Penantian Di Bawah Sakura

726 10 1
                                    

Hitoshi melangkahkan kakinya dengan ringan memasuki Taman Ueno sambil bersiul kecil. Sesekali matanya melirik memperhatikan orang-orang yang duduk dan bersantai di bawah pohon sakura bersama teman atau keluarga. Ada yang sambil makan dan bercanda juga ada yang sedang membakar daging. Pemandangan yang sama pada setiap tahunnya saat haru (musim semi) di Tokyo.

Dua hari yang lalu, ketika Hitoshi bersama keluarganya mengunjungi Taman Ueno untuk bersantai dan hanami (melihat bunga sakura), ia melihat seorang gadis yang tengah duduk sendirian di bawah pohon sakura. Raut wajah gadis itu terlihat menyimpan kesedihan. Kedatangan Hitoshi kembali ke Taman Ueno hari ini untuk melihat dan berkenalan dengan gadis yang telah menarik perhatiannya itu.

Hitoshi tersenyum saat dilihatnya gadis yang ia rindukan ada di bawah sebuah pohon sakura yang berbunga lebat dan indah. Gadis itu tengadah memandangi bunga sakura yang bermekaran. Rona wajahnya menyiratkan ada sedikit bahagia di sana walau kesan duka masih tak dapat tertutupi di wajahnya yang cantik.
"Konnichiwa (Selamat siang)!" sapa Hitoshi memberanikan diri seraya duduk mendekati sang gadis. Gadis tersebut memandang Hitoshi dengan tatapan kosong. Tak ada senyum apalagi balasan untuk sapaannya.
"Gomen nasai (Maafkan aku)! Namaku Hitoshi. Nama kamu siapa? Tenang saja, aku tak berniat jahat padamu," kata Hitoshi lembut.
Perlahan gadis itu tersenyum pada Hitoshi. "Namaku Yuriko. Gomen nasai! Aku tak bisa melihatmu. Aku seorang tunanetra," ucap lirih Yuriko yang langsung tertunduk. Air bening mengalir perlahan, keluar dari pelupuk mata indah Yuriko. Lalu ia bercerita pada Hitoshi jika sebuah kecelakaanlah yang telah membutakan matanya satu bulan yang lalu di awal musim semi.
"Aku tak bisa lagi melihat cantiknya sakura saat musim semi, Hitoshi! Setiap hari diriku hanya dapat merasakan keindahan sakura dan membauinya di sini, di sebuah pohon sakura yang selalu menemani kesendirianku," ujar Yuriko sedih seraya tangannya menggenggam bunga sakura.
"Mulai hari ini, aku akan menemanimu di sini. Kamu tak akan sendirian lagi, Yuriko!" ujar Hitoshi sambil menatap lekat pada Yuriko yang tengah tersenyum manis.

Saat senja mulai mewarnai langit, Yuriko dan Hitoshi berpisah di depan Taman Ueno. "Aku tunggu kedatanganmu kembali esok jam satu siang, Hitoshi!" kata Yuriko tersenyum pada Hitoshi sebelum masuk ke mobil yang menjemputnya.
"Pasti aku datang, Yuriko!" balas Hitoshi dengan senyuman sambil melambaikan tangannya pada Yuriko. Hitoshi mengayuh sepedanya dengan perasaan bahagia. Bunga-bunga cinta tumbuh kembali di hatinya.

Setelah satu minggu pertemuan mereka yang rutin di bawah pohon sakura.
"Benar kamu tidak menyesali keputusanmu, Hitoshi. Aku buta, apa yang bisa kamu harapkan dariku?" tanya Yuriko tak yakin.
"Seminggu bersamamu telah cukup membuat keyakinan di hatiku jika kamulah yang mampu membuatku kembali merasakan cinta. Aku tak akan menyesal meski kamu memiliki kekurangan, Yuriko. Wajah cantikmu dan sikap lembutmu membuat diriku tak bisa melupakanmu!" jawab Hitoshi sungguh-sungguh. Ia menggenggam tangan Yuriko. Yuriko hanya diam. Setelah beberapa menit dalam kediamannya, Yuriko pun menganggukkan kepala lalu tersenyum.
"Arigatou gozaimasu (Terima kasih), Yuriko! Aku akan mencintaimu dengan segenap jiwaku," senyum bahagia mengembang dari bibir Hitoshi. Ia berlonjak-lonjak kegirangan di depan Yuriko yang wajahnya bersemu merah.

Satu bulan sudah jalinan hubungan cinta antara Hitoshi dan Yuriko yang disaksikan pohon sakura di Taman Ueno. Hitoshi amat mencintai Yuriko dan tak ingin kehilangannya. Yuriko pun mencintai Hitoshi karena laki-laki itu dapat membuatnya nyaman dan selalu menemaninya.
"Walau kita selalu bertemu dan menjalin cinta di bawah pohon sakura ini, aku ingin memperkenalkanmu pada keluargaku dan melamarmu secepatnya, Yuriko!" pinta Hitoshi saat pertemuan mereka yang kesekian kali di suatu senja.
"Jika aku mendapatkan donor mata dan mampu melihat lagi, aku mau menemui keluargamu dan kamu boleh melamarku, Hitoshi!" ucap Yuriko sambil merapikan rambutnya yang dimainkan angin. Kata-kata Yuriko makin menumbuhkan keyakinan pada diri Hitoshi. Hitoshi merasa keputusannya ini akan membuat keadaan Yuriko lebih baik dan semakin mendekatkan dirinya pada gadis yang amat disayanginya.

***

Hitoshi duduk di bawah pohon sakura yang bunganya sedikit demi sedikit mulai berkurang. Sudah dua minggu Hitoshi tidak bertemu Yuriko dan ia amat merindukan kekasihnya itu. Selama dua minggu Yuriko menjalani operasi matanya namun Yuriko tak mengizinkan Hitoshi untuk menjenguknya karena ia ingin membuat kejutan untuk Hitoshi.
"Tunggu saja di sini! Dua minggu lagi kita akan kembali bertemu. Saat itu aku sudah dapat melihat wajahmu, melihat indahnya taman ini dengan sakura yang bermekaran..." kata-kata Yuriko terngiang di telinga Hitoshi.
"Kenapa hari ini Yuriko juga belum datang ke taman ini? Padahal sudah minggu ke tiga," keluh Hitoshi khawatir sambil meraba bunga sakura yang berjatuhan di tanah, dekat tempat dirinya sedang duduk menanti.

Hari ini masuk minggu ke empat. Hitoshi masih tetap menanti di bawah pohon sakura menunggu kedatangan Yuriko seperti hari-hari sebelumnya.
"Hitoshi!"
Suara yang dirindukan Hitoshi akhirnya terdengar memanggilnya.
"Yuriko, apakah itu kamu?" tanya Hitoshi bahagia.
"Hai (Iya), ini aku. Kamu Hitoshi, kan? Apa yang terjadi padamu, Hitoshi? Kenapa matamu buta?" Yuriko amat terkejut saat melihat keadaan Hitoshi sekarang.
Hitoshi hanya terdiam. Yuriko mengamati Hitoshi dan ia merasa telah dibohongi oleh Hitoshi selama ini. "Kamu membohongiku! Ternyata kamu juga buta. Untuk apa dulu kamu berpura-pura mengatakan kalau aku cantik? Aku benci padamu! Kita putus, aku tak mau memiliki kekasih pembohong dan buta sepertimu!" caci Yuriko yang sangat marah pada Hitoshi. Yuriko meninggalkan Hitoshi yang tak mampu berkata-kata.

"Sesungguhnya aku tak pernah bohong padamu. Biarlah kamu meninggalkanku, Yuriko. Biarlah penantian dan usahaku sia-sia. Asalkan kamu bahagia dan mata itu berguna untukmu, aku sudah sangat bahagia. Jaga baik-baik mataku yang ada padamu sekarang, ya cintaku!" kata Hitoshi menangis namun ia tak pernah menyesal telah mendonorkan matanya untuk Yuriko yang sangat dicintainya.

*

*

*

Cerpen Karangan : Murni Oktarina

Kumpulan Cerpen Tema JepangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang