Seminggu berlalu, Vano bener-benar tak pernah keluar dari Apartemennya. Dia bahkan selama seminggu ini bolos kuliah bersama Daren yang mengurusinya setiap hari.
Vano yang tetap aktif walaupun ditinggal Danu kini berubah total, pemuda tersebut tampak lebih diam dan selalu saja melamun. Tatapannya kosong seperti jiwa sang pemilik tubuh sedang tak ada ditempatnya.
"Vano gw abis beliin Lo makanan nih, Lo paling suka makanan olahan tempe sama ikan kan? Nih gw beli tumis ikan sama tempe..." Daren dengan Membawa nampan ditangannya, Daren membawa makanan tersebut dimeja tapi Vano tampak tak mendengar dan tetap melamun, menatap keluar jendela dengan tatapan kosongnya.
Daren berdehem sedikit dan duduk didekat Vano. "Makan woi, katanya mau cari masnya, kalo sakit siapa yang nyari? Masa gw? Mending gw cari cwek cakep buat dinikahin." Lagi-lagi tak ada reaksi membuat Daren merasa sedih.
Daren berharap dengan Vano, memegang kedua pundak temannya dan menggoyangkannya sedikit. "Woii makan ege, kalo lo gak makan nanti Lo mati! Emang lo pas mati, pas di alam baka rela liat mas lo bareng yang lain!?" Vano menanggapi perkataannya, membuat Daren lebih lega tapi apa yang dikatakan pemuda didepannya membuatnya terdiam.
"Gw gak pantes lagi Ren, gw—"
"Gak usah sok dramatis Lo anjing. Lo mah bilang apa hah!?"
"Lo stop dramatis, lo gak bakalan mati, semuanya bakalan baik-baik aja Vano kaya kemaren, hal ini sama cuman beda orang. Semuanya sama Vano, semuanya bakalan berjalan kaya dulu, lo, gw, dan semuanya. Semua itu bakalan sama!"
"Dengerin gw Vano, Lo bisa ngata-ngatain kalo gw gak tau gimana perasaan lo, tapi satu hal yang Lo harus tau. Semuanya bakalan sama, ayah lo sama, bajingan itu sama dan semua-semuanya sama! Cuman Lo yang ngerasain perbedaan Vano, maka dari itu buang rasa itu dan kita coba move on. Iya berat gw tau, tapi cuman Lo yang menderita disini. Gw gak mau Lo ngerasain itu, gw gak suka lo kaya gini."
"Lo masih ada cita-cita buat jadi CEO perusahaan besar dengan gw sekertarisnya kan? Itu cita-cita kita berdua. Tanpa lo sebagai CEO gw gak bisa jadi sekertaris perusahaan besar jadi makan. Cita-cita kita itu ada di tangan lo. Jangan lupa sama mas sama anak lo yang pasti nungguin lo."
"Jangan sampai orang brengsek itu bikin Lo down, bikin semua harapan dan cita-cita lo hilang. Mungkin orang sekitar Lo tau gelapnya lo tapi kalo lo melangkah keluar, gak ada yang tau. Lo adalah Lo, yang putih tanpa gelap." Vano hanya diam mendengar kalimat Daren. Dia hanya menunduk dengan mata berkaca-kaca. Dia faham dengan apa yang dikatakan sahabat tapi tetap saja rasanya kakinya sangat susah untuk dia angkat keluar dari perasaan negatifnya.
"Daren definisi cwok Green flag banget anjay jadi temen, jatuh cinta dikit gak ngaruh😭❤️" -Authot
"Jadi makan tolol, dramatis amat idup lo!!" Daren memukul kepala Vano pelan membuat pemuda tersebut tak jadi menangis.
"Gw lagi mode mellow tau."
"Bacot mellow." Kini Daren beralih pada nampan yang dikacangin sedari tadi. Mengambilnya dan menyodorkannya pada Vano. "Punya tangankan? Keperluan disuapin dong. Manja amat jadi cwok."
"Emang gw minta disuapin Lo!?"
"Gak sih tapi dia novel-novel gitu."
"Gw mah jijik."
"Lo kira gw gak!?"
Seperti biasanya, akhirnya keduanya berdebat dengan berakhir dengan tertawa bersama saat sedang haha hihi. Tiba-tiba saja bel berbunyi, membuat Daren beranjak dari sana keluar kamar dan mengecek siapa yang menekan bel pintu.
Vano yang ditinggal di kamar tak bergeming, toh ada Daren yang ngecek, dia mah masih santai kawan memakan makanannya. Ditambah di traktir yekan, kapan lagi di traktir Daren yang pelitnya ngalahin engkong-engkong china, hehe.
Tinggal suapan terakhir tiba-tiba Daren dari luar berteriak membuat Vano merasa heran, meminum airnya dan berjalan dari sana. Menatap ayahnya dengan beberapa orang sedang menahan sahabatnya.
"NGAPAIN KESINI HAH!? BELOM PUAS LO NGELAKUIN HAL BEJAT SAMA GW!?" Dengan langkah penuh amarah, Vano berjalan menuju ayahnya, menunjuk Wajah sialan itu kesal.
"LO BAJINGAN LEPASIN TEMEN GW!!"
"Setelah pria miskin itu, kau membawa pemuda lain Vano? Apakah kau belum mengerti seberapa nik—"
PLAKK
"BAJINGAN!! LO ORANG TERHINA YANG PERNAH GW TEMUIN! GW NYESEL KENAL SAMA LO!!" Mata ayah Vano membulat terkejut tapi kembali datar dalam sekian detik dan mengangkat dagunya angkuh. "Kau tak akan menjadi seperti ini tanpa ku Vano!"
"Iya! Gw emang gak bakalan gini kalo bukan gara-gara Lo! Gw bakalan hidup bahagia sama orang yang gw suka, hidup gw gak bakalan tertekan kaya gini!! Gw benci sama lo dan gw berharap lo mati sekarang juga!!" Vano berseru tapi tak membuat sang pria setengah baya bergeming.
"Seret dia pulang." Kemudian, beberapa orang menyeret tubuh Vano, Vano berusaha melepaskan dirinya, begitu juga Daren ikut maju membantu, tapi naasnya. Tubuhnya di tendang kesamping membuatnya cukup pusing. Tak ingin melihat kondisi sahabatnya yang memburuk jika kembali kerumah itu. Daren mengambil sebuah Vas dan memukulkannya pada salah satu orang bodyguard disana.
Bodyguard tersebut mengeram marah, berbalik menyerang, Daren yang hampir bonyok. Tak kuasa menahan amarahnya karna kekacauan tersebut. Ayah Vano mengambil pistolnya dan menembak dada Daren membuat pemuda tersebut melotot kemudian jatuh kelantai dengan matanya yang berangsur-angsur tertutup.
"DARENN!!!" Vano berseru, mengajar semua Bodyguard yang berusaha menghalanginya dengan brutal, merebut salah satu pistol mereka dan menembak keseluruh arah, membuat beberapa bodyguard disana berjatuhan.
Vano menghampiri sahabatnya tampak sekarat, menggenggam tangan erat. "Ren, bangun Ren!! Lo sahabat gw kan? Kalo lo mati gw gimana? Gw gampang putus asa Ren... Gimana soal cita-cita kita hah!?"
"Perusahaan bisa tanpa sekertaris tolol, jangan bego." Daren dengan nada tersendat-sendat mengatai Vano dan terkekeh. Membuat Vano rasanya ingin sekali menyobek mulut sahabatnya ini.
"APA YANG LO LIAT BANGSAT!! BANTUIN GW BAWA DIA KERUMAH SAKIT!!" Vano berteriak kesetanan. Membuat beberapa dari mereka menuruti perintah Vano tanpa sadar.
"Please Ren bertahan..." Vano bergumam dengan air matanya menetes membasahi pipinya saat melihat mata sahabatnya mulai terpejam.
Setelah beberapa orang tadi pergi setelah membopong tubuh Daren, Vano mengambil salah satu pistol dari mereka menembak kearah ayahnya tapi karna dia tak bisa mengarahkannya dengan benar, peluru tersebut meleset dan hanya mengenai pipi ayahnya.
"Brengsek!" Vano mendekati ayahnya, menatapnya dengan tatapan tajam. "Lo brengsek, bajingan, menjijikkan. Mati lo!" Vano menekan pelatuk pistolnya dan membuat ayahnya terjatuh kebelakang. Melihat bosnya yang terjatuh. Bodyguard tersebut langsung menghajar Vano hingga pingsan dan membopong dua orang itu kerumah sakit.
To be continue
Weh, apa ini cok Daren gw😭💔
Telat dikit, lagi sibuk di rl guys sorry :)
Written: Sab 11 Jan 2025
Publish: Ming, 12 Jan 2025

KAMU SEDANG MEMBACA
Be Your Bottom [MPREG]
Science FictionNama gw Danuja Satiorjo, Seorang pria kantoran biasa yang punya hidup yang sederhana. Punya gebetan dan nafsu sama melon kembar. Tapi gimana kalo gw, Danuja Satiorjo pria tulen macho tiba-tiba hamil gara-gara Having sex dengan bocah ingusan!? "Maaf...