Satu

25.3K 960 8
                                    

Sinar jingga menembus masuk dari tirai yang setengah tertutup, menyilaukan. Badanku masih terasa lemas, membuatku lebih memilih tetap memejamkan kedua mataku. Samar-sama aku merasa seperti mendengar dering telepon beberapa saat yang lalu diantara tidurku. "Dia udah nelpon?" Aku memang sempat tertidur dan kudapati dia sedang berbaring sambil memandangi ponsel ditangannya. Nafasnya terdengar berat. Aku tau dia enggan tapi tetap kulihat dia berdiri dan mengambil pakaiannya yang tergeletak begitu saja dilantai. Berjalan menuju ke kamar mandi. Aku menarik selimut untuk menutupi tubuh polosku yang tiba-tiba terasa dingin. Kutatap layar ponsel yang dia taruh disamping tempat tidur dan melihat panggilan tak terjawab dari wanita itu sebanyak 2 kali. Aku mengerti sebabnya. Sebenarnya aku heran bagaimana mungkin ada hati sekuat miliknya ini? merasa sakit dan dia tetap berusaha memendam sekaligus menahannya sendirian.

Aku kembali berbaring menyamping, sengaja memunggunginya yang baru keluar dari kamar mandi. Aku malas melihat wajahnya yang akan menyunggingkan senyum miris yang memperlihatkan isi hati sebenarnya dan hanya padaku dia bisa memperlihatkannya. Jauh berbeda dengan senyumnya pada wanita itu. Karena itu, lebih baik aku menghindarinya, mungkin aku akan tidur sebentar untuk memulihkan tenaga untuk kembali bekerja. Aku mendengarnya membuka kulkas untuk mengambil minuman. Seperti kebiasaannya, dia pasti minum sebotol air mineral sehabis mandi. Aku mendengar dia mengambil kunci mobilnya. Sudah saatnya dia pergi.

"Kamu bisa pergi sendiri kan?" dia mengecup bahu terbukaku, kebiasaannya yang sangat kukenali. Dia ngga perlu mendengar jawabanku sebelum langsung pergi. Aku sudah terbiasa dengan kebiasaan-kebiasaannya ini karena aku sangat mengenalnya selama dua tahun ini.

Beberapa saat yang lalu, kamar ini masih terisi suara kami walau itu hanyalah desahan yang keluar dari mulutku dan sesekali dari mulutnya, sekarang sudah sunyi senyap seperti biasanya. Ruangan ini memang dibuat dengan kesunyian seperti ini sejak awal. Aku adalah pemuja ketenangan. Tapi tidak tanpa ada dia disampingku saat ini karena aku sangat bergantung padanya. Walau hanya sekedar memeluk tubuhku dan mencumbuku. Hanya itu satu-satunya keintiman yang bisa kubuat agar aku bisa bersamanya. Diluar dari kamar ini, status kami berubah, terlalu jauh untuk disebut suatu hubungan. Dia punya kehidupan dan kisahnya sendiri, begitupun denganku. Aku memaklumi hal itu. Karena akulah yang sejak awal menawarkan hubungan seperti ini padanya. Bukan teman, bukan kekasih, bukan pula wanita bayaran. Hanya sebatas partner pemuas gairah, begitu aku menyebut hubungan ini. Aku memang mencintainya dengan cara ini, dan memang hanya ini yang bisa kulakukan untuk mendapatkan apa yang kuinginkan. Walau hanya sebagai objek pelampiasan pun aku rela asalkan dia bersamaku. Aku memang tidak lebih pintar darinya yang juga mencintai orang yang tidak balas mencintainya. Kami sama bodohnya dalam hal cinta.

***

Aku mengambil kacamataku dan memakainya, sekali lagi melihat pantulan diriku di cermin dan aku sudah siap sekarang. Aku sengaja membuat cepolan acak-acakan dan mengenakan kemeja longgar untuk menutup penampilanku. Terakhir, aku memoleskan lipstik pink berminyak dengan gliter yang membuatku terlihat seperti yang aku inginkan. Culun dan tidak akan menarik bagi siapapun.

Ponselku berdering, aku segera mengambilnya dan melihat nama yang sudah lama tidak tertulis disana. Ah...aku merindukannya.

"Besok malam kami akan melakukan wawancara. Kamu perlu datang." tanpa ada sapaan, tanpa ada nada keramahan yang sangat kuinginkan terdengar dikupingku.

"Ya." sahutku. Sesingkat mungkin, karena aku masih ingat bahwa orang diseberang sana ngga akan suka bila ada banyak kata keluar dari bibirku.

"Jangan terlambat. Tinggalkan sebentar pekerjaan konyolmu itu." aku akan datang tanpa perlu dia mencemooh pekerjaanku.

"Ryn akan datang." walau dia hanya menelpon untuk memerintah dan mencemoohku, paling tidak aku masih bersyukur karena bisa mendengar suara ini. Aku merindukannya dan semua orang yang ada disana.

Topeng EmasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang