Chapter 1: The Unwanted Princess

1K 38 3
                                    

Chapter 1: The Unwanted Princess

Bermimpi menjadi seorang anggota keluarga kerajaan mungkin adalah impian sebagian besar orang. Bagaimana tidak? Dengan menjadi bagian dari anggota keluarga kerajaan kehidupanmu sebagai makhluk hidup akan terjamin. Rumah mewah, harta yang melimpah, makanan enak sampai penjaga yang siap melindungi dirimu kapan pun dan dimanapun. Namun, semua itu adalah mimpi bukan? Kenyataannya tidak demikian. Terlebih lagi dengan apa yang terjadi dengan diriku.

Memang, aku terlahir sebagai seorang putri pertama kerajaan ini, sebuah kerajaan besar dengan populasi penduduk 1 juta jiwa bernama Chervia. Ayahku memang seorang raja bernama Charles Lorenna Alexander. Seorang raja keturunan dinasti Alexander yang ke-4. Walaupun begitu aku tidak terlahir dari rahim seorang ibu manusia. Ibuku adalah bangsawan Elf bernama Layla. Jika kau mau tahu, di dunia ini pernikahan antar ras masih menjadi hal yang tabu. Jika kau orang biasa, kisah cintamu akan berakhir tragis. Kau bisa diasingkan, disiksa, sungguh tidak manusiawi bukan? Memang itulah kenyataannya, sebuah dunia yang hidup di zaman modern namun, permasalahan tentang ras dan hak asasi masih menjadi masalah utama.

Walau ibuku adalah seorang keturunan bangsawan Elf dari Elfheim, pernikahan ayahku dan ibuku tidak mendapatkan restu dari dewan kerajaan dan fraksi. Tetapi, ayah tetap berusaha untuk menikahinya. Sampai akhirnya kedua kubu meyetujuinya dengan dalih mengakhiri ketegangan antara ras manusia dan elf. Jika kau mau tahu, walau seorang elf lahir dengan kekuatan sihir namun, seorang elf tidak dapat berkutik ketika didepan hukum dan masyarakat. Alasannya cukup sederhana, karena manusia masih diatas segala-galanya. Mereka cerdas dan berdaya juang tinggi, satu-satunya ras yang selalu diagung-agungkan di dunia ini, walau mereka tidak memiliki kemampuan khusus seperti Elf dengan sihirnya dan Gadyn dengan kemampuan fisik serta panca indera yang luar biasa.

Hingga sampai pada saatnya aku lahir. Orang-orang di dalam istana sering bilang, kelahiranku adalah malapetaka. Bahkan, semenjak aku lahir kerajaan ini selalu diwarnai dengan pertumpahan darah. Kasus tersebut diawali dengan kasus percobaan pembunuhan terhadap keluarga raja yaitu diriku. Manusia-manusia berkuasa yang ada di istana ini tidak ingin aku lahir ke dunia ini. Karena seorang makhluk yang dilahirkan dari manusia dan ras lain adalah aib bagi keluarga raja. Alasan macam apa itu? Bukanah setiap makhluk hidup memiliki hak hidup yang sama di dunia ini? Apakah manusia adalah Sang Pencipta hingga mereka bisa seenaknya memutuskan siapa yang hidup dan siapa yang tidak? Dunia ini memang sudah gila.

"Ibu, apakah salah aku memiliki mata yang berwarna merah? Mereka selalu menghina dan mengejekku. Mereka bilang aku adalah Iblis." Kataku yang saat itu masih berumur 3 tahun, aku memeluk ibuku dengan sangat erat. Aku berusaha agar tidak menangis, walau kedua mataku yang berwarna merah sudah berlinang.

Sebelum ibuku membalas perkataanku, ia tersenyum lalu memelukku dan mengelus rambut pirang panjangku. "Tidak, matamu adalah mata terindah di dunia."

Aku melihat ibuku takjub, kata-katanya saat itu seolah menghilangkan tali yang mengikat dadaku. Aku tersenyum dan melihatnya, ia tersenyum bagai malaikat. Matahari senja yang masuk menerobos melalui jendela membuat rambut coklatnya berkilauan. Menambah efek kecantikan yang terpancar dari dirinya.

"Kau tahu? Ketika pertama kali aku bertemu dengan ayahmu, kami tidak sengaja saling bertabrakan hingga terjatuh. Lalu kedua mata kami bertemu, dan kau tahu apa yang ia katakan setelahnya?" Aku pun menggeleng pertanda tidak tahu. Ibu kembali tersenyum, ekspresi wajahnya saat ini menunjukkan jika ia tengah bahagia mengingat semua kenangan itu.

"Charles berkata jika mataku cantik dan unik. Dia adalah satu-satunya manusia yang pernah memuji mataku."

Semenjak saat itu, setiap orang yang mengejek mataku yang berwarna merah selalu aku ancam dengan perkataan, jika kau menghina mataku yang berwarna merah ini sama saja kau menghina raja. Semenjak saat itu, orang-orang yang mengejek mataku tidak pernah menggangguku. Lucu sekali bukan?

The RoyalsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang