Kemana perginya dua pria itu? Kamar mereka sudah rapi sepagi ini. Aku baru mau mengajak mereka sarapan diluar pagi ini. Lagi malas masak soalnya lagipula ngga ada yang bisa dimasak. Tapi satupun ngga keliatan batang idungnya.
"Dimana?" tanyaku begitu mendengar suara Raskha.
"Didepan. " sahutnya nyaring.
"Rion juga?" aku melihat jam ditanganku. Setengah 7.
"Iya. Kemari gih, kami tunggu didepan ya," karena aku udah niat mau ngajakin mereka makan, tanpa menunggu lagi, aku langsung menuju pintu untuk menyusul mereka.
***
"Makan bubur ayam yang didepan jalan Meratus ya." ucapku pada Raskha yang bertugas menyetir. Rion yang duduk disampingnya nampak asyik dengan ponselnya. Setahuku harusnya dia hari ini ada jadwal syuting. Kayaknya dia bolos lagi hari ini.
"Hari ini kita makan di tempat special." ucap Raskha, ikut mengenakan kacamata hitam yang sama seperti yang Rion pakai. Mereka memang benar-benar kompak sekarang. Sepertinya aku mulai percaya kalo mereka memang sudah mengakrabkan diri.
"Terserah deh." sahutku cemberut. Aku kembali beralih ke Rion. Mencoba mencari tau apa yang membuatnya begitu tertarik dengan ponselnya. Dia memang terlihat biasa aja sesudah percakapan kami hari itu. Akupun berusaha bersikap seperti ngga ada pembicaraan apa-apa sama sepertinya. Begini memang lebih mudah bagi kami berdua. Daripada kembali menyinggunya dan kami berdua merasa risih antara satu sama lain.
"Aku lagi bbman sama asisten baruku, Bulan." Rion pasti merasa kalo aku sedang memfokuskan pandanganku ke ponselnya. "Anak baru, dan.......... lumayan."
"Cantik Ri, anaknya." sahut Raskha.
"Kerjanya juga bagus." tambah Rion, ikut memuji.
"Waaah, bisa jatuh cinta sama dia kamu. Kayak yang sebelumnya," aku melihat lirikan jahil Raskha melalui spion. Kami memang sudah membuka hubungan kami pada Raskha. Rion sudah memintanya untuk memaklumi hubungan aneh kami ini.Dibilang pacaran bukan, temenan juga bukan.
"Untuk sementara ini aku masih berusaha untuk bikin asistenku yang sebelumnya kembali sih. Cuman belum berhasil aja,"
"Susah juga sih, ya. Kalo asisten kamu yang dulu ngga mau jadi sekedar asisten aja. Mau minta dinikahin kan dia?" aku memukul kepala Raskha dengan bantal. Mulut jahilnya emang susah di rem.
"Aku kan cuma mau ngehormatin dan ngga mau ngeduluin yang lebih tua kan ya, makanya ngga mau nikah dulu." kali ini kepala Rion yang jadi sasaran, cuma yang kali ini dari tangan Raskha.
"Lagian, berapa sih umur asisten kamu itu? pake acara buru-buru nikah segala." aku memang ngga menceritakan masalah perjodohanku pada Raskha. Dia ngga akan meledekku kalo tau penyebabnya. Dia sama seperti Rion kalo aku menceritakan semuanya, dia pasti akan melakukan apapun untukku. Aku ngga akan membiarkan itu terjadi. Mereka punya hidup mereka sendiri. Raskha bahkan pernah mengatakan untuk membawaku dan mengatakan pada ibunya untuk menjadikanku adiknya dan tinggal bersama keluarganya. Apa jadinya kalo dia dengar bahwa aku akan tunangan bulan depan dengan pria pilihan ayah?
"Kalo aku liat sih, dia pengen cepet-cepet tinggal berduaan aja denganku." kali ini bantalku kupindahkan ke kepala Rion. Dengan cepat dia menahan tanganku dan melepas bantal yang masih kupegang. Dia malah mengecup jemariku.
"Dilarang bermesraan didepan orang jomblo." rutuk Raskha.
"Aku juga jomblo." jawab Rion sambil melirikku, "Kan aku udah ditolak."
"Kalian ini kenapa sih ngeselin?" Aku mengambil bantalku dari Rion dan memundurkan tempat dudukku. Lebih baik aku tidur. "Bangunin kalo udah nyampe."
KAMU SEDANG MEMBACA
Topeng Emas
RomanceTentang Mirynda yang memutuskan untuk jadi 'SIMPANAN' seorang artis terkenal tanpa mengharapkan perasaan apapun. Cukup bisa berada di sisi pria itu, dia sudah bahagia. Membiarkan perasaannya tumbuh. Dirinya sendiri punya rahasia di balik kisahnya, s...