Day Dreamer

230 5 0
                                    

***Part 1***  

Angin musim semi berhembus menerpa wajah ku sore itu, masih duduk termenung di bangku dekat lapangan basket, aku menikmati lagu yang beralun dari headphone berwarna jingga ini. Datang seorang perempuan yang langsung duduk di sebelah ku "Tiga hari lagi, acara kelulusannya." katanya. Aku hanya mengangguk pelan. "Apakah kau akan melupakannya?" tanyanya lagi. "Mungkin", jawabku sekenanya. "Dia bahkan tak menanyakan kabarmu sebulan terakhir ini." "Entah lah Umemura. Aku tak tau apa yang kurasakan saat ini". Tatapan ku masih tertuju pada lapangan basket. Di sinilah, dua tahun yang lalu. Untuk pertama kali aku bertemu denganya. Ingatan ku tiba-tiba kembali pada masa itu. Flashback yang terlalu dalam...

Tiga tahun yang lalu
"Umemura san. Umera San." aku memanggil namanya sambil setengah berlari, "Hikari san?" "Kenapa kau meninggalkan ku sendiri di Lab? Aku kan belum hafal isi sekolah ini." "Ehh, gome (1)." "Tidak apa-apa. Ayo segera pulang." baru saja akan melangkahkan kaki, tiba-tiba sesuatu mengenai kepala dan aku pun terjatuh. Gelap, aku tak dapat melihat apa-apa. "Dia sudah bangun" sayup-sayup ku dengar suara itu, seperti tak asing di telinga. "Ohh, syukurlah." Sekarang terlihat dua orang berdiri di samping tempat ku berbaring. "Dimana ini? Auw, kepala ku sakit sekali." "Hikari, kau berada di Ruang Pengobatan Sekolah sekarang, tadi Kak Makkyo tak sengaja melempar bola basket ke arah mu" "Ma-Makkyo?" lalu seseorang yang berdiri di sebelah Umemura berkata "Aku Makkyo. Maaf, aku benar-benar tak sengaja tadi. Masih sakitkah?" aku terpana, untuk beberapa saat aku hanya menatapnya, tatapannya itu.. benar-benar menghangatkan "Ouh, ya emm tidak apa-apa. Ti tidak sakit." "Okay, aku akan kembali berlatih." kemudian dia tersenyum padaku, dug dug dug dug. Rasanya jantung ku mau meloncat keluar saat itu juga. Dan... sejak saat itu. Aku menyukainya.

Hari-hari berikutnya, aku ingin tahu apapun tentangnya. Mencari kesempatan untuk lebih lama memandangnya, melihat setiap turnamen basket yang diikutinya. Hingga kesempatan itu datang lagi. Siang itu, hujan turun deras sekali. Sayangnya, aku tak membawa payung ataupun mantel hari itu, dan sialnya lagi, teman teman ku sudah pulang sejak dari tadi. Aku tunggu, lima belas menit – setengah jam – satu jam, "Aargh!!! Bisa kah kau berhenti sekarang? Aku sudah lapar sekali. Kue moci ku akan segera dingin di rumah... aargh!!!" menyebalkan, dan tiba-tiba seseorang menepuk pundak ku, "Hujan tidak akan berhenti hanya karena teriakan mu itu" "Hei!! memangnya kau siapp.." kata-kataku berhenti sampai di situ. Mungkin pipiku semerah tomat sekarang, "Ahaha.. Apa yang akan kau katakan? Kenapa berhenti?" "Emm, Bukan, bukan apa-apa. Sungguh!" apa yang ku katakan barusan benar? "Hahaaha, bahkan mukamu lebih merah sekarang. Aku hanya bercanda" sial! Aku hanya diam, "Maaf, maaf. Sepertinya hujan sudah tidak deras lagi. Cepat sana kau pulang. Ini, aku pinjami jaket, aku tau kau kedinginan. Okay, aku akan kembali dengan teman-teman ku. Daaagh." belum sempat aku mengucapkan terima kasih, namun punggungnya sudah terlihat semakin menjauh dari ku. Perasaan ini? Belum pernah aku sesenang seperti sekarang. Dengan langkah ringan, aku pulang. Senyum ini bahkan tak hilang hingga aku sampai di rumah.

Esoknya, aku berniat mengembalikan jaket milik Makkyo. Dengan ditemani Umemura, kami mencari kelasnya, "Apa benar ini?" sambil menunjuk ke ruang kelas yang bertuliskan 2-B, "Iya, coba saja kau cari orangnya di dalam." "Aku? Kau tak lihat? banyak orang disana." "Tak apa-apa, ayo cepat masuk." sebelum aku masuk, Makkyo sudah lebih dulu keluar dari kelas, "Hey!" "Ini, jaketnya. Terima kasih." langsung saja pada intinya, aku mengulurkan tangan ku "Kenapa cepat sekali dikembalikan?" orang ini benar-benar aneh, batin ku. Belum sempat aku menjawab, dia sudah berkata kembali "Oh ya, aku tau. Kau ingin segera bertemu dengan ku lagi kan?." "Huft, terserah kau saja lah. Aku mau kembali ke kelas." "Eitss, tunggu." duar!!! Dia memegang tangan ku. Aku hanya berdiri kaku. "Boleh, minta nomor ponsel mu?" "Bo boleh. 0286-....." bahkan aku tak lancar membaca nomor ponsel ku sendiri. "Okay! Akan ku telepon kau nanti." Melihatnya seperti itu, aku hanya tersenyum geli.

Kumpulan Cerpen Tema JepangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang