Haru no Sakura (Sakura Musim Semi)

5.6K 100 5
                                    

Cuaca musim dingin kini tengah melanda sebuah kota di Jepang. Tampak seorang gadis berbaju seragam putih dengan almamaternya yang berwarna hitam dan rok hitam putih motif kotak-kotak selututnya. Gadis itu tampak pulang sekolah, entah apa alasannya ia duduk di bangku itu seorang diri. Ia bertanya-tanya dalam hati, mengapa bunga Sakura seindah ini harus gugur, padahal bunganya sudah hampir genap ada di rantingnya.

Gadis itu mengambil kelopak sakura yang jatuh di bajunya. Ia memandang dengan tatapan kosong ke pohon sakura. Entahlah apa yang ia pikir kan sekarang. "konnichiwa" sapa seorang gadis bermata coklat di belakang. "konnichiwa" kata gadis berambut pirang itu masih duduk di bangku taman. "oh iya, kenalkan watashi wa namae Rena, Rena Nayaka. Anata?" tanya gadis bermata coklat itu lalu duduk di bangku sebelah gadis berambut pirang. "watashi wa namae Aruchan, Aruchan Morikawa. "kata gadis berambut pirang itu. Gadis bernama Rena itu tersenyum, senyumnya sangat manis dengan lesung pipitnya itu. "nama yang indah" kata Rena. "arigatou gozaimasu" kata Aruchan tersenyum manis hingga memperlihatkan eye smile nya. "oh iya, ngomong-ngomong kau murid di Saitama High School juga ya" kata Rena. "iya" jawab Aruchan singkat. "lalu apa yang kau lakukan disini?" tanya Rena. Aruchan terdiam sesaat mencerna perkataan Rena. "aku? Aku tak tahu apa yang kulakukan disini. Aku hanya heran mengapa bunga seindah ini harus gugur dan bersemi 1 tahun sekali? Tidakkah bunga ini bisa abadi?" jawab Aruchan. "pertanyaan yang polos" kata Rena sambil tersenyum. Rena menarik nafas dan ia mulai menjawab perkataan Aruchan. "kau tahu? Sakura ini tak akan bisa abadi. Karena dia sudah mempunyai takdirnya sendiri. Begitu juga kau. Kau akan pergi meninggalkan dunia entah cepat atau lambat." perkataan Rena membuat Aruchan terdiam sesaat, ia mencoba untuk mengerti apa yang dikatakan Rena. "lihat lah ranting sakura di atas sana" kata Rena sambil menunjuk sebuah ranting sakura jauh diatas sana. Aruchan pun melihat ke atas, ia tak mengerti maksud Rena. "kau tahu? Apa kau bisa menebak dan memastikan mana bunga sakura yang akan jatuh duluan?" tanya Rena. "tentu saja tidak. Mustahil" jawab Aruchan. Rena lagi-lagi tersenyum. "begitu juga kehidupan, kau tidak akan pernah tahu kapan malaikat maut akan menjemputmu pergi bukan?" Aruchan terdiam lagi, semua yang dikatakan Rena benar. "kau benar. Arigatou gozaimasu atas penjelasannya" kata Aruchan datar. "do itte" kata Rena tersenyum sambil menjulurkan tangannya. Aruchan terdiam menatap Rena. "kalau kau mau, aku ingin menjadi sahabatmu" tawar Rena. Tanpa ragu lagi Aruchan pun menjulurkan tangannya dan mereka saling bersalaman. Rena dan Aruchan saling tersenyum bahagia dan mereka pun tertawa di bawah pohon sakura.

Keesokan harinya Di Saitama high school seperti sedang ada sebuah berita besar. Aruchan yang penasaran pun menuju ke arah murid-murid yang sedang bergerombol di mading. Saat Aruchan datang semua murid seolah-olah menyingkir. Aruchan hanya terdiam, ia bingung dengan keadaan ini. Aruchan pun melihat ke papan mading dan... "ya tuhan, siapa yang melakukan ini?!" batin Aruchan. Aruchan jelas kaget saat fotonya di pasang besar-besaran di mading. Yang parahnya fotonya itu diambil saat ia dan Ryusuke sedang bermain sepeda bersama. "katakan, siapa yang memasang foto ini! Ayo jawab!" teriak Aruchan. Semua murid terdiam. "arghh!!! Tak akan ku ampuni yang memasang foto disini!" gerutu Aruchan sambil membuka kunci kaca mading. "oh ternyata... Ada kucing kecil yang merusak kebahagiaan ini." kata seseorang. Aruchan kenal suara itu. "Runa?! Katakan, apa kau yang memasang foto ini?!" geram Aruchan. "kalau iya memang kenapa?" jawab Runa. "Aruchan!" teriak Hanako. "Aruchan, ada apa ini?!" tanya Hanako. "kau lihat saja sendiri!" jawab Aruchan kesal. Hanako melihat mading, dan sekarang ia tahu apa yang sedang terjadi. "anak inilah penyebar gosip di sekolah kita!" kata Aruchan sambil menunjuk Runa. "lalu? Apa masalahmu?" ejek Runa. Aruchan yang tampaknya kehabisan kesabaran mendekati Runa. "kau tahu?! Kau sudah melakukan pencemaran nama baik terhadapku! Dan, aku sangat sangat tidak terima!" bentak Aruchan. "hahaha lalu? Apa urusannya denganku? Aku tak salahkan? Aku hanya bersenang-senang denganmu!" kata Runa sambil mendorong Aruchan. "oh begitu, baiklah kalau kau memang ingin bersenang-senang denganku!" kata Aruchan marah. Ia sudah bersiap memukul Runa, tetapi tangannya di tahan seseorang. "Ryu?! Apa yang kau lakukan! Lepaskan aku!" berontak Aruchan. "pagi-pagi kau sudah membuat onar nona Morikawa" kata Ryu datar. "aku? Kau jangan seenaknya berkata seperti itu! Kau lihat di mading!" kata Aruchan. Ryu pun menengok ke arah mading. Ia tampak sangat terkejut. "siapa yang melakukan ini!" geram Ryu. "semuanya berawal dari dia!" kata Aruchan sambil menunjuk Runa. "kakak... Aku tak percaya kau lakukan ini. Teganya kau pada Aruchan!" kata Rena. Matanya tampak berkaca-kaca. "Rena?" gumam Hanako. "aku? Kakak mu? Bahkan aku tak menganggap mu sebagai adik sedikit pun!" bentak Runa. "kakak... Tega sekali kau berkata seperti itu!" kata Rena sambil berlinang air mata. "dasar kejam!" kata Aruchan sambil mendorong Runa. Aruchan pun mendekati Runa. "sekali lagi kau berani mengatakan itu di depan aku dan Rena. Awas kau! Tega sekali kau menyakiti saudara kembarmu sendiri! Sungguh kejam!" bentak Aruchan. Aruchan pun segera mengambil gambar itu dan pergi meninggalkan mading. "Rena, Ryu ayo kita susul Aruchan" ajak Hanako. "yang lainnya bubar! Masuk ke kelas!" perintah Ryu sebagai Ketua OSIS.

Kumpulan Cerpen Tema JepangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang