14.

234 62 7
                                    

Sesuatu sedang mengganggu pikiran Sasuke dan Sakura tahu akan hal itu. Dia memang belum tahu apa penyebabnya, namun apa pun itu pastinya sesuatu yang tidak Sasuke sukai.

Mereka sekarang berada di Kids Caffe yang berada di lantai kedua toko mainan yang mereka kunjungi. Ketiga keponakan Sasuke sudah menghabiskan susu cokelat dan potongan stroberi mereka sebelum berlarian dengan penuh semangat menuju area bermain yang diawasi oleh para petugas.

Sasuke duduk dalam diam menatap ke arah para keponakannya. Sakura mengikuti arah pandangannya pula. Ruangan itu dipenuhi tawa anak-anak yang polos dan murni. Mengalihkan pandangannya, Sakura melirik ke arah Sasuke dan menyentuh tangannya.

"Terjadi sesuatu?" Tanya Sakura hati-hati.

"Apa kau melihat Naruto di jalan tadi?" Balas Sasuke dengan suara pelan sambil tersenyum.

Sakura mengerutkan alisnya sebentar. Ternyata soal Naruto yang membuat Sasuke jadi berubah diam seperti itu. Sakura menggeleng. Dia tidak melihat Naruto di sepanjang jalan menuju kemari.

"Aku melihatnya di persimpangan tadi. Kami sempat saling menatap. Tidak lama memang, tapi aku merasa dia membenciku." Sasuke menghela nafas panjang. "Dia sepertinya benar-benar menyukaimu hingga tidak suka melihat kita bersama."

Pembicaraan itu lagi. Sakura sampai merasa bosan. Bil terus seperti ini, bukan tidak mungkin mereka bisa bertengkar karena laki-laki itu.

"Lalu kenapa? Kau tahu aku tidak membalas perasaannya kan? Berhentilah berpikir tentang itu. Kita sedang mencoba membuat semua ini berhasil kan?" Ujar Sakura melontarkan semua rasa frustrasi yang tiba-tiba ikut mengganggu pikirannya.

Seulas senyum tipis tersungging di wajah tampan Sasuke. Dia menggenggam tangan Sakura erat. "Kau benar. Aku tidak seharusnya memikirkan perihal Naruto di saat seperti ini."

"Kita tidak bisa mengendalikan perasaan orang lain, tapi kita bisa mengendalikan perasaan kita sendiri." Ucap Sakura lagi.

Mereka berdua saling menyunggingkan senyum. Menyisihkan Naruto dari pikiran mereka dan membiarkannya di sana.

***

Pulang ke kediaman Uchiha, Sasuke sudah tidak lagi murung. Dia sudah kembali menanggapi ocehan tanpa henti para keponakannya dan bahkan bergurau soal uangnya yang terkuras habis setelah membelanjakan para bocah.

Hari sudah malam saat mereka tiba dan hidangan makan malam telah terhidang di meja makan. Semua anggota keluarga makan dengan damai dan suasan dipenuhi tawa.

Ayah Sasuke menahan mereka pulang. Menyuruh mereka untuk menginap di sana. Sakura menolak, namun luluh juga saat para calon keponakannya merengek tak mau lepas darinya.

Malam itu mereka tidur di kamar lama Sasuke. Tidak hanya berdua, namun diikuti oleh ketiga bocah yang terus saja menempel dan akan menangis bila diminta kembali kepada kedua orangtua mereka.

Sasuke merengut. Dia tidak bisa tidur di atas kasur karena ketiga keponakannya sudah berbaring telentang di kanan dan kiri Sakura hingga tidak menyisakan sedikitpun tempat untuknya. Pada akhirnya dia mengalah dan tidur di lantai beralaskan selimut tebal yang dia tarik paksa dari dalam lemari.

Sampai sekitar pukul 10, anak-anak itu masih mengoceh sebelum akhirnya semua menjadi senyap. Sasuke mengitip ke atas tempat tidur. Dia mendapati Sakura yang masih terbangun dan perlahan melepaskan diri dari pelukan tangan-tangan kecil itu.

"Aku tidur di dekatmu." Bisik Sakura sambil melangkah perlahan turun dari tempat tidur. Dia berusaha keras untuk tidak membuat banyak gerakan. Takut bila membangunkan anak-anak dan nantinya akan sulit untuk menidurkan mereka kembali.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 2 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Last GameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang