1

15.7K 585 3
                                    

1.

Namanya Caca, lengkapnya Cleodra Keyza Azzahra. Hidupnya penuh liku hanya ada empat orang penerang dalam hidupnya. Yang pertama adalah Ayahnya. Yang kedua adalah sahabatnya Natha Pratama , Yang ketiga adalah sahabatnya juga Aditya Wijaya, dan yang terakhir adalah Jeano Aleo Pratama ia adalah cinta pertamanya sejak SMP walaupun Caca selalu diabaikan bahkan dianggap tidak ada oleh Jean tetapi ia tetap saja mencintai Jean. Tapi sekarang Jean juga kegelapan bagi Caca, penerang hidup Caca tinggal tiga.

Pagi ini seperti biasa tidak berkesan sama sekali di hati Caca, Caca menunggu Adit menjemputnya di depan pagar dan bersandar di depan pagar dengan memutar mutar ponselnya dengan jemari mungilnya, saat melihat motor Adit di depan gerbang rumahnya Caca memberikan tatapan tajam. "Ca?" panggil Adit lalu menatap Caca dari atas ke bawah, melihat penampilan Caca yang sangat amat tidak rapih, Belum apa apa baju seragam Caca sudah berantakan Kaus kaki di bawah mata kaki, tetapi rambutnya yang ikal itu terikat rapih. Adit menggeleng gelengkan kepalanya, tanpa berfikir panjang Caca langsung menaiki motor Adit "cabut Dit" ujar Caca menempeleng helm yang di pakai Adit. "Gak usah nempeleng berapa mbak?" tanya Adit lalu menjalankan motornya dengan kecepatan penuh, membuat siapa pun yang di bonceng oleh Adit ketakutan tapi berbeda dengan Caca, Caca malah merentangkan kedua tangannya dan memejamkan matanya, membiarkan semilir angin menerpa wajahnya dan membiarkan rambutnya beterbangan.

Caca masih menikmati indahnya dunia. Hal yang sudah menjadi favoridnya setelah langit malam dan benda luar angkasa. Caca sering kali berfikir kalau bila ia menjadi Bintang yang paling terang dan dikagumi oleh semua orang. Itu hanyalah angan, lebih baik kembali pada kenyataan. Saat motor yang di kendarai Adit memasuki pekarangan sekolah mereka Caca merapikan poni sampingnya dan rambutnya yang kusut karena melawan angin. "Ca udah ngerjain PR kimia belom lo?" tanya Adit, Caca tersenyum membuat Adit menghela nafas lega. "Belom" ujar Caca memberikan cengirannya kepada Adit, senyuman di wajah Adit meluntur. "Untung lo pinter Ca, Ayok kerjain males gue suruh mungutin sampah" ujar Adit menarik tangan Caca dan membawa gadis itu berjalan dengan cepat.

Saat Caca berjalan ia berpapasan dengan Jean, Caca mencoba untuk menunjukan senyum terbaiknya dan menyapa Jean "Hai Je" sapa Caca dengan sangat tulus 'Apaan sih gak jelas nih cewek' gumam Jean dalam hatinya tetapi tidak ada satu pun kata yang di lontarkan oleh Jean untuk membalas sapaan Caca. Senyum Caca meluntur, Adit merangkunya dan menepuk nepuk pundak Caca."Sabar ya ca" ujar Adit. Caca menghela nafas berat dan mengangguk.

Seakan teringat sesuatu Caca beteriak "Dit!! PR Kimia dodol!" teriakkan caca membuat Adit menarik tangan Caca dan berlari sekencang kencangnya membuat Caca sulit mengamakan langkah Adit, saat sampai di depan kelas mereka mengatur nafas. "Anjir lo narik narik, kaki lo panjang dodol, untung bukan tangan lo yang panjang" ujar Caca terputus putus dan kembali menarik nafas.

Caca meletakkan tas berwarna coklat cream itu di meja paling ujung dekat tembok, Caca memilih tempat itu pasa awal kelas X. Alasannya agar lebih mudah bermain ponsel dan bersandar tidur. Caca mengeluarkan sebuah buku tulis dan buku cetak dan sibuk mencari pinjaman pulpen. "Woy! Pinjemin gue pena dong" teriak Caca membuat seisi kelas menoleh kearahnya.

"Kebiasaan. Nih" ucap Sherlyn memberikan sebuah bolpiont berwarna hitam, membuat Caca tersenyum puas "Thanks Sher" ujar Caca lalu mulai berkutat dengan soal soal Kimia, untunglah sekarang masih pukul enam pagi dan masuk pukul 07.30 yang datang di pagi hari hanyalan orang orang yang rajinnya sudah melebihi batas normal menurut Caca. Namun, ia juga berangkat lebih awal dari yang lain. Ia memiliki alasan tertentu.

Caca berangkat lebih awal dari yang lain karena ia tidak mau mendengar Ayah dan Mamanya bertengkar lagi didepannya. Caca dan Adit mulai mengacak acak rambutnya "Kalkulator Dit. Males ngitung" ujar Caca kepada Adit yang juga masih berkutat dengan soal rumit Kimia sama dengan teman teman yang lainnya. Adit memberikan sebuah kalkulator yang setiap hari ia bawa ke sekolah dan kalau tidak sedang serius Caca pasti mengejek Adit 'Ngapain bawa Kalkulator Dit gak ada pelajaran itung itungan juga, buat apa? Ngitung utang ya?'

CleodraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang