Lima

8.3K 640 6
                                    

Jelas ini bukan kabar baik untuk kami semua. Bahkan untuk Rion. Aku hampir ngga percaya dengan apa yang kulihat. Didalam daftar itu jelas tertulis nama Ardlan Prayudha disana. Padahal aku baru mendengar nama itu dari mulut Rion tadi malam. Dia bilang beberapa hari sebelumnya orang itu masih berusaha mengganggunya dan Rindy. Apa yang terjadi sekarang?

Aku menggapai-gapai ponsel di nakasku, mencari nama Rion disana dan menghubunginya.

Aku tau. Dia jelas tau apa yang mau kukatakan padanya.

Aku sedang bersamanya sekarang. Dia kacau. 

"Kamu sendiri?" tanyaku ragu-ragu. Mendengar dari nada suaranya dia juga sama kacaunya.

Apa yang kulakukan sebenarnya? Kenapa terasa lebih menyakitkan saat melihatnya seperti ini?

"Tenangkan diri kamu. Kamu harus lebih kuat untuknya."

Jelas perasaannya masih sangat besar untuk pria itu. Walaupun dia bilang sudah hampir melupakannya dan berusaha tetap bersamaku, aku ragu.

"Jangan mikirin hal itu dulu saat ini. Bertindaklah sebagai sahabatnya yang dulu, Rion. Dia pasti merindukan kamu yang dulu. Tetaplah disampingnya," lihat? aku bersikap sok kuat sekarang.

Aku ngga kuat Mimi. suara Rion bergetar, tanda dia benar-benar berusaha kuat menahan perasaannya.

"Kalo ngga kuat, memang kamu bisa ninggalin dia sekarang?" tanyaku keras. Percuma Rion, kamu ngga bakal beranjak dari tempatmu sekarang.

"Kamu pasti bisa kali ini. Bersabarlah." Aku juga bakal bersabar sekarang menghadapimu. Kamu yang memilih jalan sepertu ini dan kamu harus melaluinya sampai akhir.

Aku ngga mau mendengar suara Rion selanjutnya dan aku lebih memilih mematikan telpon. Entah kenapa aku jadi merasa kesal sendiri.
***

Praktis aku jadi pengangguran sejak tiga hari yang lalu, sejak Rion memutuskan mengambil cutinya dan tetap bersama Rindy disana. Ini pertama kalinya aku bingung harus melakukan apa dirumah sejak aku mulai punya aktifitasku sendiri dikota ini.

Kupandangi tumpukan baju kotorku yang teronggok disudut kamar minta untuk segera diambil oleh petugas laundry. Dan aku punya satu ide untuk rencanaku hari ini.

Aku segera berlari kecil menuju kamar mandi dan membersihkan diriku sebentar. Kupilih kaos santai dan jeans untuk kukenakan sore ini. Aku membiarkan rambutku tergerai dan menyapukan bedak tipis beserta lip balm seadanya. Hanya ini dan aku siap pergi sekarang. Kuambil kunci mobil yang terselip dilaci paling dalam, bukti bahwa aku sangat jarang memakai benda beroda empat itu.

Kuarahkan mobilku ke halaman parkir sebuah kawasan pusat perbelanjaan dan memarkirkannya disana. Aku perlu meringankan pikiranku sekarang. Memang kodratnya seorang wanita ngga bisa kupungkiri. Walau jarang, aku juga suka memanjakan diriku dengan belanja. Dan aku memang memerlukan beberapa baju dan perlengkapan baru lainnya.

Aku bukan tipe wanita yang dalam hal menentukan pilihan suka berlama-lama. Begitu ada barang menarik pertama yang terlihat olehku, kalo ukurannya pas untukku, aku akan langsung membelinya. Karena itulah, belum sampai dua jam, tanganku sudah penuh dengan barang belanjaan.

"Ngga nyangka juga kita ketemu dia disini Ka," aku melepaskan sebuah tas yang kupegang waktu mendengar suara itu. Aku kenal suara ini.

"Iya Ra." aku memberikan senyumanku kepada sikembar didepanku kini. Mereka memandangku dengan tatapan dinginnya seperti biasa. Kupikir kota ini cukup aman, ternyata mereka juga bisa berada disini.

"Kalian belanja juga?" tanyaku. Aku bingung harus bicara apa pada kedua saudariku ini. Tatapan mereka saat memandangku sama seperti cara mereka memandang makhluk dari planet lain.

Topeng EmasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang