The Crazy Boy Next Door

66 5 0
                                    

Inspired by Instagram post @pledis_boos

Inspired by Instagram post @pledis_boos

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

**

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

**

From Brother :
Dek, malam ini gue gak pulang, nginep di kosnya Jo, jangan lupa kunci pintu sebelum bobo ya!

To Brother :
Oke

Hujan deras yang turun sejak sore tadi sudah berubah jadi gerimis kecil-kecil. Terlihat lebih romantis berpadu dengan lampu kendaraan di jalanan yang tidak pernah sepi. Dinginnya angin malam sehabis hujan membuat aku mengernyit ketika jendela geser kubuka. Tiba-tiba aku merasa lapar dan ingin makanan hangat.

Lantas, tanpa menunggu lebih lama lagi, aku meraih jaket di gantungan baju dan juga dompet, bersiap hendak ke minimarket di persimpangan jalan.

Aku ingin satu cup mie dan juga cemilan manis. Mumpung Kakakku sedang tidak ada di rumah, jadi tidak akan ada yang mengomel aku makan makanan manis menjelang tengah malam.

Daerah sekitar rumahku cukup lengang. Kendati demikian masih terbilang aman dan jarang terdengar kasus penyerangan atau hal tidak menyenangkan lainnya.

Minimarket yang aku tuju berada 500 meter dengan jalan kaki. Melewati lapangan basket dan taman bermain anak-anak di sisi kanan jalan.

Perhatianku teralih ketika melihat seseorang yang sedang asyik memantulkan bola basket di tengah lapangan basket. Rambutnya blonde kontras dengan pakaian serba hitam yang ia kenakan. Sejenak aku terpana memperhatikannya. Dia adalah tetangga di sebelah rumahku.

"Halo Kak Wanza!" sapaan itu terlontar begitu saja tanpa bisa kukendalikan.

Cowok berambut blonde itu menoleh, berhenti memantulkan bola dan mengedarkan pandangannya mencari asal suara yang baru saja menyapa.

Dia jadi terlihat lucu seperti itu. Aku lantas melambaikan tangan agar dia tahu keberadaanku.

"Tumben nih Kak Wanza di rumah," sapaku, melangkah mendekat.

"Mau kemana anak gadis malem-malem, emang dibolehin Bang Han keluar?"

Aku berdecak. "Kakak kira aku anak kecil yang harus minta izin buat keluar? Aku udah 21 tahun tau!" balasku sepenuh emosi.

CampfireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang