33 [An ending as lovely as twilight ]

731 175 20
                                    

Backstreet?




Erine terbangun dari tidurnya. Cahaya matahari pagi ini terasa berbeda, tidak secerah biasanya, seolah awan mendung menggelayuti hatinya. Tiga hari berlalu sejak terakhir kali ia menginjakkan kakinya di sekolah. Tiga hari yang terasa panjang dan penuh gejolak batin. Erine tidak lari dari masalah, hanya saja ia butuh waktu untuk menenangkan diri dan memantapkan hati. Hari ini ia harus kembali, menghadapi kenyataan yang ada.

Seperti pagi biasanya, Erine bersiap-siap ke sekolah. Namun, ada yang berbeda pagi ini. Tidak ada senyum ceria di wajahnya, hanya tatapan mata yang menyimpan segudang pertanyaan dan kekhawatiran. Ia melangkah keluar rumah dan mendapati Oline sudah menunggunya di depan gerbang dengan motornya.

"Eyin, kamu yakin mau sekolah hari ini?" tanya Oline dengan nada khawatir. Ia mengulurkan helm dan jaket untuk Erine.

"Iya, aku harus menghadapi nya... aku gak mau terus lari— aku percaya semua akan baik-baik saja," jawab Erine, berusaha meyakinkan dirinya sendiri dan Oline.

"Aku akan selalu ada di samping kamu, Erine. Apapun yang terjadi, aku akan tetap sama kamu," ucap Oline sambil tersenyum tulus.

Erine mengangguk, air matanya mulai menetes. Ia menyandarkan kepalanya di bahu Oline, mencari ketenangan. Oline memeluknya erat, membiarkan Erine menangis dalam pelukannya.

"Aku takut, Oyin" bisik Erine lirih.

"Aku tahu, tapi kamu ngga sendiri. Ada aku di sini, ada teman-teman yang lain juga. Kita akan menghadapinya bersama," jawab Oline penuh kasih.

Erine menarik napas dalam-dalam dan menghapus air matanya. Ia harus kuat, ia harus berani. Ia tidak ingin mengecewakan Oline, orang-orang yang menyayanginya, dan dirinya sendiri.

"Mmm.. makasi, ayo berangkat sekarang," ajak Erine dengan suara yang lebih mantap.
Oline tersenyum dan mengangguk. ya

Mereka memakai helm dan jaket, lalu Oline menaiki motornya. Erine duduk di belakang Oline dan berpegangan erat pada pinggangnya. Motor Oline melaju membelah jalanan pagi, membawa mereka menuju sekolah.

Di sepanjang jalan, Erine terus memikirkan apa yang akan terjadi nanti. Ia sudah siap dengan segala kemungkinan, termasuk kehilangan jabatannya sebagai ketua OSIS. Namun, ada satu hal yang tidak akan ia lepaskan— yaitu cintanya kepada Oline.

Sesampainya di sekolah, Oline mengantar Erine sampai depan kelasnya. "Semangat ya, ketua bebek. Aku percaya kamu bisa!" kata Oline sambil mengusap lembut rambut Erine.

"Makasi Oyin, aku pasti bisa!" jawab Erine dengan senyum yang lebih percaya diri.
Oline tersenyum dan mencubit hidung Erine sekilas.

"Aku duluan ya, nanti istirahat kita ketemu di kantin," pamit Oline.

Erine mengangguk dan memperhatikan Oline pergi menuju kelasnya yang berada di gedung sebelah. Ia kemudian masuk ke dalam kelasnya dengan langkah yang mantap.

Setelah bel masuk berbunyi, Erine dipanggil ke ruang OSIS. Di sana sudah ada Pembina OSIS, beberapa guru, dan juga anggota OSIS lainnya. Erine duduk di kursi yang telah disediakan dan mendengarkan dengan seksama penjelasan dari kepala sekolah.

"Erine, kami sudah mendengar semua penjelasan dari kamu. Kami menghargai kejujuran dan keberanian kamu untuk mengakui kesalahan," kata pembina OSIS dengan nada bijaksana.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 3 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Backstreet? (Orine) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang