56 | Taman Bermain (2)

10.2K 1.8K 113
                                    

<<<>>>

"Kode F-5?"

"Checked!"

"Terakhir, B-11?"

"On my way!"

Suara riuh rendah bersahutan di ruangan yang penuh dengan berkas hologram. Semua awak begitu piawai memainkan navigasi di atas papan tombol mereka. Sementara pria yang memegang kendali di lingkaran tengah hanya mengurut dagunya. Berdiri sambil melihat ke layar monitor.

"Kendrick." Pria tersebut menoleh dan menemukan Profesor Ignitus sedang menaiki undakan, menuju ke tempatnya. Sementara di belakang, Tuan Richard terlihat berbincang-bincang dengan guru lain yang juga ada di ruangan itu. Walaupun sebelumnya sempat menolak, mau tak mau Tuan Kendrick menjadi pemegang kendali di sini. Asumsiya tidak ada yang lebih paham dengan Realogram selain penemunya sendiri.

Tuan Kendrick menghela napas. Rupa-rupanya ketegangan pun tengah ia rasakan. "Kami sudah siap, Profesor."

Profesor mengangguk, dan pandangan mereka berdua segera terfokus pada monitor hologram yang tengah menampilkan barisan anak-anak McValen.

Paralel dengan hal tersebut, subyek-subyek yang sedang diamati tengah mendengarkan penjelasan dari Jasper di tempat upacara.

"Setelah ini kita akan memasuki arena ujian. Aturannya sama, kalian tetap bekerja secara kelompok. Kumpulkan tanda bintang sebanyak mungkin, lolos dari rintangan, dan berlomba-lombalah untuk keluar dari tempat itu. Ujian dinyatakan selesai jika salah satu kelompok berhasil menyelesaikan seluruh tantangan dan menemukan pintu keluar. Uniget yang telah kami ganti dengan gelang indikator itu menunjukkan nilai kalian. Menunjukkan seberapa berhasil kalian melewati tantangan ini. Dan perlu kalian ingat, ini bukan ujian biasa. Semua yang ada di dalam adalah nyata. Sekali kalian lengah, maka jangan harap bisa pulang dengan keadaan yang sama seperti sekarang. And there's no way back. Jadi, jangan pernah berpikir untuk mundur!" tutur Jasper dengan bola mata yang terbuka sempurna.

Carl menelan ludah yang rasanya pahit. Keringat dingin mulai mengalir, menemani detak jantungnya yang bergemuruh seperti genderang.

"Nico?" Jasper memanggil nama anak yang mengangkat tangan.

Nico pun membuka mulut. "Kenapa kita sampai harus menanggung risiko besar, hanya untuk ujian bullshit seperti ini?"

Jasper melangkah pelan mendekati pemuda itu. Matanya sama sekali tak menciut, kecuali saat berkedip. Justru arteri di sudut matanya memerah karena darah di dalamnya sedang mendidih. "Supaya bocah sepertimu bisa belajar," jawabnya dengan rahang terkatup, "atau kau mau jadi pengecut dan mengulang tahun depan?"

Nico hanya mendengus sambil melempar tatapan matanya. Carl sendiri pusing memikirkan hal ini. Tentu ia tak mau kalau penderitaannya diulur-ulur sampai tahun depan. Tapi ia masih butuh waktu untuk bertanya pada diri sendiri. Sudahkah ia siap menghadapi--entah apa pun--perihal yang menunggunya di sana? Tidak ada yang berani bertanya ataupun menyanggah lagi. Dan dengan pembekalan minim tersebut, anak-anak McValen digiring menuju gedung F.

Sebuah pintu tertutup di ujung lorong mulai terlihat setelah mereka menyelesaikan tiga puluh langkah serta satu belokan. Warna putih dari pintu itu seakan menular ke wajah Carl yang pucat pasi. Tidak ada yang bisa menerawang dan melihat apa yang akan mereka hadapi di dalam sana.

Jasper beserta beberapa anggota militer lain mengambil tempat berjajar, seolah sedang melepas kepergian anak-anak itu di sisi kanan dan kiri pintu. Suara berdesis yang tiba-tiba membuat beberapa anak terhenyak. Pintu kokoh pun terbuka secara otomatis dari bawah. Di dalam sana, keadaan sangat gelap dan tak ada yang terlihat, walaupun hampir semua anak berusaha mengintip dari kejauhan.

HEXAGON [1] | Spektrum Warna ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang