Balikan

94 7 0
                                    

Inspired by story Instagram post @vernonline

Inspired by story Instagram post @vernonline

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

**

"Gelap banget." Kia mengeluh sewaktu ia membuka ruangan studio musik Uzi.

Kia berdiri sesaat untuk membiasakan matanya melihat dalam keremangan studio musik itu. Barulah Kia melangkah masuk ketika mendapati sosok yang dia cari-cari sedang duduk di ujung sofa.

Vian, pacarnya. Tampak terpaku dengan ponsel di tangan. Dua telinganya tersumpal earphone. Meski Kia tahu kalau Vian sadar akan kehadirannya, tapi mencoba pura-pura cuek sebab cowok itu masih ngambek.

Alasannya sih sederhana, Kia kelewat sibuk dan tak bisa menyempatkan waktu untuk Vian. Deadline tugasnya padat, belum lagi persiapan belajar untuk ujian akhir semester. Selama dua minggu ke belakang, Kia total tidak bersua dengan Vian.

Kia menghela napas pelan lalu duduk di sebelah pacarnya. Dia lantas bersandar dan melepas satu earphone di telinga Vian.

"Aku tau kamu sadar kalau aku dateng, Vian aku kangen kamu."

Vian menoleh sekilas, tak bergeming sama sekali. Ekspresinya juga datar.

Kia sampai mengerjap tak percaya. Meski sudah lama tahu kalau Vian itu adalah definisi kulkas berjalan, tapi dicuekin langsung itu tetap gak enak.

"Sayang, aku kangen." Kia mulai merengek.

Vian tetap diam. Bungkam. Seolah Kia tidak ada di sana.

Kia pun memutar otak, memikirkan cara agar Vian tidak ngambek lagi.

Maka mulailah aksi agresif Kia. Awalnya Kia melingkarkan tangan di lengan Vian lalu menusuk-nusuk bisep Vian yang berotot dengan jari telunjuk. Vian masih diam bergeming.

Kemudian Kia mencondongkan badannya ke arah Vian, lantas mengecup pelipis cowok itu. Lalu pipinya. Juga rahangnya. Saat Kia sedang menimbang untuk mencium bibir Vian atau tidak, cowok itu lebih dulu mendekat.

Menahan tengkuk belakang Kia dengan telapak tangannya yang lebar dan memagut bibir Kia penuh nafsu.

"Damn it, your lips so wet." Vian menggeram sewaktu melepas tautan bibir yang sedetik kemudian kembali dilumat dengan lebih ganas.

Kia agak tersentak ketika Vian menciumnya lebih dalam. Namun, dia tetap mengimbangi seraya mengusap rambut halus di belakang leher Vian.

Setelah beberapa lama, tautan bibir mereka terlepas. Vian menatap lamat Kia dengan sorot mata sayu.

"Udah puas?"

"Puas apa?" Kia masih terengah. Mencoba menarik kewarasannya setelah aksi lumat melumat itu selesai.

"Puas cuekin aku?"

Kia cemberut. "Aku gak cuekin kamu. Kamu yang barusan cuekin aku."

"Telpon aku jarang kamu angkat, sekalinya diangkat kamu selalu bilang sibuk. Seenggaknya chat aku, kabarin aku. Pas aku samperin ke apart kamu selalu gak ada. Jadi siapa di sini yang udah cuek?"

CampfireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang