disebuah lorong hotel, terlihat seorang pemuda yang tampak dibopong oleh seorang gadis cantik menuju kamar yang sudah dia pesan.
"Ehmm mas Danu... Vano kangen." Vano meracau dengan sedikit memberontak, tapi tampaknya sang gadis tak ingin melepaskannya sama sekali.
"Vano diem!"
"Gak mau, maunya mas Danu... Mas Danuku sayang hehe." Lagi-lagi Vano meracau terkekeh seperti orang gila memanggil pujaan hatinya. Cherly yang sedari tadi mendenger racauan Vano merasa kesal sendiri, apa bagusnya Danu Danu itu? Montokan juga pantatnya, cih.
Hingga beberapa menit akhirnya keduanya sampai ke kamar yang di pesan sang gadis. Cherly menghempaskan tubuh Vano dan menatapnya kesal. "liat aja Vano, gw bakalan bikin lo bertekuk lutut di bawah gw."
Dengan perlahan gadis tersebut membuka pakaiannya memperlihatkan pakaian dalamnya yang berwarna hitam. Gadis tersebut merangkak dan mengukung tubuh Vano yang tampak tertidur pulas. Dengan pelan Cherly mengelus rahang Vano yang tampak semakin tegas.
"Lo ganteng Vano, tapi kenapa lo suka sama cwok? Benar-benar sia-sia, padahal banyak cwek cantik di luaran sana yang bakalan nganterin buat lo, salah satunya gw." Cherly terkekeh kecil dan mulai membuka jas dan kemeja Vano memperlihatkan sebuah sixpack yang belum terbentuk sempurna.
"Lo bener tipe cwok gw Vano..." Cherly bergumam, mengelus perut Vano dan mulai menelusuri tubuh atas sang pemuda. Vano tampak masih tenang ditempatnya bahkan tampak tak bergeming membuat Cherly tersenyum bahagia. Dia yakin bahwa Vano itu BI dia hanya beralasan padanya.
"Lo boleh nolak gw kapanpun Vano, tapi kali ini enggak." Cherly membuka resleting celana Vano dan tersenyum bahagia. Sebentar lagi Vano akan menjadi miliknya.
Cherly dengan seksual mengelus adik kecil kebanggaan Vano yang masih tertutup celana dalamnya. Cherly melirik wajah Vano yang tampak keenakan dengan perlakuannya, keningnya mengerut, matanya terpejam erat dengan beberapa desisan kecil keluar dari bibirnya.
"Ehmm..."
"Kenapa Vano? Lo mau lebih?" Cherly semakin semangat mengelus kebanggaan Vano membuat pemuda tersebut semakin mendesah.
"Mas Danu..." Perasaan semangat Cherly padam, dia merasa kesal dan marah. Bahkan saat dirinya lah yang ada disini, pria sialan itulah yang dipikirkan oleh Vano.
Tersulut emosi, Cherly dengan kasar menarik celana Vano, berusaha untuk melorot celana dalam pemuda itu segera sadar dan menghentikan aksinya Cherly. Walaupun masih terpengaruh dengan pengaruh alkohol, Vano berusaha melawan gadis tersebut.
Dia mendorongnya dari kasur dan memperbaiki kancing bajunya serta memperbaiki celananya.
"JALANG, GADIS HINA!!" Vano berseru dan menjambak rambut Cherly, menatap gadis tersebut tajam. Tanpa belas kasih Vano menampar pipi milik Cherly hingga gadis itu jatuh terjerembab. Tak peduli akan hal itu Vano berjalan dengan sempoyongan menuju pintu tapi tanpa sepengetahuannya Cherly di belakang mengambil Vas bunga dan memukulkannya pada leher sang pemuda membuat Vano terjatuh. Masih keadaan setengah sadar, dia merasakan Cherly yang kembali ingin melecehkannya sembari mengolok-oloknya.
Vano ingin bangun, dia tak ingin melakukannya dengan gadis menjijikkan ini, dia ingin muntah, dia ingin membunuh gadis ini tapi kesadarannya memudar, penglihatannya mulai menggelap dan akhirnya dia pingsan. Dia tak ingin ini...
•••
Pagi harinya, Vano bangun dengan bajunya berserakan dilantai, kepalanya sakit dan tak mengingat apapun yang terjadi tadi malam. Matanya membulat menatap seorang gadis yang juga tampak telanjang, tertidur membelakanginya. Pikiran Vano kembali kalut, dia memungut semua bajunya dan memakainya, meninggalkan sang gadis sendirian yang belum bangun sama sekali.
Di lobi hotel, dengan tangan bergetar Vano mengambil telponnya, menelpon sahabatnya yang mungkin sedang memasuki kelas pagi mereka. Beberapa kali dia memanggil Daren akhirnya pemuda itu mengangkatnya. Dengan suara bergetar dan berat, Vano menyuruh Daren menjemputnya Vano tak kuasa menahan dirinya sekarang. Dia takut.
"Daren jemput gw, gw mohon Daren jemput gw. Gw takut, gw takut Daren gw mohon." Vano menangis sesenggukan sambil meracau, mendenger suara sahabatnya yang terdengar tak baik-baik saja tanpa mempedulikan sang dosen Daren berlari mengambil tasnya dan berlari menuju parkiran mengambil motornya masih sambil menelpon Vano.
"Tenang Vano, Lo dimana? Gw jemput." Dengan kecepatan tinggi Daren melajukan motornya membelah jalanan, tujuannya saat ini adalah sahabatnya.
"Gw di jalan anggrek nomor 23, gw ada didepan hotel matahari deket Club Athena." Ucap Vano dengan nada bergetar dengan sesekali sesegukan.
"Tungguin gw, jangan kemana-mana gw otw."
"Cepet Ren, gw takut." Vano Berjongkok dipinggir jalan bak orang hilang, dia menatap ponselnya penuh harapan yang hanya mengeluarkan suara angin yang bertabrakan dan akhirnya beberapa menit kemudian Daren datang.
Vano berlari memeluk tubuh sahabatnya meluapkan rasa kecewanya pada dirinya sendiri, juga rasa takut yang dia alami.
"Daren mereka jahat Ren, mereka jahat, gw kotor, gak suka." Vano meracau, memeluk tubuh sahabatnya erat.
"Tenang Vano gw ada disini, lo aman sama gw Alen disini." Daren mengelus punggung kokohnya sahabatnya membawanya menuju motornya dan membujuknya agar mereka pergi dari sana.
Dengan perlahan Daren melajukan motornya, mereka akan pulang ke apartemen milik Vano untuk memenangkan sang pemuda.
Beberapa menit, akhirnya mereka sampai Daren langsung membawa sahabatnya menuju kamarnya dan memberikannya air untuk memenangkan pemuda tersebut.
"Lo kenapa ada disitu? Apa yang terjadi?" Daren duduk didekat Vano yang tampak pucat dengan tatapannya yang kosong.
"Gw diperkosa Ren... Gw dipaksa ngelakuin itu." Vano bergumam menitikkan air matanya, menatap lantai kosong. Rasa kecewa juga marah kembali menyeruak masuk kedalam rongga dadanya membuat lehernya terasa dicekik.
"Vano..." Daren bergumam dan berakhir memeluk tubuh sahabatnya.
"Gapapa Vano gw disini, gw bakalan temenin lo, bantuin lo dan jagain lo. Gw bakalan bunuh orang yang ngelakuin itu ke lo kaya kemarin."
"Gw takut Lo gak bisa lakuin itu lagi Ren, hal ini terencana, Randian yang buat. Dia—"
"Kalo gitu gw bakalan jagain lo, gw gak bakalan buat mereka masuk dan ketemu sama lo. Gw bakalan jagain lo Vano." Daren mengelus punggung Vano pelan, berharap dapat membuat perasaan sahabatnya itu lebih baik. Dia tak menyangka ayahnya Vano akan melakukan hal hina seperti ini pada anaknya sendiri.
•••
Ditempat lain, sang pelaku hanya dia tak bergeming di sebuah kamar. Memunguti pakaiannya yang berceceran dengan sedikit tertatih. Pergi dari hotel dan memasuki sebuah mobil yang sedari tadi menunggunya.
"Bagaimana?" Seorang pria setengah paruhbaya menyeletuk saat sang gadis masuk kedalam mobil.
"Lancar."
"Good."
Kemudian hening, dengan mobil yang mulai dilakukan. Jauh didalam lubuk sang gadis, dia merasakan perasaan yang menjanggal dihatinya. Dengan ekspresi suram gadis tersebut menatap jendela mobil, melamun dalam diam.
To be continue
Bab ini belum puas, tapi kalo Doubel up salah satu babnya kadang kurang vote, gak banyak yang baca sama kurang komen. bikin males tauk ( ̄ヘ ̄~)
Jadi buat update selanjutnya tungguin besok atau gak hari Senin, oke (◍•ᴗ•◍)
Written: Jum, 10 Jan 2025
Publish: San 11 Jan 2025

KAMU SEDANG MEMBACA
Be Your Bottom [MPREG]
Ciencia FicciónNama gw Danuja Satiorjo, Seorang pria kantoran biasa yang punya hidup yang sederhana. Punya gebetan dan nafsu sama melon kembar. Tapi gimana kalo gw, Danuja Satiorjo pria tulen macho tiba-tiba hamil gara-gara Having sex dengan bocah ingusan!? "Maaf...