Imung dan Sandra semakin dekat dalam keseharian mereka. Mey tidak lagi usil mengganggu bosnya itu. dalam hati Mey bersyukur kalau Imung dekat dengan Sandra. Artinya, Imung bukanlah banci tulen. Masih ada rasa dengan pere. Masih ada rasa dengan Sandra. Hmmm... Jangan-jangan karena pembawaan Sandra yang tomboy? Mey mencoba menerka-nerka. Kenapa Sandra ya? Ah, sudahlah rek, pikirnya menepis segala terkaan itu.
Hingga suatu hari Imung mendapatkan pesan yang mengagetkannya. Seorang kurir Pancanaka datang membawa paket berisi sebuah kamera pocket digital. Imung bergegas menuju kamarnya. Dan alangkah kagetnya Imung melihat tugas Pancanaka baginya. Untuk sesat Imung hanya bisa terduduk di pinggir tempat tidurnya.
Sandra pulang sore itu dengan wajah riang gembira. Dia mendapat tawaran bekerja di perpustakaan kota yang membutuhkan seorang petugas penginput data buku-buku. Imung sudah menunggunya di ruang tengah. Tidak ada pelanggan sore itu. Rinrin sudah pulang sejam yang lalu. Mey ada di rumah tetangga, sedang bergosip tentang ini itu.
"Misel!" Imung mengucapkan sebuah nama tatkala Sandra melangkah masuk ke ruang tengah itu. Sandra terkejut. Namun dia tetap berusaha tenang.
"Mas Imung?" katanya.
"Ternyata yeti bo'ong ya nekk..." Imung lupa kalau dulu dia tidak menggunakan bahasa banci ketika bicara dengan Sandra. Tapi dirinya sudah emosi. Bukan karena ditugaskan membunuh Sandra namun karena orang yang disukainya itu tak jujur padanya.
"Amnesia apa itu?...Hanya gaya-gaya yey saja khan? Iya khan!" Imung melanjutkan dengan emosi.
Sandra ternyata adalah agent Pancanaka yang bernama Misel yang sudah hampir setahun tidak melapor ke Pancanaka semenjak dinyatakan missing in action di Australia. Waktu itu Misel harus menyingkirkan mafia trafficking dari Indonesia yang membawa sejumlah anak-anak di bawah umur yang akan diperdagangkan di Australia.
Imung menggenggam Walther PPK itu dengan tangan bergetar. Tak diacungkannya senjata itu pada Sandra. Hanya digenggamnya saja sejajar dengan paha kanannya.
"Sabar mas...sabar.. Sandra jelaskan semuanya.." Sandra sekilas melihat kamera digital yang dipegang Imung. Foto-foto dirinya ada di situ. Sandra tak berkelit lagi.
Sandra alias Misel akhirnya menjelaskan segalanya. Termasuk siapa yang sebenarnya bernama Sandra. Seorang anak perempuan usia belasan yang ada bersamanya saat itu. Yang menjadi korban perdagangan manusia yang dilakukan oleh keluarganya sendiri.
Imung jadi terharu mendengar penjelasan Sandra. Dia menarik sebuah kursi kayu dan langsung terduduk lemas. Ditaruhnya kembali pistol itu di balik baju celana panjangnya. Diselubunginya pistol itu dengan baju kaosnya. Imungpun berterus terang pada Sandra tentang siapa dirinya sebenarnya. Imung justru terkejut ketika Sandra menyatakan sudah tahu tentang Imung lewat file yang ada di kantor pusat Pancanaka.
"Kantor pusat, dimana itu?" tanya Imung. Sandra membeberkan tentang sebuah kantor yang ternyata tempat Imung berlatih Krav Maga dulu. Latihan yang juga disambi Imung dengan silat Cingrik Betawi. Sandra juga mengaku telah melihat koleksi memorabilia Imung di plafon kamarnya. Imung bertambah terkejut.
"Siapa saja yang sudah tahu tentang memorabilia itu? Mey?" tanya Imung. Sandra alias Misel menggelengkan kepalanya.
"Mey tidak tahu...dia terlalu polos...sebaiknya jangan beritahu dia, kasihan dia nanti.." usul Sandra.
"Rinrin?" tanya Imung lagi.
"Aku ndak begitu tahu tentang Rinrin, yang jelas setahuku dia jarang naik ke lantai atas"
"Iya, sehari-hari dia juga sangat sibuk.." lanjut Imung. "Terus bagaimana? Apa yang harus kita lakukan sekarang?"
"Biarkan tiga hari berlalu, dan selanjutnya mas Imung sudah tahu apa yang akan terjadi.." jawab Misel polos.
"Tapi itu artinya kita membiarkan mereka mengacak-acak salon ini?" Imung sedikit tak terima. Dia mulai terbayang adegan Sandra menembak orang yang diutus untuk membunuhnya dulu. Pantas waktu itu tembakannya tepat sekali, pikir Imung. Tak habis pikir dirinya kalau gadis yang ada di depannya ini adalah agent Pancanaka seperti dirinya. Imung semakin kagum pada Sandra.
"Untuk saat ini kita tak punya pilihan mas... Kalau kita pergi kasihan Rinrin dan Mey yang akan kena imbasnya" Misel melanjutkan penjelasannya.
Imung menarik nafas panjang. Tiga hari lagi berarti mereka harus bersiap-siap. Seorang agent akan datang untuk menghabisi Sandra alias Misel dan juga dirinya. Dua lawan satu? Mungkinkah mereka menang? Imung berusaha meyakinkan dirinya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Banci Biasa
ActionBekerja di sebuah salon rumahan di Surabaya, Imung ternyata bukan banci biasa. Dia memiliki serangkaian teknik beladiri yang cukup mumpuni mulai dari Krav Maga hingga pencak silat Cingkrik ala Betawi. Menjadi banci bukan pilihan bagi Imung. Namun se...