Parfume

54 1 0
                                    

Inspired by Instagram post @feat.dino

dino

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

**

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

**

(Prev eps Panitia Konser)

"Kenapa sih kita harus ada di sini malam ini? Hari ini kan udah masuk minggu tenang sebelum UAS, gak ada kelas lagi, tapi kenapa kita harus ke kampus?" keluh Amel untuk yang kesekian kalinya.

Via hanya bisa menghela napas tak tahu bagaimana cara membujuk Amel. Sebab, jadwal malam ini memang dadakan. Bahkan tak semua mahasiswa bisa datang karena satu dua sudah pulang kampung. Untung saja Amel kehabisan tiket bus yang membawanya ke kampung halaman, jadi gadis itu bisa menghadiri jadwal malam ini meski dengan berkeluh kesah.

Salah satu dosen yang gemar menggabungkan kelas yang diampunya meminta semua mahasiswa untuk datang ke kampus malam ini. Katanya sih ada satu materi yang terlewatkan dan sangat penting.

Itulah kenapa malam ini pukul tujuh, teras gedung pertemuan kampus ramai. Di depan pintu gedung pertemuan sudah terpasang kain putih besar sebagai alas datar untuk tembakan cahaya proyektor yang akan memutar video.

Pak Dosen tiba sepuluh menit kemudian, menyapa singkat mahasiswa dan menyuruh semuanya untuk duduk lesehan di lantai teras. Amel menarik Via ke sudut teras dekat tiang besar, posisi yang pas untuk bersandar. Tanpa basa-basi mesin proyektor dinyalakan dan video diputar.

Materi yang disajikan benar-benar luar biasa. Pengenalan AI yang dibahas akan menjadi mata kuliah wajib di semester depan. Dosen yang mengampu akan tetap sama. Materi tersebut hanya sedikit pengambaran untuk semester depan. Tapi, akan ada dua soal tentang AI pada UAS nanti.

Semua kompak fokus, hening, tak ada suara sama sekali. Begitu pula Via dan Amel. Via dengan rajin mulai mencatat bagian yang penting dari video tersebut. Hingga tak menyadari seseorang tiba-tiba sudah duduk di sebelahnya.

"Rajin banget," bisik seseorang itu.

Via menoleh, agak kaget mendapati Dion yang begitu dekat dengannya. Cowok itu asik memperhatikan buku catatan di tangan Via.

"Lo kapan dateng?" balas Via juga dengan berbisik.

"Barusan." Dion nyengir. Menatap Via sekilas lalu kembali menaruh perhatian pada buku catatan Via. "Nanti boleh gak gue foto catetan lo?"

Via mengangguk. "Boleh, boleh."

Lalu Via kembali fokus mencatat, meski fokusnya sempat hilang karena penasaran dengan parfume yang dipakai Dion. Cowok itu benar-benar wangi.

Durasi video yang berlangsung 50 menit itu berakhir tanpa terasa. Seolah dikomandoi, suara erangan, mengaduh, dan obrolan kembali terdengar sebelum diinterupsi Pak Dosen.

Beliau hanya mengingatkan untuk rajin belajar dan mengapresiasi semua mahasiswa yang hadir malam ini meski kelas diadakan dadakan dan di ruangan terbuka pula. Setelahnya, sesi kelas malam benar-benar berakhir, semua mahasiswa satu per satu berdiri, pamit pada Pak Dosen dan pergi ke tujuan masing-masing.

"Gue mau ketemu Farel dulu, tungguin ya," pinta Amel sembari mengajak Via berdiri di posisi duduknya tadi. Dion sudah pergi entah kemana. Cowok itu bahkan belum memfoto catatan Via.

"Waktu konser kemaren lo belum jadian sama dia?" Via tiba-tiba teringat janji Amel yang akan mentraktirnya jika jadian dengan Farel.

Amel menggeleng. "Belum, gue gak berani nembak dia. Dia juga enggak nembak-nembak gue."

"Amel!" panggilan itu memutus sesi curhatan Amel, dia lantas pergi menemui Farel. Bersamaan dengan itu Dion muncul mendekat.

"Lo kemana aja?" tanya Via saat Dion sudah berada di sisinya.

"Abis angkat telpon, minjem catetan lo dong, mau gue foto."

Via menyerahkan catatannya sembil memperhatikan penampilan Dion lebih seksama. Malam ini, cowok itu mengenakan sweater berwarna cream dengan celana jeans. Rambutnya agak berantakan seperti biasa. Aroma wangi parfum kembali menghampiri hidung Via. 

"Lo pake parfum apa? Wangi banget," tanya Via penasaran.

Dion terkekeh, masih sibuk memotret catatan Via. "Ini parfum pilihan cewek gue."

"Oh cewek lo."

"Mantan lebih tepatnya."

"Oh mantan."

"Kenapa respon lo datar begitu sih?"

"Emangnya gue harus kasih respon yang kayak gimana?"

Dion nyengir. "Gue gak jago milih wangi parfum, coba deh lo pilihin biar gue gak pake parfum dari mantan gue terus."

"Loh, kok minta pilihin ke gue?"

Dion mengembalikan catatan Via. "Pengen aja lo yang pilihin."

"Oke, kabarin aja gue kapan mau beli parfumnya, gue tau toko parfum yang bagus," jawab Via kelewat santai.

Dion mengulum senyum, menatap Via lamat, merasa sedikit heran dengan sikap Via yang suka di luar dugaan.

"Oke, nanti gue kabarin lo."

**
(Next eps Bunga Aster Putih)

Date : 31 Januari 2024

CampfireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang