Extra Part

11.2K 691 46
                                    

Rion POV

Ngga pernah bosan rasanya tiap pagi melihat wajah cantik yang selalu rajin membangunkanku walau aku punya kebiasaan susah dibangunkan. Dia punya seribu cara membuatku bangun, dan pilihannya kali ini adalah menempelkan tangan sedingin es miliknya ke pipiku.

Seperti biasa, Mimi sudah rapi dan menawan dengan setelan kantornya. Rambut panjangnya digelung rapi dan sepasang anting mungil menambah tampilan menawannya yang sederhana.

"Selamat pagi, tukang tidur." aku masih sangat mengantuk karena baru pulang jam 3 dini hari tadi.

"Selamat pagi, Cantik." kutarik tangannya dan memeluknya dengan erat.

"Baru ketemu dan kamu udah mau pergi sekarang?" dia baru tiba dari Makasar tadi malam, dan waktu aku datang, Mimi udah tertidur. Dia berusaha menungguku dan karena kelelahan dia malah ketiduran di ruang tengah.

"Aku ada meeting pagi ini," Mimi melepas dirinya dari pelukanku, giliran dia yang menarik tanganku. "Jadi, ayo bangun dan aku tunggu kamu di meja makan."

Semakin hari dia semakin tegas dan aku ngga pernah bisa menolaknya. Dia juga sama sibuknya denganku, aku jadi menyesal menyuruh dia kerja waktu itu.

Aku segera ke kamar mandi dan mandi dengan cepat biar Mimi ngga memasang muka cemberutnya padaku kalo aku telat sarapan.

***

Walau sudah mandi, aku masih ngga bisa menahan kantukku, dan aku berusaha menutup mulutku waktu menguap supaya ngga mendapat tatapan tajam Mimi. Dua orang yang duduk disamping juga diseberangku kurasa sama mengantuknya denganku.

"Kalian boleh pulang hari ini, Mimi udah balik." ucapku sambil memasukkan irisan tomat ke mulutku.

"Giliran Mimi pulang, kita diusir." gerutu Raskha. Dia selalu muncul tiap Mimi pergi ke luar kota, dan kemunculannya selalu disertai Tristan.

"Emang gitu kan mestinya?" seingatku, Mimi menyuruh mereka kemari memang untuk menemaniku selama dia pergi ke luar kota. Sebenarnya dia ngga perlu melakukannya, karena sebelum menikah, aku juga selalu tinggal sendiri.

"Numpang tinggal seminggu lagi ya," aku punya feeling ngga enak waktu melihat Tristan datang dengan tas besar 3 hari yang lalu.

"Nunggak uang sewa lagi ya?" tebakku langsung. Dia menggaruk kepalanya.

Aku merasa bersalah juga waktu tau dia diusir dari rumahnya karena membatalkan pertunangannya dengan Mimi. Dan sejak itu Tristan harus menghidupi dirinya dengan cuma mengandalkan uang hasil kerjanya di cafe tempatnya bekerja. Padahal kami semua tau kalo dia mau membuka usahanya sendiri dengan bantuan dana dari orang tuanya. Alhasil, dia harus rela kalo mimpinya itu ditunda sampai dia punya uang yang cukup.

"Kamu harus pulang hari ini juga." mendengar yang barusan kukatakan, dia beralih ke Mimi. Dia tau kalo Mimi lemah padanya. "Jangan coba-coba membujuk Mimi."

"Kalo gitu, aku numpang di rumah kamu ya, Bang." Tristan beralih ke Raskha yang langsung disambut dengan lengan menyilang miliknya. Mana mungkin dia boleh membawa Tristan menginap dirumahnya kalo dia sendiri aja sedang mencari cara supaya bisa bebas dari Mamanya. Sudah sebulan ini Raskha kembali ke rumah Mamanya dan harus rela melupakan kebebasannya sampai menemukan wanita untuk dikenalkan pada Mamanya. Aku baru tahu kalo tahun ini umurnya genap 35 dan angka itu cukup membuat Mamanya pusing karena putra satu-satunya ini belum juga menikah.

"Kamu mau dimasak hidup-hidup sama Mama?" tanyanya frustasi.

Mimi menatapku dan aku mengangguk padanya. "Kamu harus pulang Tristan,"

"Mimi....." Tristan mencoba mengeluarkan jurus mautnya untuk membujuk Mimi yang biasanya selalu berhasil. Dia memegang lengan Mimi, menyenderkan kepalanya dibahu Mimi dan menggesek-gesekkannya disana. Aku seperti melihat anak kucing kalo dia begini.

Topeng EmasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang