2

8K 442 2
                                    

2.

"Jahil lo Ca" ujar Jean lalu tertawa, Caca berhenti tertawa melihat wajah Jean dengak jarak dekat membuat jantungnya berdetak sangat cepat. Caca menatap Jean lekat lekat mengagumi pesona Jean, mata indah Jean dengan bulu mana yang sedikit lentik, bibir merah Jean yang tipis membuat Caca tidak bisa mengalihkan pandangannya.

Hingga Jean berhenti tertawa dan tersadar kalau sepanjang jalan caca memperhatikannya Jean mengangkat sebelah alisnya "kenapa?" tanya Jean, Caca tersadar dari lamunannya menjadi gelagapan dan tidak ada satu katapun yang ingin di lontarkan olehnya. Caca tersenyum "bulu mata lo jatuh tuh" ujar Caca menunjuk bulu mata yang terjatuh di pipi Jean.

Kali ini Caca harus berterima kasih oleh Bulu Mata itu, Jean meraba raba kedua pipinya, "mana sih?" ujar Jean kesal karena tidak mendapat bulu mata itu, "itu lho tuh di pipi kanan" ujar Caca menunjuk bulu mata itu, "ambilin dong" ujar Jean dengan suara yang lembut membuat Caca mematung di tempat dan tanpa sadar tangan caca terulur untuk mengambil bulu mata di pipi Jean.

Caca mengusap pipi kanan Jean yang baru ia ketahui sangat halus itu dan mengambil bulu mata yang terjatuh dengan tangan yang bergetar, tangan Jean memegang pergelangan tangan Caca yang berada di pipi kanannya, Bulu mata itu terjatuh ke atas lantai koridor sekolah sedangkan Caca dan Jean saling berpandangan menatap mata masing masing, mengagumi indahnya mata yang di miliki satu sama lain.

"Tangan lo gemeteran Ca, lo belom makan ya dari pagi. Sekarang aja udah jam 9" ujar Jean membuyarkan pandangannya. Caca mengalihkan pandangannya ke arah lain hingga lupa menjawab pertanyaan Jean. "Cha?" panggil Jean membuat Caca sedikit mendongak "Iya Je?" tanya Caca. Jean mengerutkan dahinya "Je?" tanyanya, Caca mengangguk "Kan nama lo Jean" jelas Caca dengan singkat, "Biasanya orang manggil gue 'yan' gak ada yang manggil gue dengan sebutan Je kecuali --- alm nyokap gue" ujar Jean sendu.

Caca merubah raut wajahnya menjadi raut wajah bersalah "Maaf Je ehh, yan gue gak bermaksud gitu" ujar Caca, sebenarnya ia juga tidak nyaman memanggil Jean dengan sebuatan 'yan' seperti ada yang aneh di lidahnya. Jean tersenyum tulus bahkan baru kali ini Caca melihat senyum itu "Gak apa apa kok Ca lo boleh manggil gue Je" ujar Jean lalu menarik tangan Caca. Caca mematung hanya sekali sentuhan dapat menimbulkan dampak yang hebat untuk caca.

'Je? Kenapa lo tiba tiba baik sama gua?' tanya Caca dalam hatinya. Saat berada di ruang informasi mereka harus menandatangani sebuah surat, Caca mengambil sebuah kaca mata dengan frame berwarna putih itu di tasnya lalu memakainya dan menandatangani surat itu, tanpa tahu bahwa Jean memperhatikan tanpa berkedip, menurut Jean, Caca lebih imut dengan kacamata itu Caca terlihat lebih dewasa. Suara ponsel Caca membuyarkan lamunan Jean.

Caca mengambil ponsel jadulnya,alasan Caca membawa ponsel itu adalah 'sering ada penggeledahan gitu bagi hp kamera tapi kalo yang non kamera enggak' itu alasan yang diberikan Caca kepada kedua sahabatnya itu. Caca pesan dari ayahnya dengan cepat lalu membalasnya tanpa melihat ponselnya dan mendatangani kembali surat surat pengizinan lomba itu.

Jean membelalakan matanya dan menggelengkan kepalanya "Ca! Gila lo gak ngeliat bisa gitu coba sini gue liat bener apa gak yang lo ketik" ujar Jean merebut ponsel kecil itu dari genggaman tangan Caca, Jean membaca pesan yang dikirim oleh Caca untuk ayahnya.

'Iya Yah, Mama gak ada di rumah kan? Jadi kita bisa ke makam Bunda'

Begitulah isinya, Jean mengerutkan dahinya "lo punya mama sama Bunda Ca? Berarti ayah lo punya 2 istri dong dan--" omongan Jean terpotong kerena Caca terkekeh "gak gitu Je, ceritanya panjang dan sangat rumit Je" ucap Caca dengan kekehan kecil mendengar cericosan Jean, Jean meletakkan ponsel milik Caca di meja dekatnya. Lelaki itu merasa bersalah "Maaf ya Ca, gue gak bermaksud serius" ujar Jean meletakkan kedua tangannya di pundak Caca, membuat Caca terlonjak kaget dan menahan rasa gugupnya.

CleodraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang