Bunga Aster Putih

58 1 0
                                    

Inspired by Instagram post @feat.dino

dino

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

**

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

**

"Gue baru tau ada tempat sebagus ini." Dion berkomentar setelah melepas helm dan turun dari motor.

Via mengangguk setuju. Tempat ini benar-benar seperti oase di tengah kota yang ramai, di mana gedung-gedung tinggi sangat kontras dengan sepetak dataran hijau penuh bunga.

"Kalau bukan karena ban mobil Bang Milan yang bocor, gue gak akan tau tempat ini."

Kejadiannya sudah lama, kira-kira lima bulan yang lalu. Milan dan Via hendak ke rumah nenek seperti biasa di liburan akhir semester. Awalnya perjalanan berlangsung lancar, tapi tiba-tiba saja ban mobil bagian belakang bocor. Mereka terpaksa menepi. Untungnya ada bengkel tak jauh dari jalan besar meski agak masuk ke dalam gang. Saat itulah Via melihat toko parfum di sebelah bengkel. Itu adalah hal biasa jika hanya sebuah toko parfum dengan bangunan modern seperti yang ada ditengah kota, tapi yang membuatnya tidak biasa adalah taman bunga luas di sekelilingnya bahkan ada hutan kecil di belakang toko parfum itu.

Setelah bertanya jenis parfum untuk pria kepada pramuniaga toko yang selalu tersenyum ramah, Via dan Dion diberikan tiga aroma parfum berbeda.

"Sejujurnya gue gak pinter-pinter banget milih parfum, biasanya gue minta rekomendasi aja dari pramuniaganya, gue setuju nemenin lo cari parfum karena gue pengen ke sini lagi," aku Via dengan suara pelan, agak merasa bersalah karena diam saja dikira pandai pemilih wangi parfum yang cocok untuk Dion.

Dion terkekeh. "Gue tau dan alasan gue ngajakin lo juga bukan cuma mau beli parfum doang."

"Hm, terus apa?"

Bukannya menjawab tanya Via, Dion malah bertanya kepada pramuniaga toko apakah dua aroma parfum bisa dicampur. Alhasil Dion melakukan eksperimen dan cukup puas dengan campuran aroma parfum pilihannya. Dia bahkan membeli dua botol sekaligus.

"Udah? Mau langsung pulang?" tanya Via.

Dion menggeleng. "Ke kafenya yuk!" ajaknya.

"Loh kafenya udah selesai dibangun ya mbak?" Pramuniaga itu hanya tersenyum.

Pertanyaan Via terjawab saat Dion mengajaknya ke pintu samping toko. Ada bangunan baru dua lantai tepat di belakang toko ini.

"Gue liat ada papan penanda kafe pas masuk," ucap Dion bicara sebelum Via bertanya.

Ketika Via dan Milan datang lima bulan lalu, konstruksi kafe itu sudah rampung setengah. Ternyata kini sudah beroperasi penuh. Terdapat area rooftop dengan pemandangan indah hamparan bunga serta hijaunya hutan kecil yang tampak agak misterius.

"Bunganya banyak banget, gak dijual ya?" Dion tiba-tiba bertanya random.

"Di jual kok, waktu gue ke sini, bunga-bunganya lagi dipetik buat dijual di toko bunga gak jauh dari sini," jawab Via. "kenapa? Lo mau beli bunga?"

Dion nyengir saja sebagai tanggapan.

Pesanan Via dan Dion datang sepuluh menit kemudian. Pelayan kafe bahkan membawa-bawa lilin aromaterapi yang katanya memang disediakan untuk pengunjung menjelang malam hari.

Langit perlahan mulai gelap, sedangkan di barat cahaya senja merah menyala. Sejenak Via terpaku cukup lama hingga tak menyadari Dion yang tadi ke toilet sudah kembali dengan seikat bunga aster putih yang tumbuh subur di pekarangan samping toko parfum.

"Via," panggil Dion.

Via refleks menoleh. "Udah dari toiletnya, liat deh sunsetnya bag—"

Kalimat Via terhenti saat menyadari jika Dion mengulurkan seikat bunga aster putih ke arahnya dengan posisi berlutut.

"Via, gue tau kita baru beberapa bulan ini saling kenal, tapi gue sadar di pertemuan pertama kita, gue gak pernah bisa ngelupain lo sama sekali. Gue berharap lo juga ngerasain hal yang sama. Jadi, hari ini gue pengen bilang, lo mau gak jadi pacar gue?"

Via termangu sesaat. Entah kenapa ekspresi tengil di wajah Dion sirna begitu saja. Wajahnya juga jadi lebih tampan dari biasanya. Apakah ini karena efek cahaya sunset yang menyiram rooftop kafe? Atau karena pertanyaan itu lah yang Via nanti-nantikan? Via tidak tahu pasti jawaban untuk pertanyaan itu.

Tapi, lain cerita untuk jawaban pertanyaan Dion.

"Gue mau," jawab Via bersamaan dengan rona merah yg menjalar cepat di kedua pipinya.

"Yes!" seru Dion senang.

-Fin-

Date : 31 Januari 2024

CampfireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang