“Gue yang tadinya selalu merasa sedih dan kecewa setelah lo koma, dan kini perasaan itu langsung berubah setelah lo sadar kembali.”
~Priscilla A. A
45. MBOAM || Argi Sadar?
💃
Kini, kedua mata yang selalu tertutup itu mulai terbuka dengan perlahan. Netra hitamnya menatap langit-langit ruang rawatnya dengan kerutan halus di dahinya sambil mengingat kembali alasan ia bisa di sini. Setelah mengingatnya, lantas tatapannya menatap istrinya yang sepertinya tengah melamun. Ia terbatuk pelan.
“H—haus,” ucap Argi sedikit terbata, sambil memegang tenggorokannya.
Tangan Argi bergerak untuk memegang tangan Priscilla yang masih melamun itu dengan pelan, membuat Priscilla tersentak kaget. Ia menyunggingkan senyuman tipisnya saat netranya bersitatap dengan netra coklat milik Priscilla.
“M—min—um,” pinta Argi dengan tatapan lemahnya.
Kedua netra coklat milik Priscilla terlihat berkaca-kaca saat menyadari jika Argi telah sadar. Lantas, tangannya bergerak dengan cepat untuk mengambil gelas yang terletak di atas nakas, dan memberikannya kepada Argi.
Argi mengambilnya, dan langsung meminumnya sedikit. Setelahnya, ia berikan kembali gelas itu kepada Priscilla, yang langsung diterima dengan cepat oleh Priscilla. Ia sedikit menggerakkan badannya untuk mendudukkan tubuhnya di atas brankar. Lantas, ia menatap Priscilla dengan lembut.
“Ala ...” panggil Priscilla lirih. Bibirnya bergetar menahan tangis.
Argi tersenyum tipis. Ia merentangkan kedua tangannya, mengkode Priscilla agar memeluknya. “Sini peluk, La.”
Priscilla langsung memeluk Argi dengan erat, seolah tidak mau kehilangan Argi. Ia terisak pelan di dalam pelukan Argi, sambil mencubit pinggang Argi pelan.
“Lo jahat banget sih, ninggalin gue!” gerutu Priscilla disela-sela isakannya. “Kenapa tidurnya lama banget coba?!”
Argi terkekeh pelan. Tangannya bergerak untuk mengelus surai panjang Priscilla dengan lembut. “Maaf. Keenakan tidurnya soalnya, makannya lama bangunnya.”
Priscilla melepas pelukannya. Ia memukul dada Argi pelan, dengan bibirnya yang tertekuk ke bawah. “Jahat!”
“Ssh,” ringis Argi berpura-pura kesakitan, sambil memegang dadanya.
Priscilla menatap Argi dengan tatapan bersalah. “Maaf. Pukulan gue kekencengan ya?” tanyanya dengan nada bersalah, sambil mengelus dada Argi dengan pelan.
Argi memegang tangan Priscilla yang tengah mengelus dadanya, membuat elusan di dadanya terhenti. Ia tertawa pelan. “Gue becanda La.”
Priscilla berdecak kesal. Ia menepis tangan Argi pelan.
“Oh iya. Kenapa nih lo tiba-tiba lembut gini ke gue?” tanya Argi. Sejujurnya, ia penasaran dengan sikap Priscilla yang menurutnya sangat berbeda dari biasanya.
Bibir Priscilla langsung terkatup rapat. Ia bingung harus menjawab apa. Masa iya dirinya menjawab jika ia sudah mulai mencintai Argi? Gengsi dong!
“Lo ngerasa bersalah sama gue?”
Priscilla mengangguk pelan. Ia menundukkan kepalanya, dengan perasaan bersalah yang kembali muncul. “Maaf.”
Argi tersenyum kecut. Bolehkah ia berharap jika sikap Priscilla yang berubah ini gara-gara Priscilla mulai mencintai dirinya?
“Iya gak papa. Gak usah minta maaf. Itu ‘kan udah jadi tanggung jawab gue sebagai suami lo untuk lindungin lo,” balas Argi, sambil mengacak rambut Priscilla dengan gemas.

KAMU SEDANG MEMBACA
Married Because Of A Misunderstanding
Teen Fiction"Gue percaya kalau cinta itu datang karena terbiasa. Buktinya, gue jatuh cinta sama dia karena terbiasa bersama." ~Argi Bentala Gilson "Cinta dan juga benci itu beda tipis. Jangan terlalu benci kepada orang, karena...