbah darah. Namun kenyataannya tidak.

Hardian masih utuh tanpa setetes darah pun yang melekat di tubuhnya. Varel tidak sebodoh itu menggunakan senjata api, ia masih ingat bahwa dirinya berada di tempat umum.

Sedari kecil ia sudah di ajarkan taktik kejam oleh Ragasta. Ia di ajarkan cara menembak yang benar dan menggunakan beberapa senjata tajam.

"Dendam saya belum terbalaskan, enak saja minta mati tanpa rasa sakit yang menyiksa. " Varel menatap Hardian dengan tatapan tajam.

Ellena masih terdiam di tempat, sepertinya ia masih syok dengan apa yang ia lihat sekarang.

"Jika di total kan dendam saya ada tiga. Dendam pertama, anda mengkhianati keluarga Varendra yang sudah memungut anda dengan sukarela. "

"Dendam kedua, gara-gara anda saya harus menerima puluhan cambukan. "

"Dan dendam ketiga, anda menghambat percintaan saya. Anda membuat trauma kepada gadis yang saya sukai hingga ia tidak berminat untuk membuka hati. "

"Hampir tiga belas tahun keluarga kami menyimpan dendam. Saya masih memikirkan hal apa yang menjadi alasan anda melakukan hal seperti itu, Bapak Hardian. "

"Maaf, Tuan muda. "

Hanya kata 'maaf' yang bisa hardian keluarkan dari mulutnya.

"Maaf anda tidak bisa mengembalikan Ibu saya. "

Ellena yang mendengar ucapan Varel menyeritkan dahinya. Ia tak tau kesalahan apa yang di buat oleh ayahnya pada keluarga Varendra.

Tak lama. Empat mobil berwarna hitam melaju ke arah mereka. Varel tak menoleh sedikitpun ke belakang.

Tangannya tetap kokoh mengarahkan senjata api itu di kepala Hardian. Varel kenal betul siapa itu Hardian Pramoedya, dia salah satu orang terpercaya keluarga Varendra yang di bekali banyak ahli bela diri.

Hanya dalam waktu satu detik, bisa aja Varel di kalahkan oleh Hardian.

Beberapa orang berbadan kekar keluar dari mobil. Di kepung dengan banyak laki-laki membuat panic attack Ellena kambuh.

Ia mencoba mengatur nafasnya dan menahan tubuhnya yang hampir ambruk.

Tiga senjata api lain mengarah ke kepala Hardian. Varel sedikit lega, pelan-pelan ia menurunkan tangannya. Membiarkan tiga orang lainnya menodongkan pistol ke kepala Hardian.

Varel mundur beberapa langkah. Matanya menatap Ellena yang mencoba menenangkan dirinya sendiri.

Ellena butuh Kaell. Ia butuh pelukan seseorang agar bisa menenangkannya, dulu-dulu ia memang bisa menenangkan dirinya sendiri, namun sekarang ia bergantung ke Kaell.

Bukan kemauan Ellena juga menggantungkan dirinya kepada gadis yang lebih tua darinya itu.

Varel peka tentang apa yang dialami Ellena. Ia membisikan sesuatu ke orang kepercayaannya, orang itu mengangguk dan segera memberi perintah kepada yang lainnya.

Hardian hanya bisa pasrah. Ia tau umurnya tidak akan lama lagi, itu adalah resiko yang harus ia tanggung karena sudah berani berurusan dengan keluarga Varendra.

TOKANES || tongkrongan kapel ngenesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang