Part 1

163 17 2
                                    

3 bulan setelah dari Brazil

Ella POV

Mataku menyipit saat menyadari bahwa matahari telah meninggi di luar sana. Sebuah tangan melingkar dipinggangku−tak berpindah sejak tadi malam. Aku merasa sangat beruntung bisa kembali terbangun dan baik-baik saja. Ya... sejak kepulanganku dari Brazil semuanya kembali seperti semula. Hanya saja, akhir-akhir ini aku lebih banyak menolak ajakan teman-teman Jordi untuk berlibur keluar negeri. Qatar, Santorini, bahkan Finlandia. Rekan-rekan Jordi di klub benar-benar bersuka cita untuk liburan setelah Piala Dunia dan belum dimulainya panggilan dari pelatih di klub. Hasilnya, pacarku hanya pergi berlibur seorang diri−maksudku tanpaku, dan bergabung bersama beberapa teman klubnya liburan di pantai Ibiza. Tapi ini lebih dari jet lag biasa, dan yang lebih buruknya lagi nyonya Mierda menyebutnya sebagai morning sickness.
Akhir pekan ini aku punya jadwal dengan nyonya Mierda di toko bunga, sebenarnya tidak benar-benar menjaga toko. Lagi pula aku hanya bisa keluar dari rumah di atas jam sepuluh pagi, mendadak aku jadi sangat alergi matahari dan berubah menjadi seorang vampire betina. Ya...Jordi mulai menyematkan gelar itu padaku akhir-akhir ini.
Nyonya Mierda berjanji akan mengajariku membuat kue keju miliknya yang fenomenal itu. Mungkin saat itu adalah saat yang tepat dimana aku bisa membicarakan masalah bayi dan pernak-perniknya. Dia sangat antusias mengenai bayi, tidak ada lagi anak kecil di rumahnya semenjak lima belas tahun terakhir. Anak-anaknya hidup berkeluarga di tempat yang jauh, dan cucu-cucunya tentu saja hanya diajak berkunjung saat liburan natal atau akhir tahun. Ya Tuhaannnn... aku sedikit bersimpati pada wanita itu. Beberapa kali topik mengenai nyonya Mierda masuk pembicaraanku dan Jordi; ah yeah... aku tahu bahwa membicarakan orang lain dibelakang tidaklah baik, tapi entahlah... aku hanya tidak ingin berakhir seperti Nyonya Mierda di hari tuaku nanti.
" Hei... kau sudah bangun." Jordi mengerjap saat ia berusaha memfokuskan pandangannya padaku.
" Ya..."
" Jam berapa sekarang?" Sialan, aku baru saja membuka mataku dan pria ini memaksaku untuk melihat jam. Tapi akhirnya aku tetap melakukannya.
" Ini jam setengah delapan." Jawabku malas.
" Oh shit... hari ini aku punya janji dengan Pique dan Busquet." Jordi segera bangkit dari tempat tidur dan memeriksa ponselnya.
" Kenapa tadi malam tidak bilang? Aku bisa membangunkanmu lebih awal." Aku menatapnya heran namun tetap tak berusaha bangkit dari tempat tidur. Yah... sebut saja akhir-akhir ini menyiapkan sarapan bukan lagi menjadi rutinitasku. Semenjak menjadi vampire betina, pacarku lebih memilih untuk sarapan di coffee bean di lobi apartemen. Well... setidaknya ia bisa mencuri kesempatan untuk makanan berkalori lebih dan kafein sebelum jadwal pertandingan dimulai dan panggilan dari pelatih mulai menjadi ancaman.
" Kau tahu kan Ell, aku ingin sedikit bermain-main dengan waktu. Sebelum jadwalku belum begitu padat." Sahut Jordi, matanya masih terpaku pada layar ponsel.
" Baiklah tuan sibuk, hari ini kemana dua pria itu akan membawamu?"
" Ada acara amal bersama anak-anak Down Syndrome di Nou Camp, sudah dua tahun berturut-turut aku semacam menjadi 'duta'; pemain yang terpilih untuk menghadiri acara ini." Akh... pria itu mulai lagi membanggakan dirinya.
" Wow... kau sungguh mulia tuan. Apa itu benar-benar muncul dari hatimu?"
" Tentu saja Ell. Lalu apa artinya sekolah binaanku itu?. Kau sepertinya harus berlatih untuk mulai menyukai inner beauty-ku."
" Uh uh... para pria juga menyebut jika mereka punya inner beauty?"
" Jika aku menyebutnya dengan bahasa kaum pria, kau pasti takkan mengerti."
" Aku punya ungkapan yang lebih baik."
" Seperti?"
" Uhmmm... pesona, kepribadian,....."
" Ckkk... tidak lebih baik dari inner beauty, ngomong-ngomong bagaimana kelas memasakmu?"
" Aku belum bisa menghadirinya. Aku masih jadi vampire betina. Kau ingat?"
" Yes.... Dan aku harus mandi sekarang."
Akhh.... Begitulah pembicaraan diakhiri dengan aku harus mandi sekarang. Entahlah apa ini bisa disebut dengan menjadi normal; akhir-akhir ini aku mulai memikirkan tentang menjadi normal yang aku maksud dan juga Jordi maksud. Ternyata kata 'normal' dan intrepertasinya pada kehidupan juga berbeda-beda, atau sebut saja dengan relatif. Seorang politisi akan sangat aneh jika ia pergi ke rapat parlemen dengan baju olah raga, juga pemain bola yang bermain dengan pakaian selain jersey, itu baru tidak normal. Tapi definisi normal atau tidak normal macam itu sama sekali tidak berlaku padaku. Ingat saat aku pernah bermimpi untuk menjadi gadis rumahan yang manis dan sibuk dengan make up lalu pergi jalan-jalan ke tempat nongkrong yang sedang menjadi trend. Tapi ternyata saat aku menjadi seperti itu untuk beberapa saat, aku malah tidak menikmatinya. Aku malah lebih memilih untuk bersenang-senang di jalanan Brazil dan merusuh di stadion. Ingat juga saat aku merasa sudah muak dengan berlari dan bersembunyi, saat aku ingin mengakhiri kegilaanku di jalanan dan kembali ke rumah dengan tenang. Disana lah aku tak mengerti bagian kehidupan mana yang menjadi normal dan tidak normal. Yang lebih penting sekarang aku hanya lebih senang menyebut ini sebagai istirahat sebentar−persis seperti apa yang Bastian katakan. Aku akan menaruh pantatku dan duduk nyaman di rumah selama paling tidak hingga anakku dan Jordi bisa berlari dan menendang bola. Lagi pula Boixos Nois takkan pernah jauh dariku, dan kenangan−aku tak tahu harus menyebutnya apa, saat di Brazil beberapa waktu yang lalu tetap akan jadi bagian dari kegilaan Ella.
" Aku harap akan mengejutkanmu saat kembali nanti." Kata Jordi setelah mencium pipiku. Ia sudah bersiap untuk pergi ke stadion. Kudengar ponselnya terus berbunyi seperti genderang perang. Dia sudah sangat terlambat.
" Aku ragu." Jawabku sambil menyeringai. Oh tuhannn... beginikah rasanya hamil?, setelah si bayi menyiksaku di Brazil waktu itu, sekarang dia membuatku tak bisa pergi kemana-mana di pagi hari. Semoga saja dia nanti terlahir menjadi anak yang sangat tangguh.
" Bye sayang..."
"Bye..."
.....
Mari kita bicara sedikit mengenai klub yang sudah lama sekali tak disinggung keadaannya. Setelah Rosell di tahan, Bartomeu semakin meraja lela dengan pencitraan barunya, sangat disayangkan orang-orang klub juga menyingkirkan Tata dari kursi kepelatihan. Banyak pemain yang di jual dan ada beberapa yang dibeli. Kita mulai dengan orang-orang yang dibuang oleh klub atas dasar keegoisan mereka; ah... aku benci mengatakan ini, tapi menejemen klub lebih senang bermain aman, tetap saja. Jadi kadang para supporter pun bisa jadi korban dari permainan mereka. Mereka menendang Tata karena fans yang terus mendesak agar Tata diganti dengan seseorang yang lebih becus mengurus klub. Semuanya beralasan, gelar nihil di tahun ini menjadi alasan utama bagaimana klub dan suporter sangat kompak untuk mengganti Tata. Agak sedikit menyedihkan; padahal aku masih berharap Tata bisa bertahan beberapa saat lagi. Klub pun menunjuk mantan pelatih Celta Vigo, Luis Enrique untuk menukangi klub yang musim lalu sangat 'berdarah' ini. Pria itu bukan sosok asing sebenarnya; bahkan hubungan Enrique dengan klub sudah sangat mengakar sejak dulu. Ah... rekan Guardiola di Barcelona tahun sembilan puluhan.
Jika mendepak Tata adalah kesepakatan bersama antara supporter dan klub, maka penjualan Alexis ke Arsenal banyak ditentang oleh pendukung. Peran Alexis di lini depan bersama Messi dan Neymar tidaklah terlalu buruk, tapi karena Arsenal bersedia membayar mahal untuk sang pemain, kenapa tidak. Inilah yang kumaksud dengan "suporter yang jadi korban". Baiklah... aku akan sangat kehilangan sosok Alexis di klub, terlebih dia, Neymar dan Jordi sangat dekat. Yang lebih penting lagi, aku takkan bisa bertemu dengan Laia di tribun. Aku bahkan belum meminta maaf pada gadis itu.
Aku tak heran jika Fabregas memilih untuk pindah dari Barcelona, pria itu sepertinya sedang berusaha memulai semuanya lagi tanpa Daniella. Tapi memilih Chelsea?, dia benar-benar ular. Dunia tahu jika dia berasal dari Arsenal, dan lebih memilih rival sebagai tempat singgah?, Fabregas adalah pria gila. Demi Tuhan aku akan membunuh Jordi dengan tanganku sendiri jika dia bersedia tanda tangan untuk Real Madrid. Dan terakhir, aku mengajak semua orang untuk mengheningkan cipta sejenak atas kepindahan Jonathan Dos Santos, Valdes, Cuenca, dan pemain yang dipinjamkan lainnya. Amiinnn...
Sekarang semua orang akan menunggu kontrbusi Luiz Suarez.. ckkk... aku tak tahu harus mengatakan ini seperti apa. Dia itu pemain sakit jiwa, Barcelona bersedia membayar mahal pria itu dan bertindak seperti pahlawan yang menyelamatkan Luiz dari jurang keterpurukan. Sekarang apa yang bisa diharapkan dari pria itu?, hukuman tidak bisa bermain sudah cukup menjadi citra buruk baginya. Bagaimana jika ia nantinya mulai menggigiti lawan-lawannya?, heck... aku tak bisa membayangkan apa yang terjadi selanjutnya.
Klub yang kubanggakan sekarang ini benar-benar gila. Mereka membuang pemain-pemain berkualitas demi mendapatkan pemain dengan kualitas... aku tak suka menyebut ini; tingkat empat, bahkan jauh dari milik Real Madrid atau Atletico. Barcelona tidak pernah belajar atau hanya aku yang tak tahu apa-apa mengenai sepak bola?, mereka membeli Jeremy Mathieu dari Valencia dan Thomas Vermaelen dari Arsenal. Masalahnya adalah, seorang Jeremy Mathieu terkenal karena sifat perokoknya dan sudah sangat berumur, yang tak kalah mengesalkan adalah keadaan Thomas Vermaelen. Dia adalah pemain cedera yang didatangkan klub dengan keadaan menyedihkan, pria itu harus menjalani penyembuhan dalam waktu yang cukup lama dengan biaya yang ditanggung oleh FC Barcelona. Whoaaa.... Mereka tidak perlu melakukan itu untuk mendapatkan pemain belakang. Bisa saja kan klub memanfaatkan Bartra, Adriano, atau Mascerano. Sekarang apa gunanya menumpuk banyak pemain jika yang dipakai hanyalah 'yang itu-itu' saja. Klub dukunganku ini punya masalah yang sangat serius. Apa aku perlu pergi ke Gereja dan berdo'a pada Tuhan agar menyelamatkan mereka?, kalaupun di akhir musim klub bisa berhasil nantinya−aku lebih percaya jika itu terjadi karena campur tangan Tuhan.
........
" Hueekkkkk..." Damn, ini adalah yang ketujuh kalinya dalam pagi ini aku menguras isi perutku dengan memuntahkannya di kloset. Syukur saja tadi malam aku banyak makan dan menyimpan banyak cadangan untuk ku muntahkan pagi ini.
Aku membasahi mukaku sekali lagi, dan berkumur untuk menghiangkan rasa pahit dimulut. Oh Tuhannn.... Kenapa tidak ada paket instan tentang bayi saja?, kenapa tidak melompat ke fase dimana perutku sudah sangat besar, aku hanya akan berjuang pada saat melahirkan. Haha... aku tidak bercanda, orang-orang menyebut wanita takkan menjadi sempurna jika ia belum pernah melahirkan. Dan aku tak mau melewatkan bagian itu.
Aku kembali ke kamar dan melihat ke arah jam dinding, sudah pukul sebelas lewat.syukurlah aku sudah mandi dan hanya membutuhkan waktu sebentar saja untuk bersiap-siap. Aku tetap akan pergi ke toko bunga dan bekerja. Tidak benar-benar bekerja, aku hanya duduk dan mengobrol atau membuat kue jika ada waktu luang.
Lima belas menit aku keluar dari apartemen Jordi, menuju lantai bawah dengan lift. Ada beberapa tetangga−yang tak kukenal juga berada di sana. Dan yah... aku tersenyum pada mereka sebagai tanda bahwa aku adalah tetangga yang baik.
" Nona Ella...." Itu Isabelle yag memanggil−si resepsionis, juga kostumer servis, atau entahlahh... bagiku dia multifungsi. Aku mulai kenal dengan wanita itu akhir-akhir ini−dan itu juga berawal dari senyuman.
" Ya..." Sahutku, berhenti kemudian menghampiri mejanya.
" Seseorang menitipkan ini untukmu." Isabelle menyerahkan sebuah kotak berukuran cukup besar padaku.
" Dia bilang siapa namanya?"
" Dia bilang kau akan tahu saat kau membukanya."
" Benarkah?" Dahiku mengernyit, wow... apa itu kiriman dari Brazil. Bastian ingin bermain-main denganku. Kotak coklat itu tidak terlihat seperti bingkisan berisi bom, pada bagian penutupnya sengaja di plester. Dan di atasnya hanya ada tulisan dengan nama "Kediaman Jordi Alba dan Ella."
" Dengar Isabelle, aku agak terburu-buru sekarang. Kau tak keberatan kan jika aku menitipkannya sedikit lebih lama padamu?"
Isabelle menatapku ragu, namun akhirnya wanita itu tersenyum dan menarik kembali paket itu.
" Gracias. Aku janji akan mengambilnya sebelum jam tiga, sore nanti."
" Si. Denada."
....
Sebut saja hari itu aku sedang membunuh rasa jenuhku dengan mendatangi Nyonya Mierda. Wanita itu tidak mengizinkanku untuk bekerja, aku lebih seperti teman untuknya sekarang. Dia menggunakan kehamilanku sebagai alasan agar aku tak benar-benar bekerja di tempatnya. Kami berdua sekarang seperti tim yang saling membutuhkan, aku kehilangan orang tuaku−terutama sosok ibu diusia yang masih sangat muda, dan Nyonya Mierda adalah wanita kesepian karena ditinggal oleh anak-anaknya. Jadi secara tidak resmi, sebut saja aku dan dia adalah ibu dan anak yang bertemu saat kami sudah dewasa.
" Jadi bagaimana dengan maid of honour-mu?, kau sudah menemukannya?" Nyonya Mierda bertanya, aku sedang menyirami bunga-bunganya dengan perasaan yang hangat.
" Aku belum tahu, kami belum bicara sejauh itu nyonya."
" Kalian akan menikah kan?"
" Ya... Jordi ingin tahun ini juga. Tapi kita lihat saja nanti, dia adalah pria yang sibuk."
" Bahkan dia tidak bisa cuti untuk menikah?"
" Dia bukan pegawai kantoran. Kami berdua terlambat mengetahui kehamilanku. Jika kami tahu lebih awal, pasti kami akan menikah musim panas ini. Tapi sebentar lagi masa-masa liburan Jordi akan berakhir, plus... kau tahu,aku tak bisa menikah dalam keadaan mual di pagi hari."
" Baiklah...penjelasanmu sangat rinci sayang."
" Lagipula Jordi belum memperkenalkanku dengan orang tuanya."
" Apa?, sama sekali?"
" Uhmm... aku hanya menyapa ibunya di telpon. Sekali."
" Ckk... aku kasian padamu nak."
.....
Aku kembali ke apartemen jam empat sore; yah... satu jam terlambat dari yang kujanjikan pada Isabelle. Aku harus mentraktirnya kopi, atau sesuatu sebagai tanda permintaan maaf. Sesuatu yang mengejutkan terjadi saat aku masuk ke lobi apartemen, dua sekuriti yang biasanya berjaga di pintu masuk terlihat berkeliaran di dekat meja Isabelle. Aku juga melihat Jordi ada di sana dengan wajah yang panik. Ya tuhannn.... Ada apa ini?, maksudku apa ada sesuatu yang tidak beres di lantai atas atau ada kejadian kriminal yang kulewatkan.
Aku langsung menghampiri Jordi di sana, dan aku tak tahu harus mengatakan apa ekspresi yang dibuatnya saat itu. Pria itu hanya tertegun melihat kedatanganku, dia panik, kebingungan dan entahlah. Semua mata langsung menatap pada kami berdua, sekuriti, Isabelle, beberapa tetangga, aku tidak bisa lagi mengenali mereka satu-satu.
" Apa yang terjadi?" Tanyaku mulai panik. Tapi sepertinya Jordi takkan memberiku jawaban itu, aku melirik pada Isabelle, wanita itu pun sama. Dia terlihat sangat ketakutan. Aku menoleh pada kotak coklat yang menjadi paketku, benda itu sudah ada di sana dengan tutup yang telah terbuka. Aku yakin itulah yang jadi permasalahan semua orang. Aku mulai mendekat namun Jordi telah menarik tanganku untuk mencegah.
" Jangan...." Pria itu menatapku setengah memohon.
" Ada apa?" Sekali lagi aku bertanya.
" Kau tidak harus melihatnya Ell."
" Kau tahu aku suka membantah kan?" Akhirnya aku menepis tangan Jordi dan buru-buru meraih kotak coklat itu.
" Brakkkkk..." Tanpa kusadari aku menghempaskan kotak coklat itu ke lantai setelah melihat isinya. Aku ingin berteriak namun rasanya ada sesuatu yang mengganjal kerongkonganku. Napasku memberat dan rasa takut itu kembali muncul. Dua ekor mayat kucing penuh darah sengaja di kirimkan untukku. Dan pastinya itu bukan dari Bastian, segila apapun kakakku. Dia takkan memberikan kejutan macam itu untuk adiknya. Jelas ini sebuah peringatan, entah itu ditujukan hanya untukku, atau juga untuk para Boixos Nois. Jelas ini sebuah peringatan, sebuah ancaman, bahwa pelarianku belum berakhir. Dan orang yang melakukannya pasti salah satu dari mereka yang terlibat denganku di masa lalu.
.......

The FallTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang