Warning! Adegan kekerasan menanti kalian!!
Maaf kebanyakan..
-----------------------
Cowok bernama Doni itu mendekatiku. Mulai mencumbu. Tangannya memegangi wajahku, mengelusnya. Kubiarkan saja Alexas berengsek itu. Ah ... bahkan hembusan napas alkohol murahannya berhembus bebas menerpa wajahku. Shit!!
Dia tersenyum. Masih dengan ekspresi mabuk beratnya. "Lo sempur ... na."
Kulihat dua pria lainnya masih terduduk jadi satu di sofa. Aku harus memastikan jati diriku terlindungi malam ini.
"Gue pengen kita minum beberapa botol dulu, bisa?" tawarku pada Doni sialan.
Dengan bodohnya dia mengangguk. "Sangat bi ... sa. Bahkan sa ... ngat bis ... sa, Sayang."
Oke. Sungguh Alexas bodoh. Goblok!!
Aku mulai duduk di sofa. Mulai menuangkan bir. Masih ada lima botol bir penuh di sini. Aku harus memastikan mereka menghabiskannya malam ini juga. Mereka harus teler.
Aku menuangkan ke dalam masing-masing gelas. Mungkin karena mabuk, dua pria teman Doni langsung meminumnya. Begitupun juga Doni. Dia malah meneguk langsung dari botolnya.
Sabar. Itulah bekalku hari ini. Bukankah semua akan ciee ciee pada waktunya?
Kulihat jam di pergelangan tanganku. Ternyata sudah berlangsung satu jam lebih adegan minum-minum itu.
Dua teman Doni sudah tergeletak tak sadarkan diri. Sementara Doni, dengan 2 watt kesadaran yang Ia punya, Ia berusaha mempertahankannya. Hmm ... sudah waktunya.
Memang benar aku pernah ke daerah ini. Seingatku di daerah ini ada jurang yang begitu dalam dan curam. Mungkin di belakang diskotik The Laugh ini. Terimakasih karena Dewi Fortuna berdiri di pihakku.
"Bisa kita keluar? Bukannya lo mau main-main sama gue? Have sex, maybe?"
Gobloknya dia hanya mengangguk. Ada binar puas di sana. Kutuntun dia keluar dari kamar, menuruni tangga, kemudian mengajaknya ke belakang diskotik. Dan benar saja, persis seperti yang kutahu, ada jurang curam di dekatnya. Sangat sepi dan tempatnya cenderung gelap remang-remang.
Kudorong Doni hingga terjatuh. Bahkan aku yakin dada telanjangnya sekarang terluka.
"Argh!!" Dia mengerang. Ingat Ali, lo harus bener-bener bersih malam ini.
"Gue udah bilang kan, sekarang lo benar main main sama gue. Ini asik, Alexas goblok! Have sex yuk, Sayang?" Desisku.
Aku mulai mengeluarkan pisau lipat kecil dan tas plastik dari jaket. Mendekati Alexas yang sudah tepar. Perlahan aku menorehkan luka dipergelangan tangannya hingga nadinya benar benar putus. BENAR BENAR PUTUS.
Berbagai ekspresi keluar dalam diriku. Seringaian, kesinisan, kebahagiaan, juga ... rasa kasihan.Dia mengerang hebat. Saat itulah aku membekap mulutnya dengan kain yang telah kusiapkan. Kondisi mabuk beratnya membuat semuanya berjalan mudah.
Kuambil ranting kecil. Melebarkan luka dengan ranting itu. Memberi kesan kalau ranting itulah yang melukainya. Sangat logis bukan? Setelahnya aku menancapkan ranting itu secara asal ke dalam torehan itu. Memberi kesan tidak adanya kesengajaan dalam hal ini. Sempurna.
"Aaarrrghhh!!!" Suara yang terdengar sangat menyakitkan.
"Robek kan, bolong. Ah, nikmat. Ini seks versi gue, Alexas!"
Darah yang mengalir deras dari tangannya kutampung dalam kantong plastik hitam yang kubawa. Bukannya tadi kubilang aku harus benar-benar bersih? Aku berusaha bermain bersih sekarang. Berusaha agar setitikpun darah tidak mengenai tanah sebelum nanti aku benar benar membuang jasatnya ke jurang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Black Light
FanficManusia Iblis, pantas menjadi julukannya. Darah, nanah, keringat, teriakan-sudah menjadi kehidupannya. "Aku akan melakukan apapun semauku. Jika aku bahagia, kenapa tidak?" - Aliando Kenzo Digenendra Semuanya dimulai dari kesalahan, pertemuan tanpa...