3 | Superhero (3)

31.8K 3.2K 358
                                    

"Ah! Aku tahu sekarang!" sahut Rei berjingkat dan mengangkat tangannya tinggi-tinggi. "Kalau rotasi bumi kian melambat, kita yang ada di permukaan bumi juga akan semakin bergerak melambat, menjauhi kecepatan cahaya. Sementara berdasarkan hukum relativitas khusus: jika kita mampu bergerak mendekati kecepatan cahaya, maka waktu akan terasa lebih lambat bagi kita. Dan sebaliknya, kalau kita menjauhi kecepatan cahaya--seperti sekarang ini--waktu kita akan terasa lebih cepat. Walaupun dalam sehari, kita memiliki 25 jam yang sama, namun tetap akan terasa lebih cepat, karena kita sedang bergerak melambat," tutur Rei dengan lancar seperti membaca buku teks.

"Waw, cerdas seperti Einstein!" seru Carrie seraya tersenyum bangga dan bertepuk tangan pelan.

"Eh, tapi tunggu dulu!" pekik Rei. "Bukankah semesta sedang mengalami akselerasi konstan? Kenapa bumi malah melambat?"

Belva mengangkat alis. "Well, sepertinya kau salah dalam memahami akselerasi konstan. Akselerasi yang dimaksud adalah percepatan semesta dalam mengembang, bukan percepatannya dalam berotasi. Sudah kubilang kan, kalau perlambatan rotasi bumi adalah bagian dari akibat gravitasi Bulan yang melemah karena semakin menjauh. Ya, salah satunya adalah proses dari ekspansi semesta. Jadi kalau mau berpikir lebih luas lagi dengan ketiga teori itu--second leap, relativitas khusus, dan pengembangan semesta--kau sudah bisa menyimpulkan bahwa kita merasakan waktu berputar lebih cepat, tepatnya jauh lebih cepat dibadingkan manusia-manusia yang hidup beberapa tahun yang lalu."

"Waw, itulah mengapa tidak ada alasan bagi kita untuk menyia-nyiakan waktu yang kita miliki," timpal Carrie yang terinspirasi dari percakapan dua calon ilmuwan di hadapannya.

Sementara Arvin masih diam di tempat. Seperti terlempar ke dimensi lain yang jauh dari mereka, ia tak bisa mengimbuhi dialog apapun. Seketika ia meremas rambut ungunya. "Aduh! Sepertinya aku perlu es batu untuk mendinginkan kepalaku," keluhnya kesal membuat anak lain tertawa.

"He-he-hei. Lihatlah ini!"

Sebuah suara yang lantang tiba-tiba mengalihkan perhatian anak-anak di meja makan itu.

"Jadi ini Superhero sekolah kita? Apa yang dia lakukan di sini?" Pemuda bertampang licik yang menjegal kaki Arvin di kelas itu nampak mendekat. "Memakan bekal di kantin bersama dengan teman-teman lugunya? Dia tidak ada bedanya dengan murid Sekolah Dasar."

Suara gelak tawa segera menyambutnya. Dua anak yang berdiri di samping pemuda itu adalah kroni-kroni setianya. Sedangkan pengunjung kantin yang lain terlihat tak peduli dan melanjutkan aktivitas mereka.

Ternyata bukan hanya kepalanya saja yang bisa panas. Telinga Arvin ikut memanas. "Apa masalahmu, Nico?" Arvin yang merasa dirinya diungkap ke publik itu mulai naik pitam. Suasana di meja makan itu pun mendadak berubah semenjak kedatangan anak berbadan tinggi kekar itu. Selain bola matanya yang dalam, rambut hitam runcingnya ikut menambah kesan garang.

"Oh, rupanya kamu sudah bisa mengeja namaku dengan baik, ya, anak pintar?" ucap Nico sambil menepuk-nepuk puncak kepala Arvin. Arvin tahu itu adalah cara Nico untuk menyindirnya.

Nico kini melihat ke arah meja. "Dan apakah aku mengganggu acara minum teh kalian?" lanjut Nico dengan nada bicara yang amat menyebalkan. Bahkan Belva yang baru mengenalnya pun jengah, ingin mencolok matanya dengan garpu supaya melesak lebih dalam lagi.

"Ngomong-ngomong, kenapa kamu tidak berpatroli, Superhero?" Ferris, salah satu dari dua kroni Nico itu bertanya kepada Arvin. "Jangan-jangan di luar sana ada anak kecil yang sedang butuh bantuanmu karena poop di celana," ucap anak bertubuh jangkung itu. Pun juga segera disahut oleh tawa renyah dari Nico dan satu orang lagi yang bertubuh gendut.

"Ya, atau bisa jadi ada nenek tua yang giginya sudah ompong dan ingin menyeberang jalan, atau ingin kamarnya dibersihkan dari debu dan bulu kucing," sahut si anak bertubuh gendut dengan suara besarnya. Namun sayang sekali, usahanya telah menghentikan rasa humor yang sedang mengalir. Si anak jangkung segera meninju perut besarnya. "Itu tidak lucu, Kayle!"

HEXAGON [1] | Spektrum Warna ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang