Allahu Akbar...
Allahu Akbar...
Asyhadu Allaailaaha Illallah...
Azan subuh terdengar nyaring di telingaku. Dengan merenggangkan otot-otot dan mengatur nafas. Aku terbangun dan berjalan sangat pelan-pelan menujuh kamar mandi. Berwudhu lalu kembali ke kamar untuk menunaikan sholat subuh.
Kurang lebih 5 menit, sholat subuh sudah aku tunaikan. Untuk keluar kamar sepertinya terlalu cepat. Kuputuskan untuk membaca ayat suci Al-qur'an sampai jam menunjukkan 5: 30 menit.
Ku buka mukenahku, kulipat secara rapi lalu ku simpan dalam lemari." udah jam segini belum ada yang bangun...??" batinku sendiri.
Ku buka pintu kamar hanya beberapa cm. Dengan posisi jongkok, aku bisa melihat sekeliling rumahku tanpa sepengetahuan siapa pun. Melirik kiri kanan namun tak ada jejak manusia sama sekali. ' Aku kok ngintip kaya gini sih..?? gilaaa...!! emang aku ini pencuri atau perampok apa pake ngintip - ngintip segala...? iiihhh....' batinku beraksi geli dan menarik nafas dalam-dalam. Aksi kedua sedang berlangsung. Pertunjukan kali.. abaikan.
Aku kembali mengintip seperti hal tadi. Namun masih sama saja. Tak ada seorang pun yang terlihat. Padahal sekarang sudah jam 6 pagi. Nggak mungkin mereka masih molor. Apalagi umi yang slalu bangun pagi-pagi banget buat siapin sarapan. Tapi hari ini kan hari minggu bang Rafa libur, nggak mungkin umi bikinin sarapan. Wajahku seketika berubah menjadi cemberut alias bete'. Namun saat menutup pintu kamar, aku teringat satu hal yang membuat ku langsung bergairah dan semangat. Ternyata hari ini aku akan berangkat ke Semarang lagi. Pasti semuanya sudah terbangun tapi kemana...??
Sudah. Aku keluar kamar dengan langkah pelan-pelan tanpa suara. Bagaikan semut berjalan di dinding. Aku mengendap- endap menyusuri ruang tamu dan berjalan ke arah pintu. Oke pintu masih terkunci dan rumah ini tak berhuni. Kemana yah mereka..?? jalan pikiran ku mulai tak normal. Bukan paranormal atau kaya orang gila yahh tapi pikirannya kacau balauu..
Ku duduk diatas sofa sambil memandangi langit-langit rumahku.Dari luar rumah tampak 3 orang berjalan ke arah rumah. Satu orang berpakaian serba putih dan yang dua orang memakai baju kokoh. ' Siapa yahhh..??' tanyaku pada diri sendiri. Dan betapa kagetnya aku saat mengetahui bahwa mereka itu adalah abang, abi dan umi.
" Yaaa ampun...!!" gerutu penuh sesal namun terkesan lucu.
Percuma tadi aku mengendap-endap ternyata tak ada seorang pun di rumah ini kecuali aku. Bodohh.." Assalamu'alaikum, Syifah sudah bangun.. " sapa umi.
" Wa'alaikummussalam, umi pergi nggak bilang-bilang..? " tanyaku dengan kesal.
" Syifah kan tidurnya nyenyak. Umi nggak tega bangunin Syifah... tapi sudah sholat kan...??"
" Udah.." jawabku dengan semangat. Kembali ku pandangi wajah bang Rafa yang sedari tadi hanya berdiri di samping umi. Aku merasa bersalah atas perlakuanku tadi malam tapi aku gengsi untuk minta maaf. Ku pertahankan imageku agar terlihat angkuh di depan abang. Namun dari semua yang aku lakukan sama sekali tak ada pengaruhnya.
Ku dekati bang Rafa dan kembali seperti semula. Bertutur kata yang sopan." Bang... marah yah ma Syifah...?" tuturku pelan dan penuh rasa takut. Bukan takut terhadap bang Rafa tapi takut ada apa-apa.
Ia menghela nafas dan menatapku dengan sorotan mata yang tajam. Aku menunduk. " Marah karena apa..?" sesaat suaranya terdengar.
Aku menghela nafas lega dan menghampirinya lalu duduk di sebelah kirinya." Yaahh soal tadi malam. Kan Syif..."
" Syifah perintah- perintah abang gitu..?" tanyanya memotong pembicaraan dan ku balas dengan anggukan.
" Tidak usah pikirin hal itu. Kamu pantas kok menyuruh abang melakukan apa saja kan itu hak kamu. Sesuai perjanjian yang telah di sepakati dahulu. Apa yang harus abang kecewakan ma kamu..?? aku malah senang bisa memenuhi permintaanmu tadi malam. Yaahh walaupun rada-rada kerepotan sih..." jelasnya diiringi cengiran dan menggaruk kepalanya yang sama sekali tidak gatal.
KAMU SEDANG MEMBACA
PILIHAN ALLAH YANG TERBAIK
PrzygodoweSyifah adalah seorang gadis desa yang memiliki impian sekolah di sekolah negeri. Namun, harus beralih ke sekolah swasta. Awalnya Syifah menolak tetapi akhirnya ia pasrah dan menyetujuinya walau hati kecilnya menolak. Semakin hari ia semakin betah di...