Boyfie Material

59 3 0
                                    

Inspired by Instagram post @min9yu_k

Inspired by Instagram post @min9yu_k

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

**

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

**

"Ngapain kita ke sini sih kak?" Kela menoleh ke kanan dan kiri, melihat keramaian orang-orang di taman kota malam ini.

Tadi sehabis kelas sore, Kela dibuat kaget saat mendapati Marven menunggu di depan kelasnya. Cowok itu berpakaian santai, hoodie hitam dan celana jeans. Kela yakin jika Marven ke kampus bukan untuk menghadiri kelas.

"Aku habis ketemu temen sekalian mau jemput kamu," ujarnya saat Kela tanya.

"Kok jemput aku gak kasih kabar dulu?"

Marven mengangkat bahu acuh, "pengen aja bikin kamu kaget," jawabnya diiringi kekehan. Lalu tanpa basa-basi Marven menggandeng erat tangan Kela yang sontak membuat beberapa mahasiswi yang sejak tadi memperhatikannya menjerit kecewa.

Sehabis dari kampus, Kela dan Marven menuju tempat makan lesehan, mengisi perut sampai kenyang dan melanjutkan tujuan ke taman kota.

"Anggap aja ini date dadakan," ucap Marven lalu merangkul Kela dan membawanya ke salah satu game center.

"Date dadakan yang bener-bener dadakan," balas Kela sembari menghela napas.

Moodnya agak buruk pasca kejadian di kelas yang tidak mengenakkan. Namun, kehadiran Marven yang tiba-tiba cukup membuat Kela senang. Tapi, tidak untuk jalan-jalan dadakan di taman kota. Yang Kela inginkan adalah sesi recharger, pelukan hangat di apartemen yang sepi, bukan jalan-jalan di tempat yang ramai.

Namun, Marven sepertinya tidak peduli dengan keengganan yang Kela tunjukkan. Cowok itu sekarang sedang asik meraih pistol mainan dan menembaknya ke layar game arcade.

"Ayo sayang ambil pistol satunya," suruhnya.

Kela menggeleng. "Aku gak bisa mainnya Kak."

"Coba dulu baru bilang gak bisa." Marven berseru.

Kela mendengus, tapi dia tetap meraih pistol itu dan ikut bermain.

Jual beli tembakan terjadi antara Kela dengan karakter game di dalam mesin permainan. Awalnya Kela memang ogah-ogahan. Namun, selang lima belas menit kemudian, Kela malah meminta durasi permainan ditambah.

Marven menyeringai, lalu menggesek kartu ke mesin permainan yang otomatis menambah durasi permainan Kela.

Kali ini Kela jadi lebih serius, Marven berinisiatif mengambil alih tas Kela dan menyandangnya di bahu. Cowok itu juga mengambil jedai dari dalam tas dan memakaikannya ke rambut Kela.

"Makasih Kak," ucap Kela melirik sekilas Marven lalu kembali fokus ke permainan.

"Anything for you babe," balas Marven dengan senyum lebar.

Dia benar-benar sukses mengembalikan mood Kela. Entah apa yang telah terjadi di kelas Kela sore tadi. Marven sempat melihat Kela dan temannya beradu mulut di sudut kelas. Tidak tahu membicarakan apa, tapi yang pasti mood Kela jadi jelek karena hal itu.

Makanya Marven mengajak Kela ke taman kota, mencoba game center yang baru buka bulan lalu.

Hampir dua jam Kela dan Marven menghabiskan waktu di game center. Kini keduanya sedang beristirahat di bangku panjang yang berada di tengah-tengah mesin permainan. Dari sini keduanya bisa melihat keseruan orang-orang yang tengah bermain. Ada yang bersorak menang dan ada juga yang mengaduh kalah.

"Gimana, seru kan?" tanya Marven.

Kela mengangguk. "Seru banget! Makasih ya kak udah ajak aku ke sini."

"Iya. Aku happy kalo kamu juga happy," balas Marven seraya tersenyum manis.

Kela jadi gemas ingin mencium pipi Marven. Namun, dia harus menahan diri karena kini sedang berada di tempat umum. Jadilah Kela hanya bisa mengusap-usap pipi Marven dan berakhir mencubit gemas hingga si pemiliki pipi berteriak kesakitan.

"Abis ini kita mau ke mana?" tanya Kela.

"Kamu maunya ke mana?" Marven malah balik bertanya.

"Pulang yuk, aku mau latihan presentasi buat besok."

"Harus banget latihan presentasi?"

"Iya! Kakak jadi penanya ya. Tolong aku. Ini presentasi individu, kalo dapet nilai A+ aku bebas dari UAS."

"Kamu beneran presentasi sendirian atau emang gak dapet kelompok?"

Kela nyengir. "Dua-duanya."

Marven memiringkan kepala, bingung. "Maksudnya?"

"Sekelas aku kan totalnya ganjil, dosen aku mau sekelompok berempat. Pas kan totalnya jadi sepuluh kelompok. Nah yang sisa terserah mau masuk kelompok yang mana atau presentasi individu aja. Jadi, aku ngajuin diri deh buat presentasi individu," jelas Kela.

Marven tergelak. Tangannya lalu terulur mengusap kepala Kela. "Inisiatif sendiri kan? Bukan karena gak diajakin gabung kelompok?"

"Inisiatif sendiri lah! Mereka malah bujukin aku buat gabung ke kelompoknya. Aku males sama mereka. Di depan doang yang baik, di belakang aku dijelekin," adu Kela sambil cemberut.

Teringat kelas sore tadi yang berakhir menyebalkan. Usai persentasi kelompok, salah satu teman kelompok Kela sesumbar mengaku bahwa dia yang mengerjakan makalah kelompok dan Kela hanya ikut urusan persentasi saja. Padahal, Kela yang membuat makalahnya dan teman-teman kelompok lain hanya menumpang nama.

Marven tersenyum bersimpati. "Oke kalau gitu, tapi penanya harus dapet sekotak ayam goreng. Gimana, deal?"

"Itu mah maunya Kakak! Dasar lambung karet, tadi kita udah makan malah laper lagi," seru Kela sambil tergelak.

Meskipun begitu, Kela tetap membeli sekotak ayam goreng seperti yang diinginkan Marven, tak lupa kentang goreng dan juga dua minuman soda sebagai pelengkap.

- Fin -

Date : 29 Januari 2024

CampfireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang