63

294 65 53
                                    

Harvey, Satya, Melvin sama Yuda jemput Willy, Sakti, Junot sama Yesa. Mereka nyari-nyari kemana itu  anak teletubies di bandara. Setelah nyari gataunya anaknya lagi pada makan di coffee shop, mereka berempat pun masuk ke coffee shop.

"Disini rupanya, kok kalian tau-tau udah disini???" Tanya Yuda.

"Biar surprise Yud." Ucap Sakti.

"Katanya tahun depan?" Satya bingung.

"Kita ikut test lagi dan lulus ternyata jadi bisa langsung berangkat deh." Ucap Willy.

"Ngagetin lu. Tiba-tiba minta jemput njir." Harvey nepok pelan jidat Willy.

"Kalian ga pesen?" Tanya Yesa.

"Iya bang, kak pesen gih. Nanti bang Melvin sama bang Harvey yang bayar." Ucap Junot.

"Itu mah emang tiap hari begitu. Dibayarin ayang , ya ga Yud, kak?" Ucap Willy.

"Oh iya dong laki gua kan udah mapan. Ga jajan es cekek mulu kek Sakti." Ucap Yuda.

"Gua diem loh Yud. Kena mulu gua anjir." Sakti si selalu salah.

"Hahaha canda elah. Yaudah yuk yang pesen. Ini rasa apa Wil?" Yuda nunjuk cakenya Willy.

"Ini rasa-rasa ingin nabok mulut lu Yud." Ucap Willy.

"Serius weh."

"Coklat elah coklat tiramisu."

"Okeh." Melvin pun langsung digeret sama Yuda buat beli cake. Harvey udah mesen duluan sama Satya.

Mereka pun makan bareng sambil ngobrolin pengalaman masing-masing dan mereka bakal kerja dimana kayak Sakti jadi engineer di salah satu perusahaan ternama, Willy jadi instruktur dance di sekolah dance, Yesa kerja di salah satu rumah sakit hewan dan Junot kerja di salah satu firma hukum di Jerman. Mereka semua udah pada dapet kerjaan enak. Minggu depan Sakti, Willy, Yesa sama Junot udah masuk kerja, mereka besok tapi harus apply dokumen mereka ke tempat kerja mereka biar di acc.

"Tapi kita belum nyari apart sama kendaraan." Ucap Junot.

"Yaudah gini aja, Harvey senpai sama Satya senpai bantu nyariin apart buat Sakti sama Willy. Watashi sama Yuda bantu nyariin apart buat Junot sama Yesa." Ucap Melvin, mereka pun setuju.

"Kalo kendaraan kayaknya nanti aja deh, kita sementara naik transportasi umum aja, gapapa. Nabung dulu." Ucap Willy. Junot, Sakti sama Yesa pun setuju.

"Yaudah berarti besok kalian udah harus hafalin rute disini biar ga bingung." Ucap Harvey, yang lain ngangguk.

"Jangan kek Melvin, dateng langsung punya apart sama mobil. Pusing gua." Satya keinget yang soal duit.

"Demi apa?? Buset Vin banyak duit lu." Sakti kaget.

"Dia mah kebanyakan duit kayaknya." Celetuk Yesa.

"Lu bayangin dia langsung sewa 3 tahun tuh apart." Ucap Yuda.

"Buset, abis berapa bang?" Tanya Junot ke Melvin.

"3,4M. Dia yang punya duit tapi gua yang bayarin gemeter sumpah." Satya pertama kali megang duit sebanyak itu cash. Yang lain shock.

"Ada gila-gilanya lu Vin! 3,4M??" Willy nanya. Melvin manggut doang.

"Belum lagi dia langsung beli mobil. Habis sekitar 7M. Stress. Dia disini sehari udah ngabisin duit 10M lebih." Harvey ikutan pusing.

"Gila anjir pusing gua langsung. Yuda pacar lu ini gila apa gimana??? Sehari loh itu." Ucap Yesa.

"Lu aja pusing apalagi gua, mau marah juga gimana, itu  emang duit yang sengaja dia simpen buat sewa apart sama mobil disini, dan ngurus suratnya aja itu ga murah." Yuda kalo inget duitnya Melvin mah pusing.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 2 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

WRONG POSITIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang