Chapter 7 - Death of A Friend

298 22 0
                                    

Hello chapter selanjutnya berhasil apdet huehehe :D gimana nih liburannya? Semoga cerita saia bisa menghibur kalian semua ya? Dan semoga cerita yang saya bikin ini bisa nyambung sm chapter2 sebelumnya hehe :D

Kalo ada ide, saran dan komentar boleh banget niih. Ditunggu like dan vomenntnya ya!!! :D

Istana Edensil, Chervia

Ketika pertama kali Alcy terbangun dari tidurnya, ia merasa ada sesuatu yang aneh. Tiba-tiba ia merasa seluruh tubuhnya serasa berat untuk digerakkan. Seolah ada sesuatu yang menahannya, terlebih lagi kini gadis itu merasakan deruan nafas seseorang tepat di tengkuk lehernya. Lalu tiba-tiba sesuatu merayap masuk ke dalam baju tidurnya dan merengkuh pinggangnya. Oh tidak, apakah ia tengah tidur dengan seseorang di sampingnya?

Alcy pun meneguk ludah dan berusaha untuk menoleh ke belekang tanpa membuat pergerakan yang tiba-tiba. Oh tuhan, ia sungguh tidak berani untuk melihat siapakah itu? Sungguh seumur hidup, ia tidak pernah sekalipun tidur dengan pria. Oh tunggu, apakah barusan Alcy mengatakan jika saat ini seseorang yang satu ranjang dengannya adalah seorang pria?

Benar saja, ketika Alcy berhasil membalikkan seluruh tubuhnya untuk melihat sosok yang tertidur di sampingnya alangkah terkejutnya ia ketika mendapati sosok itu adalah Glen. Demi tuhan! Itu adalah Glen!

Kedua pipi gadis itu pun bersemu merah ketika ia mendapati jika kini Glen tengah bertelanjang dada. Oh tuhan, ia bahkan bisa merasakan betapa kerasnya otot-otot Glen dan betapa terbentuknya tubuh pemuda itu. Alcy bahkan meneguk ludah ketika tanpa sengaja jari jemarinya menyentuh abdomen pemuda itu yang berbentuk kotak-kotak.

Oh tuhan! Apa yang sedang Alcy lakukan?

Tunggu dulu, ia tak sadar kapan ini semua berakhir menjadi seperti ini? Ketika ia mengingat kejadian kemarin malam, jantungnya tiba-tiba kembali berdetak dengan kencang. Ia dan Glen berciuman. Tunggu dulu? Benarkah dirinya dan Glen berciuman?

Bahkan Alcy sampai menyentuh bibirnya sendiri dengan jari jemarinya yang bergetar. Memori kemarin malam seolah berputar dengan sangat pelan di dalam kepalanya, membuat ritme jantungnya semakin cepat. Alcy bahkan tidak ingat, kenapa tiba-tiba ia berakhir di tempat tidur dan Glen berada disisinya. Apakah ia pingsan?

'Oh tuhan apa yang telah terjadi?', kata Alcy pada dirinya sendiri.

Hingga tiba-tiba kedua mata Alcy menangkap sebuah senyuman menggoda terpasang di wajahnya yang tampan. "Sedang memandangi wajah tampanku, eh?" kata Glen tiba-tiba.

Mendengar penuturan itu darinya, sontak saja membuat Alcy terkejut dan langsung menjauhkan diri darinya. Tapi apa daya, tiba-tiba lengan-lengan kekar milik pemuda itu menghalanginya dan memaksanya untuk semakin mendekat.

"Ah, aku masih mengantuk, tidur sebentar lagi," kata Glen masih memejamkan mata.

Uh-oh, ini gawat! Alcy tidak boleh membiarkan ini semua terjadi sesuai kehendak pemuda itu.

"Kau tahu, aku sedikit kelelahan karena dirimu semalam."

Kelelahan? Aku? Semalam? Mendengar kata-kata itu meluncur dari mulutnya semakin membuatnya terkejut dan membuat wajahnya semerah kepiting rebus. "He...hey...apa yang kau maksud?" balasnya sembari bergidik ngeri.

'Ya tuhan, tolong katakan jika aku dan dia tidak berbuat macam-macam tadi malam.'

"Ya, kau bahkan membuat punggungku sakit karena menggendong tubuhmu yang berat. Kau pingsan semalam, setelah menciumku," kata Glen yang masih di sela-sela kantuknya. Walaupun begitu, senyuman menggoda itu masih terpasang di wajahnya yang setampan malaikat.

Tunggu? Apakah barusan Glen bilang mencium? Jadi kejadian semalam benar adanya? Jika dirinya dan Glen tengah berciuman? Otak warasnya seolah-olah berusaha untuk mencari ketidak benaran dari kata-kata yang dikeluarkan Glen barusan. Namun, entah Alcy sudah berusaha hingga jutaan kali pun, otak warasnya tetap memutar kejadian yang sama, kejadian dimana dirinya tengah berpelukan dengan Glen lalu berciuman. Oh tuhan, Alcy pasti sudah benar-benar gila sekarang!

The RoyalsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang