Sepuluh

6.5K 572 1
                                    

"Kamu ngapain disini?" tanyaku begitu melihat Raskha muncul disana. Gimana mungkin dia bisa muncul dari dalam lemariku dan jelas dia barusan dari kamar Mischa. Tanda tanya besar untukku.

"Aku yang harusnya nanya sama kamu. Ngapain kamu disini lagi?" dia malah terlihat marah sekarang. Aku mundur beberapa langkah, memberinya jalan untuk keluar dari lemari.

"Kamu ngapain??!!" aku bertanya lagi, kali ini bukan karena dia ada disini, melainkan karena dia malah mengambil jaket dan memakaikannya padaku.

"Kamu belum jawab pertanyaanku." dia mendekatkan wajahnya padaku. "Kenapa.... kamu..... kembali.... kesini?" dia bahkan menekankan kata-katanya padaku.

" Aku bukannya kembali. Aku ketangkap." aku balas menekankan kata-kataku padanya. "Sekarang, giliran kamu yang jawab pertanyaannku."

"Aku akan menjelaskannya nanti dipesawat. Kita pergi dari sini dulu." aku ngga membawa apa-apa waktu dibawa pulang kemari, jadi ngga ada yang perlu kubawa lagi kalo harus pergi dari sini.

"Percuma Raskha. Mereka juga bakal nemuin aku lagi." aku melepas tangan Raskha dari pergelangan tanganku.

"Ngga akan." Raskha kembali menarik tanganku, membantu aku untuk masuk kedalam lemari. "Mereka ngga akan menjemput kamu kalo kamu ngga bikin masalah lagi." 

"Heeeey!!! kamu dapat itu darimana?" aku baru tau kalo jendela kamar yang ngga pernah Mischa buka, ternyata bisa dibuka dan pria ini punya kuncinya. Siapa dia sebenarnya?

" Kamu keluar duluan." ngga salah kan? Kami dilantai 3 dan Raskha mau kami lompat dari sini?

"Aku ngga mau." aku masih mau berjalan dengan kakiku. Aku ngga akan mau ambil resiko kalo harus kehilangan kakiku karena melompat dari sini.

"Cukup ikuti instruksi dariku. Ayo," ragu-ragu, aku mencoba mengikuti apa yang diperintahkan Raskha. Dia sedang serius sekarang, dan dia ngga mungkin mau kami celaka. Aku keluar dari jendela kamar Mischa dan berpijak pada pinggiran tembok yang Raskha tunjuk. Kulihat dia kembali mengunci jendela dan menyimpan kuncinya di dalam saku celananya.

"Diam disana." Raskha mendekat padaku. Dia menaruh tangannya disisi kananku, seperti sedang memeluk tubuhku dari belakang dan dengan cepat berpindah kesisi kananku setelah sebelumnya dia berada di kiri.

"Kamu bisa kan?" Raskha mengulurkan tangannya padaku, menuntunku untuk ikut meniti tembok yang kami injak. Aku tau rumah ini dan tembok ini ngga akan membuat kami dengan mudah begitu saja keluar.

"Ada 3 orang satpam yang berjaga didepan." bisikku. Raskha kembali berpindah ke belakangku.

"Satu orang sedang cuti dan satu orang lagi tidur dipos." aku menggeleng waktu tau Raskha menyuruhku memanjat pohon didepan kami. "Aku ngga bisa jamin kalo sebentar lagi yang tidur itu bakal bangun dan berpatroli kedaerah ini."

"Aku ngga pernah manjat seumur hidupku Raskha."

"Aku akan beri kamu kesempatan itu sekarang. Ayo Mimi. Kita ngga punya banyak waktu." dengan terpaksa aku menggapai ranting pohon dan mencoba melangkah selebar-lebarnya untuk mencapai dahan terdekat dengan kakiku. Pelan-pelan ku raih dahan demi dahan dan tiba di dahan terendah yang masih menyisakan beberapa meter jarak ke tanah. Aku menyapu peluhku.

"Aku ngga mesti lompat kan?" aku berbalik dan menunggu Raskha yang masih tertinggal dibelakangku.

"Sayangnya kita mesti lompat sekarang, cantik." dengan mudah dia sudah menginjakkan kakinya ditanah. Dan aku masih disini. Mencoba melihat seberapa julauh jarak yang harus kulompati. Sedangkan dibawah Raskha sudah menungguku.

"Ayo!!! Kita harus pergi, Mimi." aku menggeleng.

"Aku akan menangkapmu," dia mengulurkan tangannya.

Topeng EmasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang