11

5.1K 329 5
                                    

"Dekor belom selesai juga sampe tengah malem gini!" gumam Caca mengelengkan kepalanya saat ia melirik jam dinding yang berada di pertengahan aula. Caca sangat mengantuk saat ini, matanya sudah merah dan membengkak. Untuk mengedipkan matanya saja terasa sulit. Caca kembali menempelkan bintang yang terbuat dari sterofom, seusai menempelkan bintang yang berjumlah 29 itu Caca duduk di sebuah kursi yang disediakannya untuk menempelkan bintang itu. 29 adalah umur sekolahnya besok. Besok adalah acara ulang tahun sekolahnya, sekolahnya sangat rutin untuk memeriahkan perayaan sekolahnya.

Caca menghela nafas berat setiap kali mendengar dering telfon dari ponsel genggamnya, Caca mengeluarkan benda itu lalu membaca nama dan foto yang tertera pada screen ponselnya, Hatinya menghangat dan juga terluka saat melihat nama 'Mama' di ponselnya. Caca menggeser tombol hijau itu lalu menempelkan pada telinganya. "Halo, Caca kamu di mana? Kenapa belom pulang?" suara tegas dan juga khawatir dari sebrang sana membuat hatinya menghangat dan senyum kecil terbit dari bibirnya.

"Buat apa saya pulang?" ujar Caca dengan sinis, hatinya juga sakit saat mengeluarkan kata kata yang menurutnya sudah biasa itu. Terdengar helaan nafas berat dari sana "untuk bertemu mama dan --" hening sejenak membuat Caca mengerutkan dahinya mengapa ada begitu banyak kejanggalan dalam hari harinya terakhir ini? "Ayah" suara itu terdengar lirih dan menyedihkan. Caca tertawa kecil "buat apa saya kembali? Bahkan ayah tidak peduli lagi dengan saya dia lebih peduli dengan anda bukan?" ujar Caca dengan penuh penekanan, Bulan menghela nafas mendengar suara penuh penekanan dari anak yang paling ia sayangi, Caca adalah kristalnya, Putra adalah sinarnya. Putra selalu menyinari Caca crystalnya hingga sinar itu terpantul pada dirinya. 'Dia Erik Caca, bukan Ayah. Ayah berada dibtempat yang jauh di sana. Ayah -- semoga baik baik saja di sana' hampir saja kalimat itu terlontar. Bulan tersenyum masam.

"Apakan kamu merindukan ayahmu?" tanya Bulan dengan lembut, hatinya mencolos saat mendengar pertanyaan mamanya, Caca mengangguk dalam diam "sangat" gumamnya tetapi Bulan masih bisa mendengarnya dengan sangat jelas. Pertahanan Caca runtuh bila ia terus mengobral dengan mamanya secara intens. Caca menghela nafas dan berkata "I Love You, Mom" sangat pelan dan datar tetapi penuh ketulusan dalam kalimat itu lalu mematikan sambungan telponnya dan menyelipkan benda itu ke dalam saku celananya.

Ini! Ini pertama kalinya Caca berkata 'I Love You, Mom' pada dirinya matanya berkaca kaca dan sekarang mengeluarkan air matanya, Bulan mengetikkan nama seseorang di ponselnya lalu menempelkan ponselnya pasa telinga kananya. "Halo" sapa orang di sebrang sana dengan suara sayu. Bulan tersenyum lebar "Putra! Caca Caca menyayangiku! Saat aku menelfonnya tadi dan sebelumbia memutuskan sambungannya Caca berkata 'I Love You, Mom' seperti itu" ujar Bulan dengan heboh karena kegembiraan yang tidak bisa mengambarkan lagi. Lelaki di sebrang sana tersenyum kecil "hatinya sudah terlanjur beku dan susah untuk dicairkan kembali. Kamu harus berusaha keras" ujar lelaki itu dengan penuh keyakinan, membuat Bulan yakin.

****

Di tengah malam ini Caca dan beberapa anggota OSIS bingung dengan kemunculan beberapa lampu kerlap kerlip yang tidak mereka pasang di tengah lapangan. Alunan gitar yang merdu menelusup ke dalam telinga mereka. "Sherlyn, lo mau gak jadi pacar gue?" ucap orang itu dengan backsound alunan gitar yang indah itu membuat siapapun menganga lihat keromantisan itu. Suara yang mampu membuatnya terdiam, terpaku, dan membisu. Itu suara Jean!

"Terima terima. Terima. Terima" teriakkan teriakan anak OSIS masih terdengar pada Caca, gadis itu menahan tangisnya dengan senyum getir dan menyakitkan, air matanya jatuh ia menyekanya dengan kasar lalu tersenyum. Mencoba tegar menghadapi semuanya dia saat ia kehilangan semuanya yang ia miliki. "Iya gue mau" jawab wanita itu. Dia Sherlyn! Hatinya terlalu sakit melihat kedua insan itu berpelukan, dan Jean mengecup kening Sherlyn. Permainan macam apa ini? Permainan yang hanya membuat hatinya sakit dan lemah?

CleodraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang