'Cause You Have To

11 3 0
                                    

Inspired by Instagram post @xuminghao_o 

Inspired by Instagram post @xuminghao_o 

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


**

"Tumben banget ngajak ketemuan di sini," ujar Lona bersamaan dengan Tio yang duduk di sampingnya.

Cowok itu baru datang, lima menit setelah Lona duduk di bangku semen pinggir danau. Dia tersenyum kecil, mengusap lembut puncak kepala Lona.

Lona mengamati presensi Tio dari samping. Dia menatap kagum pacarnya itu, selalu begitu di setiap pertemuan mereka. Tio tampak lelah, ada jejak samar kehitaman di bawah matanya. Tapi, cowok itu tetap tersenyum setiap kali matanya berserobok dengan Lona.

Harusnya Lona merasa senang diajak bertemu di tempat favorit mereka, tapi melihat senyum Tio, hati Lona teriris. Rasanya pedih.

Tio melihat ke sekelilingnya dengan senyum yang tak luntur dari wajahnya. "Dari ramalan cuaca yang aku liat, hari ini cerah sampe malem. Aku kepikiran kamu dan sunset di sini. Jadi, aku ajak kamu ke sini." Tio menyunggingkan senyum, menyambut matahari senja yang perlahan turun ke peraduannya.

Lona terenyuh ketika matahari senja menyirami seluruh tubuh Tio. Tio tampak etheral.

"Makasih udah ajak ketemuan, dua minggu gak ketemu Kakak rasanya kangen banget." Lona tergugu. Buru-buru dia mengusap ujung matanya yang berair. Ingin dia menghambur ke pelukan Tio seperti yang selalu dia lakukan ketika rindu, tapi kini tubuhnya enggan melakukan itu.

"My pleasure sayang. Kamu seneng aku juga seneng." Tangan Tio terulur mengusap pipi Lona. Kemudian turun mengamit jemari gadis itu. "Dua minggu ini kabar kamu gimana? Maaf ya aku jarang bales chat kamu," katanya dengan sorot mata menyesal.

Lona meringis pelan. Dia mengigit bagian dalam pipinya, merasa gemas dengan Tio yang suka mengulur-ulur waktu. "Bukan jarang lagi, Kakak bahkan gak pernah balas chat aku. Semua chat yang aku kirim baru kakak baca tadi pagi dan itupun kakak buka chat karena mau ajak aku ke sini kan?"

Tio tersentak. Agaknya Lona sudah menyadarinya. Gadisnya sudah mengetahuinya. Insting perempuan memang beda, tajam dan akurat.

Bukannya melepas tautan tangannya dengan Lona, Tio makin mengeratkannya.

"Aku udah pernah cerita ke kamu dulu, kalau aku pengen banget ikut pertukaran mahasiswa ke China."

Lona mengangguk. Dia ingat ketika itu Tio membawa brosur pertukaran mahasiswa dari papan pengumuman kampus yang dirobeknya. Tio bercerita dengan antusias keinginannya untuk dapat ikut pertukaran mahasiswa itu.

"Dua minggu yang lalu, aku dapat info kalau aku jadi salah satu yang ikut pertukaran mahasiswa itu."

Lona mengerjap tak percaya. Awalnya dia sempat ragu karena Tio sedang sibuk dengan magangnya, cowok itu tak punya waktu cukup untuk menyiapkan diri sebagai kandidat pertukaran mahasiswa.

"Wah, selamat Kak! Akhirnya keinginan kamu tercapai. Aku bangga," ucap Lona tulus.

Tio tertawa hingga matanya tinggal segaris yang membuat wajahnya tampak lucu. Ini adalah ekspresi kesukaan Lona. Biasanya dia akan mengecup pipi cowok itu, tapi sekarang tidak lagi.

"Makasih sayang," ucapnya, kemudian ekspresinya berubah serius. Dia berdeham beberapa kali sebelum bicara.

"Kok tiba-tiba jadi serius banget?" Lona tertawa hambar.

"Ada yang mau aku omongin. Ini menyangkut hubungan kita dan aku yang bakal pergi ke China tiga hari lagi."

"Tiga hari lagi?" Lona berdecih. Perlahan dia melepas genggaman tangan Tio. "Kenapa kakak baru cerita sekarang? Kakak baru inget ya kalau kakak punya pacar?"

Tio meringis. Dia meraih tangan Lona lagi, tapi langsung ditepis gadis itu. "Maaf sayang, aku sibuk ngurusin magang. Kamu tau kan aku pengen banget ke China, jadi aku juga repot ngurusin ini itu, ikutan test, bikin essay."

Lona mencibir. "Aku tau kakak sibuk, aku juga gak berharap lebih, minimal bales chat aku sebentar aja masa gak bisa? Aku kayak gak dianggep tau. Aku ngerasa kayak bukan siapa-siapa di hidup kakak karena aku sama sekali gak dilibatkan di setiap hal yang kakak lakuin. Padahal aku selalu ngelibatin kakak di setiap kegiatan aku. Aku selalu ngandelin kakak, aku selalu butuh kakak. Tapi, Kakak enggak." Lona terisak. Runtuh sudah pertahanannya.

"Sayang jangan nangis, maaf ya. aku bener-bener minta maaf." Tio berusaha menghapus air mata di kedua pipi Lona. Namun, usaha cowok itu sia-sia, semakin lama derai air mata Lona makin deras.

"Apa kakak pernah sedikit aja inget aku?" tanya Lona di sela isaknya.

"..." Tio bergeming.

"Apa kakak sebenernya gak sayang sama aku?"

"Jangan ngomong kayak gitu," balasnya lirih.

"Gimana bisa aku gak ngomong kayak gitu ketika kakak jelas banget nunjukin kalau aku bukan siapa-siapa di hidup kakak. Aku cuman pelengkap aja. Sekedar ada dan pelepas tanya orang-orang soal kakak punya pacar atau enggaknya. Kakak pacaran sama aku karna terpaksa kan?"

"Hei Lona Alrissa, stop mikir kejauhan. Kamu pacar aku. Kamu bukan hanya pelengkap, tapi kamu ...."

Lona menggeleng. Dia sudah muak. "Udah kak, cukup. Kakak ngajak ketemuan hari ini juga karna mau akhirin hubungan kita kan? Karna kakak harus ke China tiga hari lagi dan gak perlu repot mikirin aku yang bakal kakak tinggalin. Gak perlu ulur waktu lebih lama. Aku capek. Mulai sekarang kita gak ada hubungan apa-apa lagi. Kita putus." Lona beranjak. Melangkah pergi tanpa menoleh ke belakang lagi.

Di bawah sinar matahari senja yang semakin memerah. Tio hanya bisa duduk diam. Menatap punggung Lona hingga sosoknya lenyap dari pandangannya. Tio tahu dia sudah teramat salah dan tak ingin menyakiti gadis itu lebih lama.

Tujuannya mengajak Lona memang untuk mengakhiri hubungan mereka. Lidahnya kelu untuk memulai duluan. Pada akhirnya, Lona yang mengajak berpisah. Seperti satu tahun lalu, ketika Lona mengajaknya berpacaran.

-END-

Date : 16 Februari 2025

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 4 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

CampfireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang