Perjuangan

1.2K 15 0
                                    

Gantungkanlah cita-citaumu setinggi langit, Tetapi tetap pijakkan kakimu di muka bumi.

Tak ada yang menyangka kalau aku akan tinggal di kota yang ramai dan penuh dengan cobaan.
Sebab, aku hanya anak desa terpencil yang tidak mengetahui kehidupan di kota. Jangankan hidup di kota membayangkannya saja rasanya aku mau pingsan. Ya Allah aku tidak sanggup dengan semua ini keluhku dalam hati. Bagaimana tidak, umi dan abiku rencana mau menyekolahkanku di sekolah pujaannya yang terletak di sebuah kota nan jauh dari desa tempat umi dan abi tinggal.

Pada suatu hari aku berjalan di bawah teriknya matahari sambil menggendong sebuah ransel kesayanganku. "Syifah..!!!" Iya namaku Nur Asyifah, aku langsung menoleh keasal suara itu.

"Assalamu'alaikum ada apa Ki?" Jawabku memberi salam kepada sahabatku namanya kiki lestari.

"Wa'alaikumsalam, Syifah kamu mau kemana..?" Tanya kiki sambil hosngosan karena mengejarku.
"Mau ke rumah Ana." Jawabku sambil memegang tali ranselku.
"Aku ikut yah. Boleh..?" rengeknya mirip anak kecil yang mau di tinggal oleh ibunya.

"Hhhmm Ok lets go...!!" Kataku,kemudian menarik lengannya.
Dalam perjalanan aku tidak banyak bicara. Kata orang lagi nggak mood. Hehehehehe
Kemudian kiki memecahkan keheningan sejak dari tadi.

" Syifah..!!!"
" Iya.." jawabku singkat.
" Boleh aku bertanya..??"
" Mau tanya apa..? Tanya saja..!!"
" Fah. Apa benar kamu mau pindah sekolah..??" Kata Kiki menghentikan langkahku sejenak.

" Iya. Sepertinya begitu.." aku menoleh ke arah kiki yang terlihat lesuh. " Sebenarnya aku keberatan mau pindah, tapi aku tidak bisa menolak kemauan umi sama abiku. Jadi aku harus mengikuti kemauan mereka." Kataku sambil melanjutkan perjalanan.

Kita tak banyak bicara lagi, suasana kembali hening seperti semula.
Tak terasa kita pun sampai di depan rumah Ana.
" Apa Ana ada yah..? Kok rumahnya tertutup..??" Tanyaku kepada Kiki yang tampak kebingungan juga.

" Mungkin lagi keluar..??" Jawabnya singkat.
" Kita coba saja ketok pintu rumahnya siapa tau ada orang, terus cuma pintu rumahnya saja yang di tutup. Bagaimana..??" Tanyaku sambil melihat kesamping kiri kanan rumah Ana.
" Iya deh. Yuk !!" Katanya menyetujui ajakanku.

" Assalamu'alaikum, Ana..!!!"
Tok tok tok
" Assalamu'alaikum." Panggilku.
Sejenak kami berdiri di depan pintu kemudian beranjak untuk pulang.
Namun tiba-tiba dari dalam rumah terdengar suara menjawab salam.

" Wa'alaikumsalam."
Tak lama kemudian pintu rumah Ana pun terbuka.
" Syifah, Kiki silahkan masuk. Maaf tadi ada kerjaan jadi nggak dengar suara kalian. Maklum lgi di dapur bantuin Ibuku masak, Hehehehehe..!!" Jawab Ana tertawa kecil sambil mempersilahkan kami duduk di sofa.

   Aku hanya membalas dengan senyuman kecil begitupun dengan kiki hanya senyuman kecil yang muncul sejak di perjalanan tadi.
Ya Allah bagaimana ini aku tak sanggup mengatakannya, aku tidak mau berpisah dengan mereka. Mereka terlalu berarti dalam perjalanan hidupku. Aku tidak bisa meninggalkannya. Tidak, pasti mereka mengerti kok kalau aku ceritakan semuanya. Tapi aku harus mulai dari mana..??

" Kok malah diam..?? Syifah kamu kenapa..?? " Kata Ana memecahkan lamunanku

" Aa..aakuu.. tidak apa-apa kok Ana..!!" Jawabku kemudian menunduk.

Asal kalian tauw temanku yang satu ini kalau ada yang di curigain pasti tanya terus dan tak akan berhenti sampai ia benar- benar mengetahui permasalahan yang sebenarnya.
Namanya Ana Sefira namun  ia akrab di panggil Ana.

" Kalian pasti menyembunyikan sesuatu dari aku kan..??" Ana memaksaku berbicara. Ia berkali- kali menanyakan hal itu kepada kami. Aku tidak tega melihat sikap penasarannya itu dan aku pun angkat bicara..

" Ana aa..aaku mau ppaamm.
..mitt...!!!" Aku terbata-bata menjawab pertanyaan Ana.
" Hhhaaa...!!! Pamit..??" Teriak Ana tanpa sadar.

" Bukan pamit dari rumahmu Ana tapi pamit mau pergi jauh...!!" Kata Kiki memperjelas perkataanku.
" Fah, Kamu mau kemana kok pamit..??" Wajah Ana mulai terlihat murung. Sangat jelas kalau dia bakalang sedih kalau aku katakan tapi itu harus...

" Aku akan pindah ke semarang. Abiku ingin agar aku sekolah di sana. Yah alasannya abi itu agar aku jadi anak yang ia impikan. Aku sudah menolak tapi Umi sama Abi tidak mau menolak keputusannya. Sejujurnya ini sangat berat bagiku, tapi bagaimana lagi aku tidak bisa menolak...!!!" Hick hick hick

  Aku berhenti bicara, aku tidak sanggup melanjutkan kata- kataku lagi. Rupanya Kiki dan Ana pun mengerti ucapanku tadi.
Mereka berdua langsung merangkulku dan menangis.
Air mata kedua sahabatku bercucuran di pipihnya. Aku ingin menghapus air mata itu dan menggantinya dengan wajah yang berserih dengan senyuman di bibirnya lagi.
Tapi apa boleh buat aku sendiri tidak bisa membendung air mataku yang terus bercucuran di kedua pipihku...

  Hari keberangkatanku sudah semakin dekat. Umi dan Abi sudah sibuk menghubungi seseorang serta mengurus semua perlengkapanku untuk pindah secepatnya.
Aku tidak bisa berbuat apa-apa setelah Abi membawa semua berkas- berkas dari sekolah.

" Syifah, sini nak..!!" Kata abi memanggilku duduk di sampingnya.
" Iya abi." Kemudian aku berjalan ke arah abi dan duduk di sampingnya.
" Syifah, abi sama umi sudah bicara dengan pihak sekolah di sana. Kamu harus siap- siap yah sayang. Kita berangkat besok lusa." Kata abiku sambil mengusap rambut hitamku

" Besok lusa abi..??" Tanyaku setengah syok, aku hanya bisa mengelus dada dan atur nafas. Secepat itu kah aku harus pindah...?? Gumamku dalam hati.

" Iya sayang, lebih cepat kan lebih baik..!!" Katanya menenangkanku.
" Abi aku masih mau di sini. Aku mau bersama teman- teman Syifah di sekolah..!!" Aku pun menundukkan kepala.
" Disana kamu akan bertemu teman- teman yang lebih baik lagi." Jawab abi dengan santainya menyandarkan tubuhnya di sofa.
Sedangkan aku ke kamar mengurung diri. Menangis sejadi- jadinya Hick...hick..hick...
Aku tidak mau pergi, kenapa waktu bergulir secepat ini. Menangis adalah pilihan satu- satunya yang dapat menenangkanku saat ini.
Tiba- tiba Hpku bergetar tanda sms masuk. Ku raih Hpku yang terletak di atas meja riasku dan ku buka pesan yang baru saja masuk.

Ahmad
" Assalamu'alaikum, Syifah.."

Hhaa..!!! Pesan dari Ahmad. Mimpi apa dia kok tiba- tiba mengirimiku pesan. Apa dia tidak tau kalau aku lagi bete' nyebelin, gumamku sambil berbaring di atas tempat tidur. Lalu ku balas pesan darinya.

Syifah
" wa'alaikum salam, ada apa sms malam- malam..??"

Ahmad
" Iihhh...
Galak amat ini cewek mentang - mentang sudah mau jadi anak kota."
Balas Ahmad menyindirku dengan balasan yang sangat melukai perasaanku yang sejak tadi terluka dengan pernyataan Abi.

Aku tidak mood lagi balas sms dari Ahmad rifaldi. Dia orang yang saya taksir selama aku sekolah di sini. Tapi apa sekarang dia benar- benar melukaiku. Tak lama kemudian aku sudah tertidur pulas sambil memegang boneka kecil berwarna biru pemberian Ahmad.

Di pagi yang cerah, sayup mayup rerumputan segar tertiup angin yang di basahi embun pagi.
Mobil melaju cepat dan sesampainya aku di bandara itu aku melihat sebuah kalimat yang terpampan di atas pintu bandara itu.

Gantungkan cita- citamu setinggi langit, tapi tetap pijakkan kakimu di atas permukaan bumi ini.

Setelah selesai membaca kalimat itu, aku pun menghampiri Umi.
" Umi, aku mau jadi seorang dokter. Apa aku bisa..??" Tanyaku antusias.
" Ya, Insya Allah. Kalau itu kemauan Syifah pasti bisa yang jelasnya Syifah harus rajin belajar di sana." Kata umi menyemangatiku dan ku balas dengan senyuman manisku.

PILIHAN ALLAH YANG TERBAIKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang