Chapter 10 : Confession and Secret Chamber

252 24 5
                                    

Sebelum kembali ke penginapan, Alcy memutuskan untuk jalan-jalan dan menikmati suasana kota Hedonia. Dari sudut matanya, Bergamot dapat melihat jika sebuah senyuman kini terukir di wajah cantiknya. Dari ekspresi wajah gadis itu, Bergamot bisa menebak jika kini sang putri tengah bahagia.

"Dari wajahmu, aku bisa menebak jika kau tengah bahagia."

Alcy diam sejenak, membiarkan semilir angin musim panas menerpa wajahnya. Lalu, sang putri menegadahkan kepalanya melihat langit sambil berkata, "Ya, itu semua berkatmu Bergamot." Beberapa detik kemudian sang putri menoleh ke arahnya masih dengan senyuman yang menghiasi wajahnya. "Terimakasih."

Jalanan Hedonia cukup lenggang, tidak banyak orang yang menggunakan transportasi pribadi untuk bepergian. Kebanyakan dari mereka memutuskan untuk berjalan kaki dan menggunakan transportasi umum. Itulah alasan mengapa, sisi pejalan kaki selalu dipadati oleh berbagai macam makhluk. Mulai dari manusia, Elf dan Gadyn.

Alcy bahkan sudah tidak menghiraukan tatapan orang-orang yang menatapnya aneh. Mungkin mereka menatapnya demikian karena, dari atas sampai kebawah tubuhnya sudah dipenuhi oleh noda coklat tanah. Kini penampilan Alcy bagaikan seorang gelandangan yang tidak mandi beberapa minggu. Walaupun demikian, tidak membuat aura kecantikannya luntur.

"Hei...apakah kau tidak risih melihat mereka yang selalu menatapmu begitu?" bisik Bergamot yang diam-diam memperhatikan gerak-gerik para pejalan kaki senantiasa memperhatikan mereka.

"Haha...biarkan saja, lebih baik seperti ini, daripada mereka mengetahui siapa aku yang sebenarnya," balasnya enteng.

Hingga kemudian, tiba-tiba Alcy menghentikan langkahnya ketika ia melihat ke arah sebuah taman besar yang berada di belokan jalan. Dari sudut matanya, ia seolah melihat sosok yang sangat ia kenal. Rambut coklat, kemeja putih dan celana hitam. Ya, itu adalah Glen dalam mode menyamarnya.

Kemudian, sesuatu yang sangat mengejutkan tiba-tiba membuat seluruh tubuhnya membeku, membuat langkahnya terhenti dan ia membatu. Glen tengah berciuman dengan seorang gadis yang tidak ia kenali. Oh tidak, semakin ia memperhatikan gadis itu, gadis itu cantik, sangat cantik bagai peri. Apakah mungkin, dia adalah kekasih Glen?

Namun, sesuatu yang berada di dalam diri Alcy mulai bertingkah abnormal. Tiba-tiba ia merasakan sebuah getaran yang sangat hebat dari dalam dadanya. Entah mengapa, saat ini ia merasa sangat marah dan dikhianati. Membuat kedua tangannya terkepal dan ekspresi wajahnya berubah. Semua rasa seolah bercampur aduk di dalam hatinya.

Melihat perubahan yang terjadi di dalam diri Alcy, seolah Bergamot mengetahui sumber penyebabnya. Benar saja, ketika Bergamot mengikuti arah pandang gadis itu, pemuda itu juga sama terkejutnya dengan Alcy. Bagaimana tidak, kedua mata Bergamot tentu sangat mengenali kedua sosok yang sedang berciuman itu. Itu adalah Glen dan Vania. Tapi satu hal yang ada di dalam kepala Bergamot, bagaimana mungkin Vania bisa berada di sini? Apa yang dilakukannya disini? Dan oh, mengapa mereka berdua harus dipertemukan dalam waktu yang salah.

Dari sudut pandangnya, Bergamot bisa tahu jika mungkin saja perubahan sikap dan ekspresi Alcy disebabkan karena ia melihat pemandangan ini. Oh, Bergamot tahu perasaan itu, Alcy merasa cemburu. Tapi, sejatinya pemuda itu tidak berani menanyakan lebih jauh kepada sang putri tentang apa yang dirasakannya saat ini.

"Ehm....Yang Mulia, anda tidak apa-apa?" tanya Bergamot seolah ia tidak tahu apa-apa.

"Bergamot, ayo cepat kita pulang," kata Alcy yang mendadak menjadi dingin. Oh Bergamot ingat sekali nada bicara ini. Nada bicara yang didengarnya kali ini, pernah ia dengar ketika pertama kali Glen bertemu dengan Alcy, sebuah nada yang menghisyaratkan kebencian.

@@@

Semenjak kejadian itu, entah mengapa perasaan Alcy tidak pernah tenang. Gejolak di dalam dirinya seolah menyatakan jika saat ini ia tengah marah, benci dan sedih. Tapi sejatinya, ia tidak tahu mengapa ia harus merasakan semua perasaan ini? Mengapa sebuah perasaan seperti dikhianati ini harus menyambangi dirinya? Bukankah jika gadis itu tidak memiliki perasaan apa pun kepada sang pangeran ia tidak akan merasakan semua hal ini? Oh, apakah mungkin gadis itu diam-diam sudah jatuh cinta padanya.

The RoyalsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang