The Next Table

76 8 0
                                    

Inspired by Instagram post @sound_of_coups

Inspired by Instagram post @sound_of_coups

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

**

Kania duduk di salah satu meja yang memang sudah dipesannya sejak kedatangannya di bar setengah jam yang lalu. Meski tahu memesan meja artinya dia harus mengeluarkan uang lebih banyak, Kania rasa itu akan setimpal dengan target yang akan ia dapat malam ini.

Rasionya 50:50. Kalau targetnya cocok dan berdompet tebal itu berarti Kania sedang hoki. Jika sebaliknya, anggap saja malam ini Kania kurang beruntung.

Meski ia telah kehilangan uang, pikirannya tetap akan plong malam ini. Merasa bebas dari penatnya hidup. Kendati besok, Kania harus memutar otak mencari pekerjaan paruh waktu lebih banyak.

Seorang pria berambut blonde dengan kacamata berbingkai putih duduk di kursi tinggi meja bartender.

Dia hanya mengenakan kaus hitam polos yang tak bisa menyembunyikan lengan atasnya yang berotot. Punggung lebar. Alis matanya tebal. Rambut blondenya di sisir ke belakang menampilkan kesan maco yang tumpah-tumpah. Kacamatanya ditaruh di atas kepala, seperti memakai bando. Kania refleks tersenyum setelah menemukan targetnya malam ini.

Pria itu tidak sendirian. Ia bersama dengan dua temannya yang tak kalah tampan. Namun, Kania tak bisa mengalihkan tatap dari pria itu.

Sejenak pandangan mereka bertemu. Kania tersentak. Dibuat terpaku dengan sorot matanya. Tampak tajam dan mengintimidasi. Di sisi lain terlihat jahil.

Kania tak buru-buru mengalihkan tatap. Ia menunduk sejenak untuk menuangkan wiski ke dalam gelasnya. Lalu meminum cairan alkohol itu sambil menatap lurus si pria yang masih di posisi yang sama.

Pria blonde itu menyeringai dan mengedipkan mata yang membuatnya tampak tengil dan seksi?

Sialan. Kania jadi merasa panas.

"Heh! Gue cari kemana-mana taunya lagi di sini." Lea datang, langsung mengambil duduk di kursi sebelah Kania.

Gadis itu memakai tanktop dan rok pendek. Ada beberapa jejak merah yang tampak samar di lehernya. Kania rasa itu bekas ciuman ganas pacarnya Lea.

"Ada apa?" Kania berdecak. Malas menanggapi Lea sebab si pria blonde tampak lebih menarik.

"Cowok gue berhasil nemuin lokasi sinyal hp lo."

"Serius?"

"Serius."

Kania memutus perhatian total dari si pria blonde itu dan beralih menatap Lea penasaran. "Gimana ceritanya? Bukannya cowok lo bilang kalau udah dua minggu sinyal hp gue gak kelacak itu artinya hp gue udah wassalam."

"Cowok gue juga kaget. Tapi bukan itu yang penting sekarang. Lokasi hp lo ternyata ada di dekat sini."

Setelah mendapat detail lokasi terakhir ponselnya berada, Kania segera melakukan panggilan telepon.

CampfireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang