13

5.1K 374 18
                                    

Caca berdiri di depan meja guru, memperhatikan Natha yang sedang menjelaskan peraturan yang harus di jalani saat berlomba nanti, Caca memperhatikan wajah serius Natha, bahkan sangat serius di bandingkan bila ia sedang bermain basket bersamanya. Caca memperhatikan dan menghafalkan setiap detail wajah sahabatnya itu. sahabatnya yang tersisa kini hanya Natha, Adit entah kemana tidak ada kabar dan tidak memberi Caca ataupun Natha kabar tentang keberadaanya sekarang. dalam lubuk hati Caca, ia merindukan sosok Adit yang berada di antara mereka.

Tanpa tahu kalau seseorang sedang memerhatikannya dalam rasa iri. Maxon! lelaki itu kini sedang memeperhatikan Caca yang sedang memperhatikan Natha. rumit! seperti caranya memecahkan hati Caca. Dari awal ia mencintai Caca ia tidak ingin memiliki gadis itu, ia hanya ingin melindunginya dari kejamnya dunia ini dan kerasnya kenyataan. Meski tanpa sepengetahuannya gadis itu sudah merasakan kejamnya dunia dan kerasnya kenyataan yang belum terungkap. kenyataan yang membuatnya putus asa, kenyataan yang membuatnya marah, kenyataan yang membuatnya hilang arah, kenyataan bahwa ayahnya penderita penyakit leukimia dan umurnya tidak akan lama lagi.

Maka dari itu, Caca harus menemukan sandarannya sebelum ia mengetahui hal itu, menemukan cintanya yang hilang dan bersembunyi di sela hatinya. dia Natha! dan Caca belum juga menyadari kalau dia benar benar mencintai Natha sahabatnya, bukan Jean. Jean hanya pelampiasan hatinya saja, untuk menutup kenyataan bahwa ia menyukai sahabatnya, untuk tidak mempertahukan hubungan persahabatan hanya karna ego, hanya karena cinta hubungan persahabatan itu rusak. Caca sudah terlalu nyaman berada di antara Natha dan Adit. Sekarang Caca bimbang dengan hatinya ia mencintai Jean atau Natha?

Maxon mengalihkan pandangannya saat Natha sudah menutup pembicaraan dan berjalan menghampiri Caca. Natha menautkan alisnya saat melihat Caca yang menatapanya dengan pandangan yang kosong, "Hei? Caca?" panggilnya dengan lebut, Caca terlonjak dan mendapati Natha berdiri sangat dekat dengannya. "ehh. Iya?" tanya Caca dengan gugup dan bersandar di dinding meja guru. "kenapa?" tanya Natha tanpa suara hanya mulutnya saja yang bergerak. Caca tersenyum kecil dan menggeleng "i'm fine" ujar Caca tanpa suara juga. "Caca minta pin bb dong" ujar seorang lelaki yang menggunakan seragam bola dan duduk di sudut ruangannya.

Caca mengangkat alisnya "Gak ada" ketus Caca. "idih, Caca sok galak" celetuk Billy seraya mengetik sesuatu di ponselnya tanpa mengalihkan pandangannya dari ponsel. Caca membelalakan matanya dan meletakan tangannya di kedua sisi pinggangnya "Apa lo kak?!" pekik Caca dengan kesal, Caca menggembungkan pipinya kesal lalu melipat tangannya di depan dada. Natha terkekeh dan menusuk nusukkan jarinya di pipi Caca sehingga gembungan lucu itu hilang dari pipi Caca "masa ngambek gitu aja?" tanya Natha dengan lembut, cukup membuat hati Caca menghangat ketika mendnegar alunan suara yang lembut milik Natha. 'Gue akui sekarang. gue sayang lo Natha! Puas?' ujar Caca dalam hatinya.

Mereka saling mencintai dan saling mengakui kalau mereka saling mencintai, tapi belum ada satupun yang berani untuk mengungkapkan perasaan itu hanya karena persahabatan mereka. "Sekian aja pemberitahuannya. Kalau ada yang ingin bertanya silakan cari gue atau Natha di sekitar sekolah ini. Makasih atas perhatian kalian. Selamat Berjuang dan menjadi yang terbaik" ujar Caca dengan lantang dan tegas. Berjalan bersama Natha ke tempat yang sama yaitu Aula. Aula yang belum sepenuhnya selesai masih banyak sampah disana potongan kertas, potongan balon yang meledak, dan sampah sampah lainnya. Caca berdecak lelah "Siapa coba yang mau bersihin kayak gini?" gumamnya dengan nada lelah, Natha menatap Caca dengan tatapan yang sulit di artikan "suruh Dion, Shila, Shifa, sama Romy" ujar Natha menyebutkan nama yang berada di banyak bidang termasuk bidang kebersihan. Caca mengangguk "Gue ke pusat informasi dulu. Bye Nath" ujar Caca lalu meninggalkan Natha sendiri di aula ini. Natha tersenyum kecil.

Sedangkan Caca, gadis itu berjalan di tengah keramaian sekolahnya yang sedang berulang tahun hari ini. Saat memasuki ruang pusat informasi Caca mendorong pintu ruangan berAC itu dan menyalakan speaker yang tersebar di sudut dan tengah sekolah. Caca mendekatnya mulutnya pada sebuah mic berukuran kecil "Selamat Pagi, maaf karena adanya informasi ini. Panggilan untuk Seksi Bidang Kebersihan untuk menemui Saya Caca, Natha, dan Dion di dalam aula. Terima Kasih maaf mengganggu" begitulah kira kira pengumuman yang disebarkan oleh Caca lewat speaker speaker yang tersebar luas di penjuru sekolah termasuk kantin. Caca kembali menekan off satu tombol yang terhubung pada semua speaker. Saat membalikkan tubuhnya Caca menemukan Jean dan Sherlyn yang sedang mengamit dan menggelayuti lengan Jean. Caca menghela nafas malas dan memutar kedua bola matanya. Jengah dengan sikap SAHABATnya itu.

CleodraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang