"case (3)" (author's pov)

16 0 0
                                    

Junghan menegak habis persediaan kafein yang tersedia di mejanya. Sudah semalaman ia bekerja tanpa mengistirahatkan matanya. Kepalanya terasa sangat pening dan berat. Matanya sudah memerah sejak beberapa jam yang lalu. Badannya terasa remuk dan ia sangat lelah. Semalaman ini ia terus mencari informasi dan menyelidiki setiap detail kasus yang tengah ditanganinya. Ia tidak pulang ke apartemennya dan menetap di kantor bersama anggota timnya. Semua perasaan dan insting detektifnya membuatnya selalu siaga dan selalu terjaga. Perasaan aneh yang terus menghinggapinya mengenai kasus kali ini membuatnya terus terjaga dan sedikit parno.

Junghan bangkit dari kursinya, meregangkan badannya yang sedari tadi tidak bergeming dari kursinya. Ia berjalan, menghampiri mesin pembuat kopi dan memasukkan koinnya ke dalam sana. Ia memilih black coffee andalannya, karena keadaan saat ini mengaharuskannya terus terjaga agar tidak ada hal sekecil apapun yang dilewatinya dalam penyelidikan. Junghan menatap dua anggota timnya yang kini tengah terlelap di mejanya masing-masing. Ia melirik arlojinya yang membentuk sudut sembilan puluh derajat dengan menunjuk pada angka dua belas dan angka tiga, itu artinya sudah pukul tiga pagi dan ia masih belum mendapat sebuah petunjuk yang berarti dari kasus ini. Junghan mendesah berat. Seharian ini ia telah mencoba banyak hal dan banyak metode untuk menggali sebuah informasi ataupun petunjuk dari kasus ini, entah itu petunjuk yang menuju kepada pelaku atau sekedar petunjuk untuk mengetahui motif sang pelaku.

Perlahan tapi pasti Junghan dapat merasakan langkahnya dalam kasus ini terus membawanya mengarah pada jalan buntu. Ia merasa bingung dan buntu karena korban pada kasus ini tak mempunyai apapun yang dapat dijadikan motif bagi sang pelaku untuk membunuhnya. Kecuali sang pelaku hanyalah seorang pembunuh acak yang tidak mempedulikan latar belakang korban yang diincarnya. Junghan merasa semakin putus asa ketika usahanya semuanya tak membuahkan hasil. Ia telah memeriksa semua kamera pengawas di sekitar lokasi kejadian tapi semuanya tak dapat menjangkau lokasi kejadian. Semua black box mobil yang terpakir di sekitar lokasi kejadian pun telah timnya periksa dan semuanya berakhir pada sebuah jalan buntu yang sama. Tak ada DNA ataupun sidik jari yang ditinggalkan pelaku di lokasi kejadian maupun pada tubuh korban. Semuanya dilakukan dengan bersih dan rapi, bagaikan sebuah pembunuhan berencana. "Tapi, apa sebenarnya motif pelaku?" Junghan bertanya pada dirinya sendiri berulang kali. Ia masih tak dapat menemukan titik cerah dalam kasusnya kali ini. Ia telah mencoba menyamakan dan memeriksa kasus-kasus pembunuhan lainnya jikalau ada kesamaan, ia juga telah mencoba menyocokkan modus operandi yang digunakan pelaku kali ini dengan modus operandi pada kasus-kasus pembunuhan lainnya. Namun petunjuk dan kecocokan yang ditemukan adalah hampir tidak ada sama sekali. Pelaku kali ini sedikit, berbeda, dan, unik?

Junghan menatap foto-foto korban dengan penuh selidik untuk kesekian kalinya. Matanya menyipit dan terfokuskan pada foto-foto tkp dan juga foto-foto tubuh korban sambil sesekali menyesap kopi hitamnya. Junghan merasa kasus kali ini cukup istimewa karena metode dan alat yang digunakan pelaku berbeda, dan unik?.Dilihat dari penyebab kematian korban dan luka yang dialaminya, pelaku mencoba melumpuhkan kekuatan korban terlebih dahulu dengan menusuknya sehingga korban akan merasakan syok karena kehilangan darah, lalu barulah setelahnya sang pelaku menghabisinya dengan cekikan menggunakan lilitan tali, sepatu?

Junghan mendelik, memperhatikan foto senjata pembunuhan yang berada pada tkp yang kini tengah terpampang di layar komputernya. Junghan terus mempermasalahkan dan terus memikirkan senjata pembunuhan yang terasa aneh baginya. Tak peduli sebanyak apapun ia mencoba memikirkannya, senjata itu terus terasa aneh baginya. Belum lagi aroma alkohol yang menyengat dari tubuh korban dan juga tkp. Padahal, berdasarkan laporan yang ia terima, korban tidak dalam keadaan mabuk malam itu.

Junghan menarik nafas dalam-dalam, ia mencoba menyimpulkan semua analisisnya satu persatu. Berdasarkan metode yang digunakan, itu berarti pelaku bukanlah lawan yang sebanding bagi korban. Pelaku bukanlah seseorang yang dapat mengimbangi kekuatan korban sehingga ia mencoba melumpuhkannya lebih dulu agar ia tidak usah susah-susah adu kekuatan dengannya. Itu berarti pelaku adalah laki-laki yang tidak cukup tangguh, atau... pelaku adalah seorang,

wanita?

i'm sorryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang