Memorabilia

308 32 0
                                    

Manusia katanya dibagi atas beberapa tipe kepribadian, ada tipe kepribadian Sanguin yang lebih dikenal dengan sebutan si "populer", ada tipe koleris atau si "kuat", ada tipe melankolis yang sering dijuluki si "sempurna" dan tipe kepribadian plegmatis yang sering juga dikenal dengan sebutan si "cinta damai". Tipe-tipe kepribadian ini tidak selalu tumpleg bleg dengan satu tipe saja namun lebih sering terjadi tumpang tindih antara satu tipe dengan yang lain, namun biasanya tidak lebih dari gabungan dua tipe. Seseorang yang senang dengan kompetisi namun orangnya setia dan senang dengan keteraturan bisa saja memiliki kepribadian koleris-melankolis atau sebaliknya melankolis-koleris. Yang jelas, mana yang lebih dominan biasanya tipenya disebut belakangan. Sama seperti Spiderman misalnya dan bukan Human Spider, itu artinya sisi manusianya masih lebih dominan. Artinya, bentuknya masih manusia namun memiliki kemampuan seperti laba-laba.

Ada juga yang membagi tipe kepribadian atas tiga bagian besar, Carl Jung namanya. Orang itu orang Swiss. Dia membagi tipe kepribadian menjadi: introvert, ekstrovert, dan ambievert. Introvert artinya orang tersebut cenderung ke dalam. Cenderung menyimpan perasaan dan memendam banyak hal. Beda dengan ekstrovert yang meledak-ledak dan selalu ingin tampil. Sedangkan kepriadian tipe ambievert bisa memiliki kedua tipe itu secara bersamaan.

Imung sepertinya memiliki tipe kepribadian introvert namun dalam hal menyelesaikan pekerjaan dan target, dia selalu ingin kesempurnaan. Mungkin tipe kepribadian yang pas untuknya adalah melankolis-koleris. Ada sisi sentimental yang dia pertahankan namun tetap punya tujuan hidup yang jelas. Karena sisi sentimental itulah, Imung selalu menyimpan berbagai jenis alat penyampai pesan yang diterimanya.

Alat penyampai pesan yang digunakan oleh Pancanaka untuk menugaskan Imung bermacam-macam. Seolah Pancanaka mempunyai sebuah tim kreatif yang tak pernah kehabisan ide. Ketika dikontak oleh Pancanaka, biasanya ada seorang tak dikenal yang menyapa Imung dan kemudian berbicara sesuatu yang cukup aneh untuk didengar. Misalkan saja, Imung pernah sedang memotong rambut seorang pelanggan, tiba-tiba si pelanggan memberitahu Imung kalau dia sedang ditunggu di restoran Cak Durasil, mau tak mau Imung harus bergegas menuju restoran tersebut. Sesampainya di sana penerima tamu restoran langsung mengarahkan Imung ke salah satu meja dan guess what, di meja tersebut sudah ada daftar menu yang telah dimodifikasi menjadi petunjuk-petunjuk tentang tugas yang harus dilakukan Imung. Setelahnya, Imung harus membawa pergi daftar menu tersebut dan memusnahkannya. Inilah yang tidak dilakukan Imung. Daftar menu itu sampai sekarang masih ada di sebuah kotak tua bersama berbagai alat penyampai pesan lainnya. Yang cukup unik adalah sebuah boneka yang bisa berbicara, namun tentunya kalimat yang diucapkan bukan kalimat biasa yang seharusnya diucapkan sebuah boneka, kalimatnya sudah berganti menjadi kalimat panjang yang berisi petunjuk tentang siapa yang harus dieliminasi oleh Imung selanjutnya.

Pancanaka memang terkesan old fashioned. Dengan jaman yang serba canggih seperti sekarang, harusnya penyampaian pesan bisa lebih terdigitalisasi. Mbok ya memanfaatkan microchip atau apa gitu, pikir Imung. Tapi inilah keunikannya dan inilah yang membuat Imung ketagihan mengkoleksi berbagai item tersebut.

Kotak tua itu diturunkan Imung pelan-pelan dari plafon kamarnya. Ada satu tripleks plafon yang tidak dipaku dan bisa digeser. Dari bawah jika memandang ke atas tak ada beda yang akan terlihat. Hanya Imung yang tahu tripleks plafon mana yang bisa digeser untuk selanjutnya berlama-lama memandangi tiap koleksi alat penyampai pesan itu. Dipandangi Imung sebuah karton tebal bertuliskan kalimat-kalimat yang kacau. Kalimat tersebut harus dirangkai ulang dengan pemecah kode. Proses ini disebut enkripsi. Setiap agent Pancanaka wajib menguasai proses enkripsi ini. Kalau tidak menguasai fatal akibatnya karena ini berbicara masalah nyawa.

Dengan informasi di karton itulah Imung bisa mengakhiri hidup Rojak, penyamun yang sering menteror jalur pantai utara pulau Jawa. Penyamun yang ingin menjadi calon legislatif dan punya kekuatan politik yang cukup tinggi. Mampu mempengaruhi berbagai keputusan publik yang disampaikan oleh penguasa. Akan sulit kalau Rojak terus dibiarkan. Imung tersenyum mengenang bagaimana dia harus "menyelesaikan" Rojak. Sesaat Imung bangga dengan kontribusinya bagi negara.

Perhatian Imung berpindah ke barang-barang lain. Ada sebuah boneka yang bisa bersuara. Boneka itu membawa Imung dalam suatu misi ke Bangkok, Thailand. Waktu itu Imung harus memutus mata rantai pasokan kokain via Bangkok-Jakarta yang sudah berlangsung rutin. Dikatakan rutin karena sepertinya aparat tutup mata. Imung menghabisi seorang perantara yang menjadi kurir pembawa pesan sindikat mereka. Apakah pasokan kokain masih sampai ke Jakarta atau tidak, Imung tidak tahu. Itu bukan urusannya. Urusannya hanya menyingkirkan si pembawa pesan dan menyerahkan kata-kata kunci ke administrator Pancanaka. Selanjutnya staf Pancanaka yang lain yang akan menyelesaikan urusan tersebut.

Boneka itu masih bisa berbicara. Secara rutin Imung mengganti baterai jam yang dipasangkan dibalik kepala boneka itu. Biasanya kalau sedang sendiri, diperdengarkan Imung suara boneka itu. Suara yang berisi beberapa petunjuk untuk target berikutnya. Seorang pembawa pesan sebuah sindikat obat terlarang. Misi itu berhasil. Si pembawa pesan saat ini mungkin berada di dasar laut. Imung menjatuhkannya dalam suatu pertarungan di sebuah kapal kayu. Saat si pembawa pesan akan memasuki perairan Thailand beserta pesan yang dibawanya. Imung menghabisinya, mengirim kodenya ke pusat dan kemudian pulang dengan pesawat setibanya di Bangkok.

Selanjutnya masih ada beberapa barang-barang lain. Semuanya tertata rapi. Imung kembali memasukkan satu per satu barang-barang itu ke dalam kotak jati. Kotak itu lumayan berat. Butuh tenaga ekstra untuk menurunkannya dari plafon ke tempat tidur. Demikian pula untuk menaikkannya kembali. Namun Imung sudah terbiasa. Diliriknya ke arah pintu. Sepertinya pintu itu tertutup rapat. Lagi pula hari sudah malam, pelanggan terakhir sudah pulang beberapa jam lalu. Tak mungkin Mey dan Sandra masih bangun, pikir Imung.

Ditaruhnya kembali kotak jati itu di bagian yang pas sehingga bobot kotak itu tersangga baik oleh tulang kayu plafon. Imung kembali turun. Disandarkannya kepalanya pada sebuah bantal. Ngantuka eiy...gumamnya dalam hati. Imungpun tertidur pulas.

Pintu itu sedikit terbuka oleh tiupan angin. Rupanya tadi tak sempat dikunci Imung. Biasanya Imung tak selalai ini. Sepasang mata tampak serius memperhatikan gerak-gerik Imung turun naik tadi. Mata itu adalah milik Sandra!

Bukan Banci BiasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang