"something"

42 3 0
                                    

*a/n : sorry for the late update*

Malam itu aku sendirian di dalam apartemen kami, Kakak baru saja menelpon bahwa ia tak akan pulang malam ini karena ada kasus besar yang sedang dikerjakan timnya. Kini ia sudah tak terlalu mengkhawatirkanku karena keadaanku sudah benar-benar pulih dan baik sehingga kini ia pun sudah dapat meninggalkanku sendirian di rumah demi menjalankan tugasnya yang dulu tak bisa ia lakukan karena keadaanku yang buruk. Aku pun sangat mengerti Kakak dan tak mau terus membebaninya.

Aku memutuskan untuk pergi keluar dan mencari udara segar malam itu. Aku mengenakan mantel hitam serta topi hitam dan berjalan keluar menyusuri jalanan yang ramai. Aku memandangi orang yang berlalu-lalang di sekitarku, semuanya terasa tak menyenangkan bagiku. Aku pun berbelok memasuki restoran pasta dan memesan makan malam. Aku melahap semuanya dalam diam dan menatap kosong piring yang sudah tak berisi di depanku. Tiba-tiba saja kejadian pembunuhan sadis itu terputar ulang dalam memoriku, membuatku mencengkram kuat kepalaku dan menjambak rambutku sendiri. Aku merasakan pusing dan pening dalam waktu bersamaan. Rambut lurusku kini berantakan, aku merapatkan mantel hitamku, membayar, dan keluar dari restoran. Aku berjalan sedikit sempoyongan, mataku tak dapat melihat dengan fokus. Pusing dan pening masih terus memburu syaraf-syaraf otakku, membuatku tak dapat berpikir jernih. Aku berjalan layaknya orang mabuk, namun aku bahkan tak minum alkohol setetes pun. Topi hitam yang kukenakan kini kuturunkan hingga menutupi mataku. Aku berjalan mengikuti pergerakan kakiku yang membawaku entah kemana. Rasanya semua syaraf dan anggota tubuhku-lah yang menguasai dan mengendalikanku, aku bahkan tak bisa berpikir jernih, namun rasanya mereka seperti terus menyuruhku untuk mengikuti perintah dan kemauan mereka. Dan setelah itu, aku tak ingat apapun.

Entah bagaiaman caranya aku bertahan tadi malam, tapi kini aku terbangun dengan balutan selimut di dalam kamar apartemen. Kilatan-kilatan kejadian tadi malam masih membayangiku. Yang kuingat adalah restoran pasta, jalanan ramai, orang-orang yang berlalu-lalang, dan..... lorong gelap. 'Tunggu dulu, lorong gelap?' Aku membatin, kepalaku masih saja pening dan kosong, rasanya seperti baru saja dicuci otak. Aku tak bisa mengikuti jalan pikiranku sendiri sekarang. Aku tak bisa mengatur alur pikiranku yang kini mengacau pada berbagai hal yang tak kuketahui. Banyak hal-hal yang aneh dan tak kuketahui berkelebat di dalam otakku. Aku kembali mencengkram kuat kepalaku yang terasa pening. Untuk beberapa saat, aku diam di atas ranjangku, cahaya matahari sudah masuk seutuhnya ke dalam kamarku. Kakak sepetinya belum pulang, karena seisi apartemen terasa kosong dan sepi.

Ketika keadaan anehku sudah mereda, aku berjalan ke kamar mandi. Namun, aku berhenti di depan cermin yang terpasang di kamarku. Aneh melihat diriku yang masih mengenakan pakaian yang sama seperti tadi malam, mantel hitam dan celana jeans ketat serta kaus abu-abu, namun semuanya terlihat lebih berantakan, lebih acak-acakan, dan lebih..... 'kotor?' Aku kembali membatin, menatap diriku kembali dengan lebih teliti di depan cermin, namun hasil yang kudapatkan tetap sama. Aku pun memutuskan untuk tak menghiraukannya dan berlalu menuju kamar mandi untuk membersihkan badanku.

Seusai mandi, aku berjalan mendekati balkon, menghirup udara pagi yang semoga dapat membuatku lebih baik. Aku meregangkan ototku yang terasa sangat pegal dan sedikit... 'sakit?'. Aneh, padahal aku tak melakukan apapun tapi kenapa pergelangan tanganku dan lenganku terasa sakit? Dan juga pinggangku terasa sangat pegal dan sakit layaknya orang yang baru mengangkat beban berat. Aku mencoba mengingat-ingat kejadian tadi malam, tapi lagi-lagi syaraf-syaraf otakku-lah yang mengendalikanku, aku bahkan tak diperbolehkan untuk mengingat oleh organ tubuhku sendiri. Aku benar-benar tak dapat mengerti diriku sendiri setelah kejadian tadi malam. Aku menghela nafas panjang, lagi-lagi hidupku tak berjalan normal dan terasa sangat berat untuk dilalui dan dijalani.

Suara dering ringtone handphoneku menggema dari ruang tamu, menampilkan nama kontak 'Oppa' dibalik layar beningnya, aku pun segera menjawabnya. "Halo?" Aku membuka percakapan diantara kami. "Bagaimana keadaanmu? Apa terjadi sesuatu?" Kakak menyerbuku dengan pertanyaan. Ingatan tadi malam kembali berkelebat di dalam otakku dan aku teringat akan keadaan badanku pagi ini ketika mendengar pertanyaan kedua yang Kakak ajukan. Namun detik berikutnya aku segera menjawab dengan nada tenang seakan-akan tak terjadi apa-apa padaku. "Tidak, aku baik." "Baguslah. Oppa hanya ingin memberi kabar bahwa malam ini juga tak bisa menemanimu karena baru saja ada kasus baru." "Baiklah, aku mengerti." Aku menjawab sekenanya karena kepalaku kembali merasakan pening. Duniaku berputar, aku terduduk di sofa sesaat setelah sambungan telepon diputus. Mataku kembali berkunang-kunang dan berbayang, duniaku berguncang hebat, syaraf-syaraf otakku seperti baru saja disambung dan diputus berkali-kali demi mendapatkan pasangan dan sambungan yang cocok. Aku mencengkram rambut dan kepalaku sambil memukul-mukul dahiku yang terus memberi gambaran-gambaran aneh tentang sesuatu yang..... 'gelap?' dan... 'menyenangkan?'.

i'm sorryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang